Love

Love

Sunday 19 July 2015

NOVEL KAKASHI HIDEN - Full version ( Bahasa Indonesia )





~ Untuk informasi, setelah manga Naruto tamat, Shonen Jump berencana untuk merilis enam epilog berupa novel setiap bulannya. Dan Februari ini adalah rilisan pertama, yaitu novel Kakashi Hiden, side story yang akan mengulas apa yang terjadi setelah Perang Dunia Ninja Keempat berakhir di Chapter 699, ketika Kakashi menjabat sebagai Hokage. Tapi di bagian prolog ini, Kakashi sepertinya belum terlihat.~
============================================================================================================

PROLOG : Orde Baru

Didukung oleh angin kuat di langit, 500 meter di atas permukaan tanah, Sai membalikan tubuhnya.

"Ahh." ucap Naruto. Ia menatap ke markas musuh yang berada jauh di bawahnya.
"Tak akan ada masalah'ttebayo!!"
"Tapi, tanganmu masih..."
"Untuk orang-orang seperti mereka, satu tangan sudah cukup'ttebayo!!"

Menciptakan burung besar dengan Chouju Giga, di bawah lindungan gelapnya malam, mereka tak terlihat dari bawah sana. Namun, dari sudut pandang Naruto, ia bisa melihat permukaan dengan sempurna.

Meskipun sudah tengah malam, mereka bisa melihat musuh bersembunyi di lembah gunung-gunung yang kasar, dengan asap dari obor penjaga malam yang masih berkobar.

Terlihat shinobi pengintai berjalan di sekitar tempat itu. Tebing batu terjal di sepanjang garis pegunungan yang mirip tempat menaruh jarum. Merasakan udara dingin cahaya bulan, kelembaban itu membuat mereka tampak semakin basah.

"Tepat sekali, strategi benteng pertahanan alami..." Sai menjawab apa yang ada di pikiran Naruto.
"Bagi Garyo untuk bergerak berulang-ulang di tempat yang sama seperti itu, eh?"
"Gara-gara strategi itu, orang-orang dari Negeri Ombak terbunuh." Naruto menggertakan erat gigi belakangnya.

Banyak hal telah berlalu semenjak Perang Besar Dunia Shinobi, ini adalah malam September dengan angin yang kencang. Sambil berdesis kecil, angin terus bertiup melalui lembah.

Perlahan menyelinap ke dalam area mereka, Sai dan Naruto menunggangi burung besar. Sambil terbang berputar dalam lingkaran raksasa, mereka masih merasa kalau markas persembunyian Garyo berada tepat di bawah mereka.

"Ini bukanlah sesuatu yang perlu dipikirkan terlalu dalam, Naruto. Dengan terjadinya Perang Besar Dunia Shinobi Keempat, bukan berarti itu merupakan perang terakhir dari seluruh umat manusia."
"Dan malah, orang-orang yang simpati dengan ideologi Madara mulai bermunculan."
Sebelum Sai mengatakannya, Naruto melompat dari punggung burung besar itu.
"Garyo-sama dengan mereka, kan?"
Booooooom!

Bersamaan dengan suara yang terdengar memotong udara, Naruto meluncur dari langit malam. Ia menciptakan silang dengan jari telunjuk dan jari tengah tangan kirinya. Akibat pertarungannya dengan Sasuke, ia kehilangan tangan kanannya. Ini adalah metode terbaru yang digunakan untuk merapal segel.

"Tajuu Kage Bunshin no Jutsu!" Boof!

Ketika para penjaga menyadari itu adalah Naruto yang menciptakan gelombang dari balik asap mereka sendiri, sudah terlambat karena para kage bunshin telah mengepung persembunyian Garyo.

"Serangan musuh!" Suara marah dari mana-mana.
"Lindungi Garyo-sama!"

Dari pondok yang mereka bangun di tebing yang curam, dan dari banyaknya gua yang ada di sana, shinobi musuh bermunculan.

Para kage bunshin melempar kunai, membuat beberapa orang terjatuh dalam waktu yang bersamaan. Naruto diserang oleh musuh yang berada di belakangnya. Dengan bunyi letusan, asap menyebar dan bunshin itu menghilang.

Dari pusat persembunyian musuh yang lapang, suasanya yang mencekam mengubahnya menjadi medan pertempuran. Naruto memperhatikan sekitar. Sebelumnya, ia mendapat informasi dari Kakashi untuk menyelidiki sebuah gua.
Yang dimaksud adalah gua dimana batu tajam yang menyerupai dua taring terpaku di pintu masuknya. Gua itu adalah satu-satunya jalan untuk keluar masuk persembunyian Garyo, mengingat tempat itu dikelilingi oleh gunung-gunung curam yang jumlahnya banyak. Itulah yang Kakashi informasikan.

"Kalau begini... kalau dia berniat untuk meloloskan diri, dia tak punya pilihan lain selain menggunakan gua itu'ttebayo!"

Gua itu adalah tempat dimana kage bunshin dan musuh sebelumnya bertarung mati-matian. Bagian dalam gua itu seperti mulut makhluk buas yang memperlihatkan seluruh taringnya. Sekelompok shinobi melindunginya. Seorang lelaki kecil mencoba untuk kabur. Terdengar bunyi samar dari pakaiannya yang terseret...

"Garyoooooo!"
Teriakan Naruto bergema di antara bebatuan.
"Kau! Aku tak akan membiarkanmu kabur!"
Sebelum gema suara itu menghilang, musuh menghalangi jalan Naruto. Seorang shinobi yang dibalut pakaian putih salju muncul. Wajahnya tertutup oleh topeng dengan motif lengkungan.
"Jangan menghalangi jalanku'ttebayo!"
Naruto langsung melempar kunai ke arahnya.

Namun, sesaat setelah ujung kunai Naruto hendak mengenainya, shinobi bertopeng itu menghilang layaknya kabut. Langsung setelahnya, Naruto sadar orang itu sudah bersiap untuk menyerang punggungnya.

"Hyoton: Jisarenhyou!"
Bagian belakang tubuh Naruto dibuat beku.

Akibat serangan itu Naruto terjatuh, namun masih belum cukup untuk membuatnya ambruk.
Naruto berusaha bangun dengan tunjangan kakinya. Ia bangkit, mengacungkan kunai untuk menghadapi lelaki bertopeng itu... Tidak, ia mencoba untuk melakukan itu. Tapi ia tak bisa melakukannya

"A-apa? ttebayo..."
Muncul perasaan seolah terdapat luka gores di dalam tubuhnya. Selanjutnya, perasaan itu berubah menjadi rasa sakit yang sangat tajam.

Biki, biki...bikibikibikibiki! suara daging yang mulai membeku secara perlahan.

Serpihan es yang jumlahnya tak terhitung mulai tumbuh di dalam aliran darahnya. Bagian dalam tubuhnya tampak mulai terpecah menjadi serpihan.

"Uhhhhhh..."
Naruto mengerang dan berlutut. Nafas putih keluar dari mulutnya.

Meskipun udara malam pegunungan itu dingin, ini masih bulan September. Namun, gigi Naruto benar-benar bergetar. Suhu dingin yang teramat di dalam tubuhnya membuatnya menggigil.

Karena ia diserang di bagian punggung oleh lelaki bertopeng, proses pembekuan menyebar cepat ke seluruh tubuhnya. Menyebar hingga menyelimuti seluruh bagian tubuhnya, termasuk tangan dan kaki, kemudian mulai berlanjut ke wajahnya.

Bikibikibiki
Naruto mencoba untuk menggerakan tubuhnya, namun hanya mampu menjatuhkan sebagian kecil es yang melapisinya. Es-es itu terjatuh dari tubuhnya, namun ikatan es sisanya yang begitu kuat membuat Naruto benar-benar tak bisa bergerak.

Lelaki bertopeng itu tak mempedulika es yang menyelimuti Naruto dan kembali ke sisi Garyo.

"Garyo-sama, sebelah sini."
Akan tetapi, Garyo tak mencoba untuk bergerak. Sebaliknya, tiga orang yang melindungi Garyo terjatuh dengan suara menderik.
"!?"

Tampak telah terjadi sesuatu pada mata musuh, yang berada di bawah topeng bermotif lengkungan.

Dari balik kegelapan di belakang Garyo, tangan muncul secara tiba-tiba, tangan yang dengan erat memegangi sebuah kunai.

"Kalau dipikir-pikir, samar-samar aku mengingat kalau Haku juga menggunakan topeng yang sama." Naruto menodongkang kunai di leher target.
"Sesuatu seperti jutsu tadi... Kau... Kau itu ninja pelarian dari Kirigakure, kan?"
"Seperti dugaanku, tadi itu bukan tubuh asli..." ucap shinobi bertopeng, sambil menatap sekilas lewat pundaknya ke arah Naruto yang telah ia bunuh sesaat yang lalu.
"Mengingat kalau kau adalah Uzumaki Naruto, orang yang telah mengalahkan Uchiha Madara, semua seranganku pasti tak ada artinya."

Poof! Kage bunshin Naruto yang terkurung dalam es kemudian menghilang. Lalu, es-es yang menyelimutinya jatuh secara bersamaan dan menciptakan bunyi yang dingin.
Naruto dan musuh saling memandang.

"Kembalikan Garyo-sama...!"
"Tidak mungkin'ttebayo!" Naruto menatap tajam shinobi bertopeng itu.
"Gara-gara kalian, ratusan orang dari Negeri Ombak mati."
"Itu semua demi idiologi kami."
"Ideologi Madara? Masih ada ya sisa ideologi itu setelah perang.."
"Itu adalah kesalahan Madara,." Garyo memotong perkataan Naruto.
"Dia memasukan seluruh dunia ke dalam Mugen Tsukuyomi."

Naruto mempererat todongan kunainya pada leher lelaki kecil gelap itu. Namun tubuh musuh seolah dibalut oleh kesetiaan ambisius, yang membuat ancaman Naruto untuk memotong lehernya bukanlah apa-apa.

Rambut putih panjangnya ia ikat hingga membentuk suatu jalinan. Jenggot putih tumbuh di wajahnya. Di dalam satu-satunya sisi matanya yang berbentuk almond, lumpur yang tampak putih.

"Namun, keinginan sesungguhnya dari Madara tidaklah salah."
Bersamaan dengan bunyi ujung pakaiannya yang dihembuskan oleh angin, Garyo melanjutkan kata-katanya.

"Bosan dengan konflik yang terjadi du dunia.  Demi menjalankan suatu keadilan yang tak tertandingi, tak ada pilihan lain selain menggunakan Mugen Tsukuyomi. Tentu, Madara sudah mati. Begitu juga dengan rencana untuk menggunakan Mugen Tsukuyomi. Gara-gara Uchiha Sasuke, rencana itu benar-benar telah hilang untuk selama-lamanya. Namun, ide itu sendiri belum mati. Meskipun harus menggunakan cara lain untuk melakukannya, langkah demi langkah, kami pasti akan bisa mewujudkan keinginan Madara. Aku sangat percaya."
"Hal-hal seperti apa yang kalian rencanakan'ttebayo?"
"Apa itu keadilan yang tak tertandingi? Jawabannya adalah persamaan hak atas semua manusia."

"Ketidak bahagiaan dunia ini semuanya disebabkan oleh ketidaksamaan. Jadi untuk menerapkan persamaan itu, apa yang harus kami lakukan? Tak lain adalah dengan mengontrol kebebasan individu. Kebebasan untuk membuat uang, kebebasan untuk memiliki sesuatu lebih dari orang lain, atau kebebasan bagi orang lain untuk menjadi lebih dari yang lain... Kami bertarung untuk mengendalikan kebebasan itu. Jika eksperimen kami berjalan dengan lancar, tak lama lagi negara lain juga akan menyetujui maksud kami. Untuk sampai pada titik dimana seluruh kebebasan di dunia ini berada di bawah kendali. Tak salah lagi ini adalah maksud sesungguhnya dari idealisme Uchiha Madara. Karenanya, ini akan menjadi orde baru dunia."

"Dan untuk itu, kalian memilih Negeri Ombak sebagai tempat eksperimen?"
Suara Naruto keluar dari getaran di gerahamnya.
"Di negeri ini, mereka tak memiliki desa ninja atau semacamnya. Membunuh orang yang bahkan tak bisa bertarung..."
"Dari awal, negeri ini sudah damai. Kelihatannya kalianlah yang justru membawa kebencian dan keputusasaan."
"Selama ketidaksetaraan masih ada di dunia ini, tak akan ada negeri yang tak memiliki rasa kebencian dan keputusasaan."

Lengan kanan pakaian Naruto berkibar dihempaskan angin yang makin kencang masuk melewati gua itu, bagaimanapun sudah tak ada lagi tangan di balik kain itu.

"Di negeri ini, tak ada desa ninja. Itulah kenapa banyak ninja pelarian berkumpul di tempat ini. Para shinobi pelarian yang berdatangan ke Negeri Ombak ini akan saling membunuh jika shinobi lain menyinggung mereka. Para shinobi akan bersembunyi, sementara orang biasa menjalani hidup sampai tua. Misi hidup mereka sudah jelas: menjalani kehidupan normal layaknya manusia biasa. Namun bagi para shinobi ini, sejak kecil mereka sudah dilatih untuk saling membunuh, namun mereka tak melanjutkannya."
"Jadi apalagi yang bisa para shinobi ini lakukan? Orang-orang Negeri Gelombang mamandang rendah mereka. Orang-orang berpikir bisa membeli harga diri mereka dengan uang. Ketika mereka butuh kekuatan tempur, mereka mengeluarkan uang mereka dan berpikir untuk menyewa orang-orang sepertimu. Tanpa perlu mengotori tangan sendiri. Berpikir kalau semuanya bisa diselesaikan dengan uang. Uang! Uang! Uang! Orang-orang yang tak memiliki uang bahkan tak mendapat perlakuan yang layak untuk manusia. Rekan yang saat ini kau lawan juga pasti mengerti rasanya."
Naruto mengarahkan matanya pada shinobi bertopeng.

"Putraku disengat oleh lebah dan dilarikan ke rumah sakit. Tak ada dokter di sana. Di rumah sakit berikutnya juga tak ada. Bahkan yang selanjutnya juga. Tak ada satupun. Dan ketika kami menemukan tabib yang tak jelas, yang mengaku sebagai dokter, putraku telah kejang-kejang dan berada di pinggir garis kematian."
"Tentu saja, mantra-mantra dan sebagainya itu tak berguna sama sekali untuknya. Kalau saja ia mendapat penanganan medis yang cepat, mungkin dia masih bertahan hidup. Namun semua petugas medis menghilang dari Negeri Ombak. Menurutmu alasannya karena apa?"
Kata-kata Garyo berhenti sejenak sampai situ. Ia menarik nafas pelan lalu dengan perasaan yang sangat sakit berteriak.
"Karena Perang Besar Dunia Ninja Keempat, demi mengobati para shinobi yang terluka, lima negara besar menyewa mereka semua"
"!"
"Kalaupun ada kedamaian di Negeri Ombak, itu karena orang-orang miskin dan tak berdaya dijadikan sebagai korban. Ini adalah kedamaian yang dibangun di atas tumpukan uang kertas." ucap Garyo. "Dan kau, kau benar-benar bisa bilang kalau tak ada kebencian dan keputusasaan di negeri ini, eh?"

Naruto tak mengatakan apa-apa dan malah menutup mulutnya. Sementara shinobi bertopeng itu, ia menunduk menancapka telapak tangannya ke permukaan tanah.

"Hyoton: Jisarenhyou!"
"!?"

Permukaan tanah terbelah dari bawah. Untaian tetesan es yang tak terhitung jumlahnya keluar dan menyebar menutupi pintu keluar gua itu.

"Teknik Jisarenhyou milikku, meski sesuatu hanya memiliki sedikit kelembaban, aku bisa membekukan apapun." Suara di luar topeng topeng itu meredup, dan pecah. "Dengan ini, tak ada jalan lagi bagimu untuk pergi... Kembalikan Garyo-sama."
Shinobi musuh secara bertahap mulai mengepung.

"Aku ikut berbelasungkawa atas apa yang putramu alami, tapi... Aku tak setuju dengan apa yang sudah kau lakukan'ttebayo." ucap Naruto. "Karena mencoba untuk mencapai kedamaian dan membunuh orang, apa kau pikir orang yang lain akan senang? Dengan itu, kebencian baru justru akan muncul'ttebayo."
"Tak akan ada hasil jika tanpa pengorbanan," ucap musuh dari balik topengnya. "Demi mewujudkan order baru dunia ini. Ini adalah sesuatu yang hanya bisa diwujudkan lewat penderitaan."

"Kenapa kalian terobsesi sekali dengan hal-hal seperti itu'ttebayo.."
"Aku tak mau berdebat denganmu di sini."
"..."
"Kalau kau tak mau mendekatiku, maka aku akan menggunakan caraku sendiri."
"Ini sulit, tapi aku tak mau bertarung melawanmu." Tanpa mengatakan apapun Naruto membawa Garyo dengan satu tangan. Menghentak tanah dan melompat kabur lewat langit-langit gua.
"Ingin melarikan diriki?" Terlambat satu langkah, shinobi bertopeng ikut melompat ke udara. Dalam keadaan tubuh melayang, musuh dengan cepat merapal segel jutsu.
"Hyouken no Jutsu!"

Suara seperti kaca yang pecah terdengar di antara pegunungan. Kelembaban atmosfer bergabung. Pisau es yang jumlahnya sangat banyak meluncur ke arah Naruto. Ujung pisau es yang begitu tajam memantulkan sinar cahaya bulan.
Hampir saja terpotong oleh tebasan pisau es itu, pusaran angin hitam menangkap Naruto dan Garyo.

Piiiii~ Bunyi burung yang bergema di antara lembah.
Shinobi bertopeng mendarat, dengan mata yang pucat melihat ke arah burung hutam yang telah menculik Garyo.

"Nice timing dattebayo!"
"Semuanya baik-baik saja, kan?"

Lalu di balik pungung burung raksasa, Naruto dan Sai melakukan tos.
(Scene Berubah)
"Sejak saat itu, sudah lebih dari 6 tahun ya... Waktu itu, aku masih 12 tahun! Kami tim tujuh sedang dalam sebuah misi' dattebayo. Guru Kakashi, dan Sakura-chan, dan si Sasuke itu juga ikut.."
"Tidak lebih dari 6 tahun."
Inari membenarkan kata-kata Naruto. Inari masih 14 tahun, namun kelihatan lebih dewasa dari umurnya. Di pinggangnya, sebuah palu dan gergaji tergantung.
"Tapi bahkan kak Naruto..."
"Maksudmu tangan kanan ini?"

Inari mengalihkan matanya. Setelah pertarungan melawan Sasuke, Naruto kehilangan tangan kanannya dari ujung sampai ke lengan atas.

"Tentang ini, ini bukan masalah'ttebayo!" Naruto membuka lebar mulutnya dan tersenyum. "Karena ini, aku memperoleh sesuatu yang jauh lebih berharga."
"...Apa kau memang selalu seperti ini?"
"Saat ini, nenek Tsunade sedang membuat palsu untukku'ttebayo, jadi tak perlu khawatir Inari."
"Begitu ya..."
"Ngomong-ngomong, apa yang sudah terjadi pada Negeri Ombak?"
"Dulu, ketika aku bertemu kak Naruto, aku kakekku akhirnya berhasil membuat jembatan yang hebat. Kupikir dengan itu semua orang akan senang." Inari tersenyum kecil.
"Tapi, karena jembatan itu, perdagangan meningkat drastis, orang kaya bertambah banyak, dan mereka hanya peduli dengan uang. Sama seperti Gato, mereka adalah orang-orang yang akan melakukan apa saja untuk uang, dan saat ini mereka sudah benar-benar parah."
"Aku yakin bisa dengan berani membicarakan masalah ini denganmu.."
"Ketika Pain menghancurkan Konohagakure, ketika kami datang untuk ikut membantu melaksanakan pembangunan."
"Waktu itu Konoha begitu sibuk, tak ada waktu luang untuk kami membicarakan masalah ini... tapi sekarang, yah, beginilah kondisi Negeri Ombak saat ini."

Dalam hening, Naruto berdiri untuk makin dekat dengan nisan Momochi Zabuza dan Haku. Dari kayu, nisan yang dibuat hanya tanda seadanya. Enam tahun benar-benar sudah berlalu. Waktu itu, di dekat makam Zabuza, Kakashi menancapkan Kubikiribouchou. Rekan Sasuke, Suigetsu telah mengambilnya.

Angin sepoi berhembus di balik rumput, dan bunga liar ikut terkena hembusannya.
Naruto tentu sudah makin dewasa.

"Lalu, bagaimana kabar kakek Tazuna? Apa dia baik-baik saja?"
Meski sempat ragu Inari akhirnya mengatakan ap yang ada di pikirannya.
"Dengan selesainya sentuhan akhir Tobishachimaru, ia selalu bermalam di pelabuhan galangan kapal."
"Apa dia sedang membangun kapal baru?"
"Bisa dibilang begitu, tapi yang ia buat adalah kapal yang bisa terbang di udara."
"Untuk?"
"Untuk Negeri Ombak, ia mencoba untuk membangun sistem tranportasi. Kalau Tobishachimaru selesai, Negeri Ombak akan menjadi salah satu yang teratas dalam hal transportasi. Sampai saat ini, butuh berhari-hari untuk mengirim barang dengan kapal. Tapi lewat jalur udara, mungkin bisa dikirim dalam waktu yang singkat."

Dari nada bicara Inari, meski cerita tadi tampak seperti kabar bagus, namun yang sebenarnya terjadi adalah kebalikannya. Seperti sesuatu dalam diri Inari menolak itu semua.

"Sebenarnya, ini rahasia, tapi untuk kak Naruto, kurasa aku bisa membicarakannya. Kalau satu unit telah selesai dibuat."

"Para petinggi Negeri Ombak akan diundang, karena ini akan menjadi menjadi pengalaman penerbangan perdana. Kami akan memperlihatkan Tobishachimaru yang luar biasa pada orang-orang. Kami akan mengumpulkan lebih banyak lagi uang. Tapi kalau uangnya sudah terkumpul banyak, kami akan membangun kapal lain lagi, dan mencoba untuk mencakup pasar di lima negara besar. Meskipun ini masih rahasia, saat kakek dan krunya melakukan penerbangan, ke desa konoha, kurasa mereka akan meminta bantuan shinobi Konoha untuk melindunginya."

"Aku tahu beberapa shinobi yang bisa terbang di langit, tapi apa iya ada kapal yang bisa terbang?"
"Selama lima negara besar menghabiskan waktu mereka pada peperangan, Negeri Ombak terus mengembangkan teknologi baru."
"Apa ukurannya besar?"
"Yang kakek dan krunya buat saat ini, kurasa bisa mengangkut sekitar 50-60 penumpang. Kalau ada uang, kami mungkin bisa membuat yang lebih besar lagi."
"Tapi, bagaimana mungkin kapal bisa terbang'ttebayo?"
"Bayangkanlah itu seperti balon raksasa." ucap Inari. "Diisi dengan gas yang lebih ringan dari udara, dan di bawahnya orang-orang dan barang bawaan bisa ditaruh di dalam keranjang besi... mirip gondola. Untuk menggerakannya, di bagian belakang dipasangi enam baling-baling."

Dalam bayangan Naruto, yang tergambar adalah keranjang bambu yang diatasnya terdapat balon-balon yang jumlahnya banyak. Lalu saat melayang di udara, tiba-tiba saja entah dari mana kawanan gagak muncul dan mematuk-matuk balon tersebut. Pan-pan~~ membuat balonnya meletus.
Orang-orang di dalam keranjang bambu itupun berjatuhan.

"Aku tidak mau sama sekali menaiki hal seperti itu'ttebayo." ucap Naruto sambil gemetaran. "Tapi sampai mengundang para petinggi, apa ini benar-benar aman?"
"Tentu sudah dilakukan banyak percobaan.."
"Jadi? karena hasil dari percobaan itu kau begini, Inari?"
"...eh?"
"Bisa dilihat dari wajahmu'ttebayo." Naruto mengangkat bahunya, "Memang benar, kita tak butuh kapal yang bisa terbang."
"...ya" Inari menundukan matanya. "Kalau proyek Tobishachimaru selesai, negeri Ombak akan menciptakan banyak uang.."
"Apa kau tak bisa menerimanya?"
"Itu bukan masalah, tapi..."
"Tapi, bagi para pekerja yang membuat Tobishachimaru, kupikir banyak dari mereka akan pergi setelah proyek ini selesai." Inari mengangkat wajahnya dan memandang ke arah Naruto, "Dari awal, kami penduduk Negeri Ombak mendapat penghasilan dari bisnis angkut barang.

Orang-orang mengangkut barang dengan pundak mereka, mengangkut barang dengan kapal laut. Mereka mungkin akan kehilangan pekerjaan mereka. Lalu, apa yang akan terjadi? Orang-orang akan mulai membenci Tobishachimaru. Dan kami yang telah menciptakan hal semacam itu, mereka akan membenci kami juga."
...
"Uang! Uang! Uang!" ingatan tentang suara Garyo berdengung di telinga Naruto. "Kalaupun ada kedamaian di negeri ini, itu karena orang-orang miskin dan tak berdaya dijadikan sebagai korban. Ini adalah kedamaian yang dibangun di atas tumpukan uang kertas."

"Ngomong-ngomong, terimakasih karena sudah menangkap Garyo." melihat ekspresi serius Naruto, Inari mengubah pembicaraannya. "Orang-orang itu, sejak awal mereka sudah menentang pembangunan Tobishachimaru. Mereka sering melakukan pembunuhan terhadap pekerja, membunuh orang-orang... Garyo akan dikirim ke Houzukijyou, kan?"
"Ahh... begitu kurasa."

Tentang Houzukijyou, lima negara besar bekerja sama untuk menanggung biaya pengerjaannya. Dibangun di Kusagakure, merupakan suatu institusi tempat mengurung para tawanan. Dan tentu, lima negara besar ikut andil dalam mengelolanya.

Beberapa tahun sebelumnya, Naruto sempat mendapat misi untuk menyusup ke Houzukijou. Dan pada akhir misi, Houzukijou hancur. Perbaikan pun dilakukan. Karena itu, Inari dan para pekerja Negeri Ombak tahu tentang tempat itu.
"Kalau tak salah, Naruto-niichan, kau pernah dibawa ke Houzukijyou kan? Pasti di sana kau sempat mengintip pemandian para gadis.."
"Itu cuma untuk menjalankan misi!"

Melihat mata Naruto mendadak terbuka lebar begitu, Inari tertawa. Naruto pun ikut tertawa.

"Yah, hal-hal di dunia ini terus berubah'ttebayo." ucap Naruto. "Uang, kunai, ninjutsu, tergantung bagaimana cara memanfaatkannya, kurasa tak ada yang lebih baik atau lebih buruk."
Inari mengangguk.

"Kalau bisa memanfaatkan uang dengan benar, banyak orang pasti akan bisa diselamatkan''ttebayo." ucap Naruto. "Tapi bagaimana caranya, aku tak tahu. Aku rasa menangkap orang-orang seperti Garyo, itu bukan cara yang terbaik, kan?"

 =========================================================================

CHAPTER 01 "KERAGUAN"

Seperti biasa, Naruto sedang memegang mangkuk ramen, tiba-tiba mengeluarkan kepalanya keluar dari kedai Ichiraku. “Kakashi-sensei! Kakashi-sensei!” teriak Naruto.

Disisi lain, dari sudut pandang Kakashi, ia tidak merasa melihat Naruto. Setidaknya, tidak untuk saat ini. Dan kemudian, Kakashi mulai membuka dan membaca buku favoritnya, Icha Icha Tactic. Bab ketiga merupakan bab yang paling “Icha-Icha” dari seri buku tersebut. “Diam saja dan ikutlah denganku!” ajak Naruto. Kakashi pura-pura terhanyut dalam bacaannya, mencoba untuk mengabaikan komentar Naruto dan membiarkannya bagaikan angin lalu.

“Kakashi-sensei ‘tebayo!” teriak Naruto sekali lagi. Yah, meskipun begitu, untuk seseorang seperti Naruto, ia bukanlah tipe orang yang mengerti tentang sifat sentimentil seseorang, apapun yang terjadi.

“Ada yang salah? Aku terus memanggilmu… kau belum cukup tua untuk menjadi tuli, kan?“ ucap Naruto dengan kesal.

“Mm? Ah, Naruto?” jawab Kakashi, padahal dalam benaknya ia menghela nafas. “Ah, maaf.. aku sedang bingung karena buku ini, jadi aku tidak memperhatikanmu.. Oh! Bagaimana dengan tangan buatanmu?”

“Yah, masih agak kurang pas, tetapi…” sambil Naruto bicara, ia dengan canggung menggerak-gerakkan sumpit di tangan kanannya. “Aku juga tidak meminta terlalu banyak kok – tebayo."
“Oh, begitu.” sahut Kakashi.
“Selain itu, Kakashi-sensei, kau masih belum melakukan upacara pelantikanmu?” tanya Naruto.
“Eh?” Kakashi melangkah lebih dekat. “Yah, untukku, aku lemah untuk hal seperti itu.”

Belakangan ini Kakashi ditanyai tentang hal tersebut kemanapun Ia pergi, dan Ia akan sedikit menciut. Tentu saja, Kakashi sudah memantapkan dirinya untuk menjadi Hokage. Bagaimanapun, bagi dirinya sendiri, Kakashi berpikir bahwa ia sudah tidak memiliki kapasitas lagi sebagai seorang Hokage. Setelah upacara pelantikan selesai, ia tidak dapat kembali lagi.

Sekarang Perang Dunia Shinobi Keempat telah selesai, jadi tak perlu untuk terburu-buru menjadi Hokage selanjutnya, kan? Kakashi terus memikirkan hal itu dalam benaknya.

"Tetapi bagaimana dengan Monumen Hokage, itu sudah selesai..” dengan menggunakan tangan kanannya secara canggung, Naruto dengan bisingnya menyedot ramennya.

“Tapi semua orang menantikan hal itu… pertama, siapa Hokage nya? Ini belum jelas, entah itu dirimu atau Tsunade. Kau memberi contoh yang buruk kepada desa lain – tebayo. Itulah inti dari pelantikan, kan?” jelas Naruto.

“Karena Tsunade-sama juga masih sehat. Dan juga bagiku...“

"Untuk Nenek Tsunade, dia sudah tidak cocok – tebayo.” potong Naruto. Naruto secara terus terang menyatakan hal keterlaluan dan tak terpikirkan seperti itu.

“Akibat perang terakhir kemarin, Nenek Tsunade berada di ambang kematian. Bagaimana caranya, maksudku ada beberapa jenis pekerjaan yang tidak dapat ia kerjakan secara maksimal.” ucap Naruto.
“Begitukah?” sahut Kakashi.

“Kurasa jika ia pergi tanpa tujuan di siang hari, dia mungkin minum sake... di tempat perjudian mencoba untuk memulai perkelahian. Ini adalah perang untuk dirinya sendiri di usia senjanya, tidakkah kau menyadarinya?” ucap Naruto sambil tertawa.

“Hey, kenapa kau harus membicarakan hal itu dengan antusias?” Hal ini bukanlah suatu bahan candaan bagi Kakashi. Setelah mengatakan hal tersebut, dari belakang Naruto muncul sebuah aura gelap haus darah yang tak biasa.

“Yah, Nenek Tsunade memang memiliki penampilan yang masih muda, tetapi ini dapat dimengerti bahwa ia secara bertahap akan menuju usia tua dan pensiun dalam waktu dekat, yah untuk bersenang-senang.” tambah Naruto.

“Eh... Err, seperti itu kah?” imbuh Kakashi.

Rasa haus darah tersebut semakin meningkat. Kakashi menjadi bingung.

“Tsu... Tsunade-sama, Aku rasa Ia masih mudah. Yeah. Kurasa begitu.” Kakashi gugup.

“Pada tingkat apa? Walaupun dari jauh, kau tidak tahu atau tidak perduli akan hal itu, tapi jika kau lihat lebih dekat, wajahnya itu dipenuhi oleh kerutan.” imbuh Naruto lagi.

“Whaa!” dalam pikiran Kakashi. “Jaga ucapanmu dan hentikan itu!”

Berbicara tentang suara yang berlebihan... Naruto bahkan seharusnya tidak perlu untuk berbicara tentang itu. Rasa haus darah itu semakin menjadi bertambah buruk.

“Mengapa kau terlihat begitu kebingungan, Kakashi-sensei?” tanya Naruto.

Sepasang mata yang mencolok bersinar dari belakang Naruto. Hanya Naruto yang tidak menyadarinya.

“Aku tidak dapat berbicara keras-keras. Belakangan ini, ia menjadi sangat pemarah. Kelupaannya juga sangat menyeramkan.” ucap Naruto lagi.

Dalam pikiran Kakashi “Matilah anak ini.”

Ketika Kakashi menutup matanya, Ia tidak melihat tinju Tsunade mendarat di kepala Naruto. Bam!! Suaranya bukan main, entah Kakashi ingin atau tidak, ia pasti mendengarnya.

“Siapa yang sangat pelupa?” kemarahan Tsunade menggema. “Aku menjadi pemarah, itu semua karena kau yang membuatku begitu!”
Ketika Kakashi membuka matanya, Ia melihat ada benjolan besar di kepala Naruto sambil tersungkur di tanah.

“Kakashi!” ucap Tsunade.

“Y...Ya!” jawabnya. Karena mata Tsunade yang bersinar menatap mereka, suara Kakashi menjadi terputus-putus. “A-Aku rasa Tsunade-sama masih cukup muda...”

“Kau masih belum memutuskan tanggal pelantikanmu?” ucap Tsunade.

Hening...

“Keraguan itu, aku mengerti betul.” ekspresi Tsunade melunak. “Karena aku juga pernah merasakannya.”

“Ya...” jawab Kakashi.

“Untuk menjadi seorang Hokage, Kau tidak dapat hidup seperti yang kau inginkan sebelumnya.” Tsunade menganggukkan dagunya ke arah Naruto yang sedang tersungkur di tanah. “Juga cepat atau lambat untuk si idiot ini, tidak akan bisa seenaknya sendiri.”

Kakashi terdiam mendengarkan Tsunade berbicara.

“Rokudaime Hokage bukanlah orang lain, tetapi hanya kau seorang.” ucap Tsunade. Naruto memang telah menjadi kuat, tapi seperti yang kau lihat, ia masih belum memiliki kaliber seorang Hokage. Selain itu, pada konferensi Lima Kage, bukankah sudah diputuskan bahwa kau akan menjadi Hokage?”

“Karena pada waktu itu, aku masih memiliki Sharingan” ucap Kakashi.

Hening...

“Semenjak kehilangan Sharingan, aku juga tidak dapat menggunakan Raikiri....” ucap Kakashi menambahkan. “Untuk Raikiri, itu karena aku memiliki penglihatan kinetik dari Sharingan. Itulah kenapa aku dapat menyelesaikan jutsu tersebut. Jika aku menjadi Hokage dengan keadaanku yang sekarang, bagaimana mungkin aku bisa melindungi Konoha? Itulah yang aku pikirkan.”
“Kakashi...” ucap Tsunade.

“Maafkan aku Tsunade-sama... tentang diskusi ini. Tolong tunggu hingga misi kali ini selesai.” dalam pikiran Kakashi.”Kau akan menjadi Rokudaime Hokage, Kakashi....” ia terbesit perkataan Obito dahulu. Setelah itu, ia diberikan Sharingan sebagai hadiah. “Buat apa aku ragu? Sejak awal Sharingan hanya dipinjamkan padaku untuk waktu yang terbatas, kan? Ahh... mungkin, aku terlau banyak bergantung pada Sharingan.” batinnya.

“Ia adalah pelindung Tobishachimaru ‘kan?” Tsunade mengganti topik pembicaraan. “Apakah orangnya cukup?”

“Mungkin di saat terakhir, baru dapat personil yang cukup. Tahun ini, sejak mereka bertugas di Houzukijyou, Tim Guy dan Tim 10 Shikamaru terus berada di sana.” jawab Kakashi.

“Houzukijyou... tapi mereka harus cepat memutuskan siapa raja Kaisar untuk kastil itu.” imbuh Tsunade.

“Untuk mencari seorang master seperti Mui, mereka mungkin tidak akan banyak menemukan seseorang sepertinya.” tambah Kakashi.

Beberapa tahun sebelumnya, dengan strategi gabungan antara Konohagakure dan Kumogakure, Houzukijyou ditumpas. Sebelum kastilnya dipulihkan dan para tahanan dikendalikan dengan jutsu yang disebut Tenrou no Hijutsu (Jutsu Rahasia Penjara Langit) oleh Kaisar kastil, Mui. Di tengah menjalankan strateginya, Mui kehilangan nyawanya. Semenjak itu, Konoha, Suna, Kumo, Iwa dan Kiri, saling bergantian untuk menjadi penjaga penjara.

“Untuk Naruto, semenjak ia perlu menjaga desa, kali ini para Jounin akan menemaniku dalam misi. Yah, karena kita hanya menjadi penjaga upacara, seharusnya tidak ada masalah. Bahkan jika kapalnya terbang, itu masih tugas kita.” jelas Kakashi.

“Hal ini mengingatkanku, bukannya Guy berkata bahwa ia ingin melakukan misi ini? Dengan kakinya yang seperti itu, iya tidak seharusnya berkata demikian.” kata Tsunade.

“Seperti biasanya, ia hanya ingin melihat kapal terbang.” ucap Kakashi. “Jika ini Guy, ia mungkin akan pergi ke Nami no Kuni (Negeri Ombak) dengan kursi rodanya.”

“Kapal terbang... Cerita yang luar biasa, bukan? Saat ini, kelihatannya keberadaaan Tobishachimaru adalah rahasia untuk negara lain, bagaimanapun...” ucap Tsunade.

“Ehh, ini akan segera diketahui secara luas. Jika informasi tentangnya bocor, hal ini akan segera diminta oleh tiap desa dari tiap negara. Mereka akan mencoba untuk mencuri teknologi Tobishachimaru dari Nami no Kuni.” tambah Kakashi.

Sejenak, dalam benak Kakashi, ia mengumpulkan semua pemikirannya. Mengenai izin dari langit dan bagaimana sesama shinobi menipu satu sama lain, pembunuhan bersama mungkin akan dimulai, atas hak ke langit.

  =========================================================================

CHAPTER 02 "MOMEN ABAD INI"

Walaupun seharusnya ini adalah event rahasia, mereka membuat sebuah upacara penerbangan yang besar di pantai. Mereka membuka Kusudama, melepaskan merpati putih, mengadakan parade, melempar confetti, dan pidato selamat diberikan.

Semua orang menggunakan pakaian kehormatan di momen abad ini. Tobishachimaru memiliki panjang 223 meter, diameter 34 meter dan memiliki kecepatan maksimum hingga 70km/jam (sekitar 44 mil/jam). Memiliki enam set baling-baling, gondola berbentuk streamline, dan bagian penumpang.

Nama Tobishachimaru sendiri diambil dari paus Orca (Shachi) dengan sirip pectoral (sirip perut) dan sirip dorsal (sirip punggung) yang digambarkan secara hati-hati pada bagian balon. Cuacanya sempurna. Tazuna terharu dengan hasil pekerjaannya yang sesuai harapan. Kakashi kemudian memberi selamat kepada Tazuna.

Tazuna mengatakan bahwa balon tersebut diisi dengan gas Helium agar dapat melayang, karena gas Helium memiliki massa yang lebih ringan dari udara dan juga tahan api. Percobaan terbangnya sekitar 2,5 jam, hanya sampai ketinggian 5000 m, dimana negara lain tidak dapat melihat percobaan terbang ini. Badan kapal ini berwarna biru cerah, sama dengan warna langit.

Informasi ini hanya diberitahu ke Konoha. Walaupun Garyo telah dikirim ke Hyouzukijyou, sisa dari grupnya masih tersebar. Itulah kenapa shinobi Konoha dipilih dalam misi ini dan akan mengawasi kapal tersebut. Suara dari peron memotong pembicaraan Tazuna dan Kakashi, memberitahu bahwa 57 orang yang beruntung akan memperoleh undangan untuk menaiki Tobishachimaru.
Tazuna dipenuhi dengan emosi dan senyuman. Akhirnya inilah momen abad ini! Mereka tertawa bersama sambil melihat barisan orang-orang yang mulai menaiki Tobishachimaru. Orang-orang mengambil gambar untuk memperingati hari tersebut, tetapi tiba-tiba terdengar suara seseorang yang panik sambil berlari dari belakang. Seorang wanita dengan gaun biru panjang sedang berlari dengan kecepatan penuh, melambaikan tiket emasnya, memberitahu mereka untuk menunggu hingga dirinya naik. Tepat setelah ia berada di depan Kakashi, ia tersandung sesuatu dan terjatuh, lalu menjerit. Kakashi dengan instingnya menangkap tubuh wanita itu.

Mata wanita itu terbuka lebar, dan terjadi keadaan pemandangan saling menatap. Rambut keriting yang terurai, bibir lembab yang sedikit terbuka, pupil yang lebar. Waktu terasa berhenti untuk sesaat, dan dunia serasa hanya milik Kakashi dan wanita tersebut. Wanita itu terjatuh di tangan Kakashi. Ketika ia mengangkat wajahnya, rambut keritingnya yang panjang menyentuh lembut ujung hidung Kakashi.

Kakashi bertanya apakah ia baik-baik saja. Wanita itu menjawab sambil meminta maaf karena sudah menyusahkannya karena dirinya sedang terburu-buru, dan berterima kasih kepada Kakashi. Wanita itu kembali berteriak dan berlari ke arah kapal, memberitahu mereka untuk menunggu agar ia bisa naik. Kakashi mengatakan kepada Tazuna ketika ia melihat wanita itu berlari, Wanita itu terlihat sangat antusias. Kakashi juga mengatakan bahwa pasti menjadi pengrajin kayu adalah pekerjaan yang hebat.

Tazuna malah merespon dengan mengatakan bahwa wanita itu sangat cantik, dan berbicara soal kesempatan, ia menanyakan soal upacara pelantikan Kakashi. Ia kemudian melihat lagi ke arah wanita itu sambil menunggu kapal lepas landas. Tazuna kemudian mengatakan saat ini Kakashi menatap linglung di baling-baling ekor.

“Aku juga tidak terlalu mengerti, tapi mengenai upacara pelantikan Hokage, aku rasa itu seperti sebuah upacara pernikahan antara dirimu dengan desa Konoha, ‘kan?” ucap Tazuna.

Kakashi menjawab dengan sama-samar bahwa kurang lebih seperti itu. Tazuna berpikir seharusnya ia tidak perlu cemas, bahkan jika semua orang memiliki harapan yang tinggi kepadanya. Tiba-tiba, mata Kakashi melihat sesuatu bayangan di kapal. Tazuna tidak memperhatikan, ia tetap berbicara tentang wanita tadi, menanyai Kakashi contohnya, jika wanita itu meminta Kakashi untuk menikahinya.

Kakashi mengabaikan Tazuna hampir di seluruh pembicaran tadi. Tazuna melanjutkan, bagaimana jika ada seorang wanita yang tegas, dan berkata bahwa ketika ia masih muda, ia seperti anjing kelaparan, mengejar bokong-bokong wanita. Kakashi memotong pembicaran Tazuna sambil ia terus berkonsentrasi kepada seseorang yang yang baru saja melompat dari buritan kapal. Kakashi lalu berlari ke arah Tobishachimaru dimana penumpang terakhir telah naik, meninggalkan Tazuna yang masih kebingungan. Para staf kapal sedang bersiap untuk lepas landas.

Kakashi berteriak ke arah sesosok yang tengah menggunakan jubah berkerudung hitam, yang sedang berhenti untuk sejenak. Kakashi merasa bahwa orang tersebut tidaklah diundang. Orang tersebut berlari menjauh ketika Kakashi memberitahunya untuk berhenti.

Mereka saling bertukar serangan, dan Kakashi melancarkan serangkan kombinasi secara berturut-turut. Kakashi merasa bahwa orang yang bertarung dengannya sangat hebat, tidak ada satupun gerakannya yang sia-sia. Mereka saling bertukar taijutsu dan saling membaca pergerakan lawan. Pola serangan ini sepertinya Kakashi sudah tahu betul, dan Kakashi tidak merasakan adanya hasrat akan haus darah.

Kakashi menyadari bahwa tidak ada indikasi bahwa lawannya akan menggunakan ninjutsu. Ia telah melakukan double-check terhadap intuisinya dan melihat ke arah orang itu serta memperhatikan tingginya. Kakashi melancarkan serangkan ke arah dada musuh. Mereka saling melancarkan combo taijutsu secara berturut-turut. Orang tersebut lalu jatuh ke tanah, dan Kakashi melihat kearah orang tersebut dan berkata, “Karena kau disini, artinya Guy juga datang, ‘kan?”

Dia adalah Rock Lee! Kakashi pergi kearah kerumunan penumpang dan orang-orang yang mengambil gambar. Ia langsung menuju ke tali terakhir yang menghubungkan Tobishachimaru ke tanah.

Ketika kakashi melintasi jendela dari gondola tersebut, ia melihat orang-orang di dalamnya secara sekilas, tetapi tidak ada yang menyadarinya. Ia melihat ke arah kantung udara dan berlari kearah ekor kapal. Kakashi mulai berpikir bagaimana caranya Lee dapat menghindari para Jounin yang berjaga di sekitar tempat itu. Ia berpikir bahwa mungkin mereka disuap.

Kakashi kemudian begerak ke buritan kapal, bergantung dengan satu tangan. Di dalamnya terdapat sebuah baling-baling yang panjangnya kira-kira 5 meter. Ia menduga mereka mungkin telah menyusup lewat sini. Baling-baling tadi mulai berputar, perlahan semakin cepat dengan suara pelan. Ketika mereka mulai meningkatkan ketinggian, angin yang kuat mulai berhembus, dan suhunya lebih dingin dari yang Kakashi duga. Kakashi mengumpulkan chakra di tangan dan kakinya agar tidak tertiup angin.

Kakashi lalu lanjut merangkak ke bagian propulsi. Mesin Tobishachimaru berhenti sejenak di udara. Kakashi memberanikan diri melawan angin dan merangkak kedalam interior tepat sebelum baling-baling mulai berputar lagi, dan mengejutkan dirinya. Ia beruntung baling-baling tersebut tidak berputar terlalu cepat, atau ia akan menjadi daging cincang.

Kakashi merasa lega. Tetapi ia masih dalam bahaya akan terhisap, oleh karena itu ia mengumpulkan chakra lagi untuk dapat melekat ke kapal. Sedikit demi sedikit, ia berusaha keluar dari bagian interior dan akhirnya berhasil keluar, lalu mengecek sekeliling. Ia menyadari bahwa kantung udara depan diblok, tetapi terhubung ke tempat dimana ia berada dengan sebuah tangga sehingga ia dapat mengeceknya. Sepertinya rute ini mengarah ke ruang mesin. Kakashi mendengar suara bising mesin, kemudian ia mengecek seluruh ruangan itu hingga ke tiap sudut.

Kakashi sadar bahwa ada sesuatu yang terlihat seperti bayangan Lee, yang masih menggunakan jubah hitam sedang berlari. Kakashi melompat ke arah tangga besi. Di dasar kapal, ada banyak kotak-kotak kayu. Seorang pria dengan kursi roda terkejut di sudut ruangan. Kakashi melompat dan berkata, “Apa artinya ini, Guy!” Guy tiba-tiba menghentikan kursi rodanya.

Kakashi meminta penjelasan sambil menghela nafas. Kakashi bertanya apakah Guy memaksa Lee agar membawanya ke Tobishachimaru, karena ia menduga bahwa Guy mengancam Lee akan memutuskan ikatan guru-murid mereka. Dan kemudian Kakashi menyadari kondisi Guy .

Di tengah pertarungan dengan Madara, tulang kaki kiri Guy hancur. Semenjak insiden tersebut, ia harus hidup dengan menggunakan kursi roda. Menurut dokter, ia tidak mungkin dapat berjalan lagi. Bagaimanapun, dengan latihan yang rutin, pria ini tidak hanya ingin dapat kembali normal, tetapi ia juga menaruh semangat masa mudanya yang membuat di masa rehabilitasinya ia dapat berdiri dan berjalan.

“Bahkan jika ini bukan karena Lee, aku juga dapat melakukan apa yang aku inginkan,” ucap Guy. “Sebagai seorang manusia, bahkan tanpa satu atau dua kaki, ia masih dapat hidup dengan sempurna. Secara personal, akulah buktinya!”

Kakashi melihat ke arah kaki kanan Guy, dan bertanya apa tujuannya menyelinap ke dalam Tobishachimaru.
Guy menjawab,”Dengar, Kakashi... Ini bukan berarti masaku sebagai shinobi berakhir. Bahkan sekarang, kaki kiriku mampu melakukan squat 1000 hingga 2000 kali. Ini bukan apa-apa. Jika aku aku memikirkannya, dengan atau tanpa kursi roda sekalipun, menyelinap ke dalam kapal seperti ini adalah perkara mudah. Wahahaha!”

Kakashi mengingatkan Guy tentang mabuk lautnya. Guy mencoba untuk tidak muntah. Ia berkata kapal adalah kapal, tapi ini adalah kapal terbang, jadi situasinya berbeda. Kakashi mengingatkannya kembali bahwa kapal tetaplah kapal. Guy mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja, tapi wajahnya tiba-tiba mulai pucat. Kakashi bertanya-tanya apa yang akan Guy lakukan mengenai hal tersebut. Kemudian mereka mengganti subjek pembicaraan dengan membicarakan hal lucu, dimulai dengan Kakashi:

“Untuk seorang Jounin yang bersembunyi di kapal ini, mereka telah dilaporkan ke Negara Ombak. Semenjak kita tidak dilaporkan, dan jika kita ditemukan disini oleh Negara Ombak, hal ini akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri Konoha. Jika mereka berpikir bahwa kita mungkin mencuri informasi tentang Tobishachimaru, mungkin akan terjadi kesalahpahaman.”

“Bukan masalah!” ucap Guy.

“Hah?” imbuh Kakashi.

“Karena ini adalah percobaan terbang, tentunya ini rahasia bagi negara lain.” Guy tersenyum lebar dan tertawa. “Formalnya, Tobishachimaru itu tidak ada. Jadi, kau dan aku tidak dapat menyelinap di kapal yang tidak ada.”

“Oh, begitu ya.” imbuh Kakashi lagi.

 =========================================================================
 
CHAPTER 03 "SERANGAN UDARA"

Guy mulai mengeluh bahwa itu menjengkelkan, mengapa mereka tidak bisa lebih cepat, dan bagaimana shinobi seperti mereka seharusnya sudah ditangkap. Guy mendesak Kakashi agar cepat-cepat ketika ia mendorong kursi rodanya melalui bangunan yang sedang melayang di udara ini, dan akhirnya melewati gudang. Guy berusaha untuk mendapatkan perhatian Kakashi. Sementara itu, Guy tidak dapat diam bahkan untuk sedetik saja.

“Ada apa, Kakashi? Kau melambat! Kau menyebut dirimu sebagai shinobi Konoha? Kau ******!"
“Bagimu, jika itu dirimu, kau benar-benar sudah sembuh.” respon Kakashi.

“Kau juga, biarkan darah mudamu mendidih!....” imbuh Guy.

Karena Guy maju duluan, hanya dengan kekuatan tangannya, ia akhirnya dapat berada di depan. Berbicara tentang hal ini, Guy tidak hanya melakukan squat , tapi juga push-up; sepanjang hari melakukan hal tersebut seperti seorang idiot. Kakashi pikir tentang hal ini ketika ia melihat Guy berada di depan dirinya. Kekuatan tekadmu lah yang telah menyembuhkanmu, Guy.

Setibanya di langit-langit ruang makan, Guy tiba-tiba berhenti. Akibatnya, wajah Kakashi menabrak bokong Guy.

“Jangan tiba-tiba berhenti donk ….” ucap Kakashi
 “Shhh!” sahut Guy sambil member isyarat jari.

Dari kisi-kisi jeruji, Guy melihat ke seluruh isi ruangan. Tepat di depan jeruji tersebut, ada sebuah lampu gantung yang teruntai. Di sudut ruangan, ada sebuah piano putih besar. Di depannya tertata rapi sofa dan meja, bahkan bar alkohol di dekat jendela. Mereka ingin tahu untuk apa yang dilakukan shinobi-shinobi di sana. Ada beberapa shinobi yang mengendalikan para penumpang. Mereka mengancam dengan kunai, mengejek, dan mendorong mereka agar mereka berkumpul.

Kondisi para penumpang yang kebingungan membuat mereka terlihat seperti domba yang sedang diarahkan. Mereka dikumpulkan di tengah ruangan. Seorang anak kecil yang melekat di pinggang ibunya, terlihat menangis terisak-isak. Penumpang yang mengeluh ditendang langsung oleh shinobi tersebut.

“Ada berapa banyak mereka?” Kakashi coba mendengarkan dengan seksama.
“Dari yang kulihat, ada enam.. tidak, tujuh orang!” sahut Guy dengan nada pelan.
“Apa dua orang yang tadi juga ada di sana?” tanya Kakashi.
“Aku tak tau.” sekarang, Guy sekarang coba mendengarkan.
“Ada berapa banyak shinobi yang menyamar dari Konoha?” tanya Kakashi lagi.
“Ada tiga orang.” sahut Guy.

Sebelum Guy selesai bicara, para jounin tersebut bergerak. Salah seorang dari mereka menyamar sebagai penumpang, dan melompat keluar dari kerumuman. Ia melemparkan kunai dari kedua tangannya kearah shinobi musuh. Dua shinobi musuh langsung tumbang. Melirik tepat ke arah teriakan, tepat di bawah lampu gantung tadi, seorang jounin yang lain menebaskan pedangnya ke musuh. Karena serangan balik ini tidak diprediksi oleh musuh, shinobi musuh secara bersamaan kesal.

Karena bidikan shuriken musuh yang bagus, beberapa penumpang terkena dan tumbang. Seorang jounin ditendang dan terhempas ke arah kerumunan penumpang. Seorang pria besar di tengah ruangan bertiak apa yang rekannya, Kahyo lakukan.

Sepertinya orang tersebut yang menggunakan pakaian biru gelap dan berjanggut adalah pemimpinnya. Kakashi terus mengingat nama Kahyo di dalam pikirannya. Jounin ketiga tadi melompat dari piano besar, dengan kedua tangan memegang erat kunai, dan mengarah langsung ke arah si pemimpin. Pria itu lalu mengeluarkan sebuah pedang panjang yang disembunyikan dari balik jubahnya, menerima tantangan dari jounin tersebut.

Mereka berdua secara hati-hati menggunakan ninjutsu, mungkin karena mereka berada 5.000 meter di atas tanah. Jika mereka salah langkah dan merusak lambung kapal, akan terjadi masalah besar. Jounin dari Konoha dan si pemimpin grup tersebut saling bertarung, hingga api keluar dari kedua kunai yang saling bergesekan. Guy berkata bahwa ia dan Kakashi harus menolong mereka. Kakashi bertanya apa yang dapat Guy lakukan dengan keadaan seperti itu, dan diminta untuk menunggu sejenak.

Kakashi merasakan rasa gelisah yang tidak menyenangkan. Ia sangat ingin segera turun dan menolong rekan-rekannya, tapi ia menahan niat tersebut. Akhirnya, ia mengerti sumber kegelisahan tersebut. Ini tentang Kahyo: mungkin masih ada kartu trump dari musuh di antara para penumpang.

Dan akhirnya, intuisi Kakashi benar. Ada gejala-gejala yang terlihat dari mulut Guy. Ada seperti kabut putih yang keluar di sela-sela ucapannya. Pernafasan terasa berat. Mereka mulai menyadarinya, dan sepertinya suhu di ruangan tersebut menurun secara drastis. Kembali melihat ke arah pertarungan dalam ruangan, aktivitas dari rekan-rekan shinobinya telah berhenti. Awalnya, mereka tidak mengerti apa yang terjadi. Sepertinya tiga jounin itu juga tidak tau apa yang telah terjadi. Tubuh bagian atas mereka merasa panik, sementara tubuh bagian bawah mereka sudah membeku sepenuhnya, membuat mereka tidak dapat bergerak sama sekali. Ini bukanlah sebuah metafora, Kakashi menyadari hal ini, rekan-rekan shinobinya benar-benar membeku!

Sementara dari es tipis tersebut terdengar suara seperti “Bikibikibikibiki”, ini seperti ada sejenis makhluk yang merangkak naik ke tubuh mereka. Akhirnya setelah es itu sampai di ujung kepala, mereka benar-benar terkurung dalam es.

“A..Apa..” saat mulut Guy tertutup, pernafasannya tidak beruap lagi. “Apa yang terjadi?”

Musuh juga tergelincir dan berkumpul di antara penumpang. Suhu ruangan mulai meningkat kembali. Kakashi paham karena telah berpengalaman. “Sepertinya, ada seorang pengguna Elemen Es (Hyoton).”

“Bagaimana kau bisa tau?!” tanya Guy bingung.
“Dua bulan lalu, ketika Naruto menangkap Garyo…” ucap Kakashi.

Ketika ia melihat ke rekan-rekannya yang membeku, Kakashi merapatkan gigi gerahamnya. “Sepertinya mereka menghadapi pengguna Hyoton.”
“Jika itu masalahnya, mereka adalah bawahan Garyo, ‘kan?” tanya Guy.
“Mungkin.” jawab Kakashi.
“Jadi, apa yang harus kita lakukan?” tanya Guy lagi.
“Tunggu sebentar.” ucap Kakashi.
“Kami adalah simpatisan dari Aliansi Persenjataan Ryuha!” ucap pria besar itu, yang merupakan si pemimpin. “Semua penumpang yang naik, segera berkumpul di tengah ruangan!”

Para shinobi bawahannya kemudian mengacungkan kunai ke arah penumpang, mengarahkan mereka ke tengah ruang makan.

“Permintaan kami adalah agar Garyo-sama segera dibebaskan dari Houzukijyou (Blood Prison / Penjara Berdarah)!” Suara si pemimpin menggema bagaikan guntur. “JIka hingga siang ini permintaan kami tidak dipenuhi, para penumpang akan dieksekusi, satu orang setiap 10 menit!” Tangisan kesedihan mulai muncul dari para penumpang.

“Kami tau bahwa desa Konohagakure memiliki pengawal di percobaan penerbangan ini! Lebih dari itu! Kami juga cukup sadar akan kemampuan Uzumaki Naruto. Jika ada situasi dimana Konoha mempekerjakan Uzumaki Naruto untuk menyelesaikan masalah ini, Konoha akan menjadi desa yang akan dikritisi sebagai pihak yang mengabaikan para tawanan!” ucap si pemimpin. Kakashi dan Guy saling bertukar pandangan.

"Di berbagai tempat di kapal ini, kami telah memasang bom. Jika anggota kami melihat kehadiran Uzumaki Naruto, bahkan jika hanya seekor burung yang kelihatan seperti Uzumaki Naruto, Tobishachimaru akan segera dihancurkan hingga menjadi debu di langit!"

Hingga tengah hari... hanya 30 menit waktu yang tersisa.

 =========================================================================
 
CHAPTER 04 "PESAN TERSAMPAIKAN"
Pukul 11.35 siang di ruangan Hokage desa Konohagakure, sepucuk surat dibubuhkan pada pada sebuah anak panah yang ditembakkan. Permintaan yang tertulis di surat itu sama persis dengan yang disampaikan pada penumpang Tobishachimaru lima menit yang lalu. Sebagai tambahan, para pelaku penyerangan mengungkapkan bagaimana caranya mereka berhasil masuk ke kapal tersebut. Tsunade, yang dalam kejadian itu sedang berada di ruang Hokage, langsung merespon dan mencari tahu kebenaran surat tersebut.

Pasca berakhirnya Perang Dunia Shinobi Keempat, sebuah stasiun radio baru dibangun untuk menjaga komunikasi dengan Negeri Ombak. Teknologi radio ini memungkinkan mereka untuk melacak lokasi yang tertera di surat tadi.

Dari hasil pencarian, mereka menemukan ada 12 orang yang sedang terikat dan kehilangan semua harta bendanya. Kemungkinan besar, mereka adalah para pengunjung yang diundang dan seharusnya ikut ke dalam penerbangan Tobishachimaru. Mereka semua berada di dekat plaza dimana upacara penerbangan tersebut dilangsungkan, tetapi dalam kondisi terkurung di sebuah kabin.

Kini, waktu yang tersisa kurang dari dua puluh menit menjelang tengah hari.

“Dengan kata lain, apa yang tertulis di surat itu bukanlah lelucon belaka.” Mereka mencocokkan frekuensi gelombang radio ke Shizune, dan Tsunade mengirim informasi tersebut kepada Shikamaru yang sedang berada di Houzukijyou. ”Sialan, apa yang sebaiknya dilakukan?”

“Jadi, akankah kau melepaskan Garyo?” ucap Shikamaru di radio. ”Bagaimanapun, aku juga tidak tahu terlalu banyak tentang Aliansi Armament (Persenjataan), tapi jika kau menelan menuruti permintaan orang seperti mereka bahkan hanya sekali ini, orang lain yang akan melakukan hal yang sama akan berdatangan.”

“Lalu, apa yang harus kita lakukan dengan nyawa 57 penumpang tersebut?” tanya Tsunade kebingungan.

“Lebih lanjut lagi, jika kita secara semena-mena melepaskan tahanan atas nama Konoha, desa-desa lain tidak akan tinggal diam.” respon Shikamaru.

“Dalam keadaan seperti ini, jangan mengatakan hal seperti itu!” Tsunade mulai emosi.

“Sedikit... Tolong tenang sedikit, Tsunade-sama... Setidaknya, tolong coba dan usahakan agar Naruto tidak tahu tentang hal ini. Karena si idiot ini, tanpa memikirkan konsekuensinya, akan pergi sendiri untuk menyelesaikannya.” imbuh Shikamaru.

“Ahh, aku mengerti.” respon Tsunade.

Kali ini, ada suara lain yang terdengar dari radio Tsunade.

“Ern, maaf Tsunade-sama... Ini Lee.” ucap Lee.

“Ada apa, Lee?” tanya Tsunade.

“Err... sejujurnya....” ucapan Lee terhenti.

“Apa? Jika ada yang ingin kau katakan, cepat katakan!” Tsunade memasang raut serius.

“Baik.. Sejujurnya, Guy-sensei dan Kakashi-sensei sedang berada di Tobishachimaru.” ucap Lee.

“Apa kau bilang?” Tsunade terkejut.

“Guy-sensei bilang, tak peduli apapun yang terjadi, Ia ingin menaiki kapal itu... Jadi, hari ini aku secara diam-diam menemaninya. Kakashi-sensei kemudian mengejarnya... Aku minta maaf.” jelas Lee.

“Orang itu...” suara Tsunade bergetar dengan amarah. “Tidak bisa dimaafkan!”

“Apa kau serius... Lee?” mata Shikamaru segera tertuju ke Ino. ”Jika seperti itu... Yeah.” Ino mengangguk. “Akan kucoba untuk berbicara dengan Shintenshin no Jutsu (Teknik Perpindahan Jiwa-Raga).”

Tsunade menutup matanya. Di tengah keadaan sunyi ini, hanya suara gemerisik yang terdengar dari radio itu.

“Shizune!” Tsunade memberi perintah segera setelah Ia membuka matanya. “Segera kumpulkan semua shinobi yang tersisa di desa, kecuali Naruto.”

 =========================================================================
 
CHAPTER 5-1
Waktu kurang dari 20 menit sebelum eksekusi dimulai. Selama 10 menit terakhir, Guy dan Kakashi telah mengamati dari balik ventilasi udara. Sepertinya musuh memiliki rekan di bawah sana yang telah mengirim pesan tentang situasi di kapal tersebut kepada Konohagakure.

Tak hanya itu, bahkan sekarang pihak musuh telah menghancurkan pintu menuju ruang pilot (ruang kemudi) dan pilotnya juga sudah di bawah kendali. Dengan nada tinggi, si pemimpin bertanya apakah ia sedang berbicara dengan Hokage, dan meminta agar Garyo dibebaskan.

Sepertinya tindakan negosiasi sedang berlangsung. Si pemimpin berkata bahwa mereka tidak akan menunggu, dan dalam dua puluh menit, mereka akan segera melakukan eksekusi. Jika Garyo tidak bebaskan hingga siang hari, maka setiap sepuluh menit, satu penumpang akan dibunuh.

Pria itu kemudian meninggalkan ruang pilot dan kemudian mengumumkan hal yang sama kepada para penumpang. Para penumpang mulai panik, dan timbul kerusuhan diantara mereka. Guy menanyai Kakashi apa yang seharusnya mereka lakukan.

Kakashi berkata bahwa jika mereka salah langkah, maka pihak musuk akan meledakkan kapal. Tetapi mereka tidak dapat menurunkan ketinggian kapal, lubang ventilasi udara mengarah ke ruang pilot. Kakashi meminta kepada Guy agar mempercayainya, karena sepertinya ia dapat merangkak.

“Apa yang kau lakukan? Pertama-tama, bukankah seharusnya kita mengumpulkan semua bomnya... Uppu!” Guy yang sedang berbicara tiba-tiba tersedak.

“Wahh! Baka, disaat seperti ini...” ucap Kakashi.

Para pelaku penyerangan yang sedang berada di ruang makan tersebut langsung menyadari bahwa ada orang lain selain mereka di sana.

“Apa... Apa yang barusan?” tiba-tba, rasanya seperti ada dengungan dari sarang lebah , dan musuh sudah berada di depan. “Uu.. Bau asam apa ini!?”

Uwah, ada yang menguap dari langit-langit!”

“Langit-langitnya! Seseorang sedang bersembunyi di langit-langit!”

Tiba-tiba, musuh melemparkan beberapa kunai ke arah langit-langit dan menembusnya. Salah satu kunai menggores ujung hidung Kakashi. Kakashi dan Guy (yang tiba-tiba wajahnya memucat) menghindar ke kiri dan ke kanan. Sebuah tombak melesat dan menembus langit-langit, menggores wajah Guy dan rambutnya.
Kakashi bertanya kepada Guy apakah ia baik-baik saja. Guy menjawab sembari menanyakan apa yang sedang terjadi. Mereka kemudian menyadari bahwa itu bukanlah tombak biasa. Bentuknya seperti es, atau lebih tepatnya pedang es. Beberapa belati melesat dan memotong-motong ventilasi di langit-langit sambil dengan gigih mengejar Kakashi dan Guy.

Kakashi mengisyaratkan Guy untuk bergerak menuju ruang pilot, dan Guy menyetujuinya. Mereka memposisikan diri mereka saling membelakangi sambil lanjut merangkak di sepanjang lubang ventilasi, sambil saling berputar menghindari pedang – pedang es yang dilesatkan.

Sebuah pedang yang berbentuk seperti taring melesa tepat dari bawah.

“Kuu!” Kakashi segera melancarkan sebuah jutsu. “Raiton : Shiden! (Elemen Petir : Kilat Ungu!” Dari tangan Kakashi, muncul sebuah kilat berwarna keunguan. Dengan suara ‘bang!’ yang kuat, pedang es yang menyerang ke arah dirinya langsung hancur berkeping-keping. Sepertinya, Raiton : Shiden ini adalah teknik yang baru dipelajari Kakashi karena ia telah kehilangan Raikiri-nya.

Pedang es yang telah hancur berkeping-keping tadi lalu menyebar dan dan keluar dari lubang ventilasi.

Kakashi lalu terjatuh di sebuah toilet. Ketika sadar, ia melihat wanita dengan gaun biru itu lagi. Wanita itu membuka mulutnya dan akan berteriak, tetapi dengan sigap kakashi menghentikannya dengan menutup mulutnya. Wanita tersebut melawan, mencoba untuk kabur sembari terus menggerutu. Kakashi memberi tahunya bahwa ia bukanlah orang yang mencurigakan.

Kakashi menyadari bahwa wanita itu adalah wanita yang sebelumnya ia temui. Rambutnya yang keriting terurai, pupil matanya yang lebar. Ah... Masih segar di ingatan Kakashi. Ia memberi tahunya bahwa mereka pernah bertemu sebelunya. Ia bertanya apakah sang wanita mengingatnya dimana Kakashi menangkap ketika ia akan terjatuh.

Wanita itu kelihatannya mulai mengingatnya. Kakashi kemudian meminta, jika ia melepas tangannya maka ia akan diam. Dengan mata yang ketakutan, wanita itu pun mengangguk. Ketika Kakashi melepaskan tangannya dari mulut wanita itu, ia kemudian memperkenalkan dirinya sebagai shinobi Konoha.

Kakashi menjelaskan bahwa ia adalah bagian dari penjaga percobaan penerbangan kali ini. Ia kemudian bertanya kenapa wanita itu ada di di tempat seperti ini. Wanita tersebut mencoba bernafas lalu menjelaskan bahwa ketika musuh menyerang, ia langsung pergi ke toilet. Kakashi bertanya apakah ia sedang bersembunyi. Jawabannya mengangguk lagi.

Di toilet itu, tubuh mereka sangat dekat, dan mereka kemudian berdiri. Aroma parfum lavender memberikan sensasi menggelitik pada hidung Kakashi. Ia berkata bahwa bagaimanapun caranya, mereka harus pergi dari sana.

Kakashi melihat kearah lubang di langit-langit tadi, dan pedang es dari serangan sebelumnya telah menghilang. Ia bertanya-tanya apakah Guy dapat kabur. Kakashi memberi tahu pada sang wanita untuk pergi lewat lubang di langit-langit, dan walaupun ragu-ragu, ia merasa sedikit tenang. Kakashi memberikan senyum manis kearah wanita itu, dan memberitahunya ia akan baik-baik saja, karena jalan keluar selanjutnya mengarah ke dapur.

Wanita bersama Kakashi memejamkan matanya karena takut. Kakashi bertanya apa ada yang salah, tetapi ia segera membuka kembali matanya. Kakashi memberitahunya, “Ayo!” Kakashi mengangkatnya keatas dan mendorongnya ke arah lubang ventilasi. Kakashi mengikutinya dari belakang, dan mereka mulai merangkak. Mereka kemudian segera lompat begitu sampai di dapur dimana awalnya Kakashi dan Guy masuk lewat ventilasi. Di dapur, kursi roda milik Guy masih tetap ada.

Wanita itu ingin mengatakan sesuatu, tetapi kemudian Kakashi menggigit jempolnya dan meletakkan telapak tangannya ke lantai: Kuchiyose no Jutsu! Tiba-tiba asap keluar. Pakkun, Buru, Urushi, Guruko, Shiba, Bisuke, Uuhei dan Akino... Delapan Ninken (Anjing Ninja) miliknya muncul. Wanita itu terkejut dan bertanya mereka itu apa. Buru bertanya dimana mereka.

“Hey Kakashi! Sudah lama sekali!” Kakashi menyuruh mereka untuk diam. Ia memberi tahu Buru bahwa suaranya terlalu keras. Akino, anjing yang menggunakan kacamata, menyadari bahwa mereka sepertinya berada di tempat yang lusuh. Ia juga berkata bahwa sepertinya Kakashi masih ragu untuk menjadi Hokage. Alih-alih menjawab, Kakashi meminta mereka untuk meminjamkan kekuatannya.

Pakkun bertanya apa yang sedang terjadi, karena tidak biasanya ia melihat Kakashi kebingungan seperti ini. Kakashi mengatakan bahwa tak ada waktu untuk menjelaskan secara detail. Ia hanya mengatakan bahwa mereka sedang berada 5000 meter di atas tanah.

Ekspresi wajah para Ninken langsung berubah drastis. Kakashi kemudian melanjutkan bahwa di berbagai tempat di kapal ini, ada bom yang dipasang sebagai jebakan. Ia meminta mereka untuk menemukan semua bom tersebut tanpa diketahui musuh. Pakkun kemudian memimpin Ninken yang lain, kemudian mereka menyebar.

Kakashi meminta wanita itu untuk tetap bersembunyi, ketika ia mencoba kembali masuk ke lubang ventilasi. Tetapi tiba-tiba sang wanita menarik pakaiannya, dan Kakashi bertanya apa yang ia lakukan, khususnya karena eksekusi hampir dimulai dan ia ingin menghentikannya sebelum terjadi. Wanita itu mengulang permintaan para penyerang bahwa ini untuk kebebasan Garyo ketika ia sedang bersembunyi di toilet. Kakashi mengangguk. Ia bertanya kenapa mereka tidak memenuhi permintaan mereka. Jika mereka (pihak Konoha) ragu, maka hanya akan menambah jumlah korban.
Kakashi menjawab bahwa tidak mungkin untuk melakukan hal tersebut, bahkan jika mereka ingin. Wanita itu bertanya kenapa. Kakashi menjawab bahwa jika mematuhi orang-orang seperti mereka, bahkan hanya sekali, permintaannya hanya akan semakin bertambah.

Wanita itu tertawa dengan rasa hina, berkata bahwa setahun lalu, ketika mereka masih berperang, tapi malah membicarakan permintaan seperti itu. Ia kemudian meminta maaf, matanya setengah menutup, lalu melanjutkan.

“Bagaimanapun, untuk orang- orang yang memerintah, tentu menganggap diri mereka adil. Perang terjadi ketika dua bentuk keadilan saling bertabrakan. Dan juga, sejarah hanya mengakui keadilan dari pihak yang menang perang. Dengan kata lain, sisi yang memiliki kekuatan akan memiliki keadilan.”

Kakashi mengatakan bahwa ia mengerti apa yang wanita itu maksud. Bagaimanapun, untuk Aliansi Persenjataan Ryuuha, mereka memiliki bentuk keadilannya sendiri.

Kakashi mengatakan bahwa bagaimanapun juga, mereka tetap tidak dapat melepaskan Garyo. Wanita itu memaksanya lagi, bahkan jika sebagai gantinya ia harus mengorbankan semua nyawa penumpang di kapal ini? Kakashi mengangkat bahunya dan merespon bahwa tak peduli apapun yang terjadi, ia akan melindungi semua orang.

Walaupun ia mengatakan juga bahwa mungkin akan ada beberapa korban, tetapi untuk nyawa yang ada di depan matanya, ia akan berusaha untuk menyelamatkan sebanyak yang ia bisa.

Mata wanita itu mulai berkaca-kaca, dan bibirnya bergetar. Kakashi kemudian melanjutkan: “Ketika dua bentuk keadilan saling berhadapan, hal yang terpenting adalah salah satunya berasal dari perspetik musuh, yang akan mengorbankan nyawanya demi mempertahankan keadilannya.” Setelah mengatakan hal itu, Kakashi masuk ke celah ventilasi tersebut.

“Ini demi membuktikan perkataan mereka; Untuk orang-orang seperti mereka yang membunuh orang-orang yang tak bersalah, mereka tak sepantasnya berbicara tentang keadilan.” gumam Kakashi.

Kakashi mulai merayap kembali di lubang ventilasi. Sesampainya di ruang makan, ia meninju jeruji penutup ventilasi dan melompat keluar. Dikejutkan dengan hal itu, shinobi Aliansi Persenjataan Ryuuha langsung berlari ke arahnya sembari melempar beberapa kunai. Kakashi mengunci pergelangan tangan salah seorang shinobi musuh yang sedang memegang kunai, memutarinya lalu melancarkan sebuah pukulan telak ke arah shinobi musuh tersebut.

Satu orang tumbang. Tanpa membuang waktu sedikitpun, ia menendang musuh selanjutkan. Bahkan tanpa mengambil nafas, ia melepaskan sebuah serangan ke arah musuh ketiga. Sejekap saja, tiga musuh sudah terbaring tak berdaya di kakinya.

Musuh yang tersisa mulai ketakutan. Si pemimpin memerintahkan anak buahnya untuk menunggu sehingga pergerakan mereka terhenti. Ia menyuruh mereka untuk kembali ke tempat masing-masing, dan jangan meninggalkan tugas mereka, yaitu mengawasi para penumpang. Selain itu, karena lawan mereka adalah Kakashi si Ninja Peniru, mereka sama sekali bukanlah tandingannya.

Kakashi memeriksa sekitarnya, termasuk para shinobi yang telah dia kalahkan, ada sembilan orang yang terkapar tak berdaya. Para penumpang semuanya dikumpulkan di tengah ruangan. Ekspresi mereka bercampur baur, antara ketakutan dengan kewaspadaan, sambil mengamati situasi.

“Kakashi si Ninja Peniru ... eh?” ucap si pemimpin sembari menyeringai. “Walaupun, sekarang kau telah kehilangan sharinganmu, kini kau hanyalah ‘Kakashi’.“
“Yah, walaupun kini aku hanyalah ‘Kakashi’, masih ada hal yang dapat kulakukan” balas Kakashi.
“Apa?” tanya si Pemimpin.
“Contohnya, aku masih bisa untuk menyingkirkan orang-orang seperti kalian.” jawab Kakashi lagi.

Kakashi mengatakan bahwa Konoha tidak akan bernegosiasi dengan penjahat seperti mereka. Si pemimpin meragukan pernyataan tersebut. Ia kemudian tersenyum licik, sembari menunjuk ke salah satu penumpang. Si penumpang yang ditunjuk seketika menjerit. Tubuhnya tiba-tiba tertutup es, membeku dengan ekspresi yang merintih – antara ketakutan dengan kesakitan. Penumpang yang tersisa menjerit histeris.

Si pemimpin bertanya kembali apakah Kakashi ingin bernegosiasi. Kakashi berteriak dan menyuruhnya untuk berhenti, tetapi si pemimpin merasa itu adalah hal yang menyenangkan. Dengan wajah yang keliahatan puas, ia menutup matanya dan menggerakkan tangannya kembali layaknya seorang konduktor simfoni, dan secara acak menunjuk korban selanjutnya. Si penumpang yang terpilih mencoba untuk kabur, tapi ia terlambat. Seluruh tubuhnya telah membeku.

Ruangan itu seketika hening. Hanya suara tangisan seorang wanita yang terdengar. Si pemimpin kembali melihat ke arah Kakashi, dan berkata walaupun ini terkesan terburu-buru, bagaimanapun, waktu semakin berjalan. Ia berkata bahwa ia hanya bermaksud untuk membunuh satu orang, tetapi karena Kakashi, ia membunuh dua orang.

Kakashi mengutuk perbuatan mereka. Si pemimpin berkata jika Kakashi terus bersikap seperti itu, ia bisa saja membekukan semua penumpang di ruangan sekaligus. Kakashi melirik ke arah si pemimpin, dan berkata jika ia melakukannya, maka ia akan kelihalangan kesempatan untuk bernegosiasi.



Si pemimpin bertanya kembali, akankah Konoha bernegosiasi dengan teroris seperti mereka? Dengan atau tanpa adanya sandera sebagai bagian dari taktik negosiasi, mereka tetap tidak bisa berbuat apa-apa jika Konoha tidak mengubah pendiriannya. Jika itu yang terjadi dan Konoha tidak menerima permintaan negosiasi, maka mereka berniat untuk membunuh semua orang yang terlibat dalam percobaan terbang ini. Kakashi tersentak dengan pernyataan ini.

Si pemimpin menatap tajam ke arah Kakashi sembari menyuruh bawahannya untuk membawa para penumpang ke ruang pilot dan menyampaikan apa yang baru saja terjadi kepada pihak Konoha.

Si pemimpin berkata jika Kakashi menyerahkan dirinya, maka ia akan membiarkan para penumpang untuk tetap hidup selam sepuluh menit kedepan. Jika Kakashi menolak, maka mereka akan membunuih para penumpang seperti yang telah direncanakan. Si pemimpin dan Kakashi saling bertukar pandangan.


 =========================================================================
 
CHAPTER 5-2

Lelaki itu tampak berniat sekali melakukannya, Kakashi melihat kedua tangan musuhnya sedang menyiapkan sebuah senjata mirip cakar berkait, entah apa yang akan dilakukannya, sepertinya dia memiliki maksud yang lain juga.

Jika Kakashi bergerak seujung jari saja, mereka tentu akan membantai sandera-sandera itu. Merintih, Kakashi melepaskan semangat bertarungnya. Seluruh tubuhnya menyerah. Segera musuh melompat kearah Kakashi, dan mengikat tangannya di belakang punggungnya. Shinobi yang telah dikalahkan Kakashi beberapa waktu lalu bangkit berdiri dan maju untuk memukuli Kakashi di bagian wajahnya.

Sebagai hasilnya, ada sebuah luka robek di pojok matanya. Darah pun menetes. Dengan itu saja mereka belum cukup bagi mereka. Semua belum selesai.

'Si pemimpin' komplotan itu berputar ke belakang Kakashi untuk memeriksa tali yang mengikatnya. Detik berikutnya, rasa sakit yang hebat menjalar melalui jari telunjuk tangan kanannya.

Goki..!! Terdengar suara 'Snap' . Suara tulang yang patah dengan jelas terdengar.
"Guaaaa!!!"
Seketika, tubuh Kakashi mengejang menahan rasa sakit yang amat sangat. Tampaknya 'si pemimpin' juga mematahkan telunjuk kirinya.

Baki~ . (/Crack -- efek tulang retak)
"Guhaaaa!!"
Terdengar suara dari arah belakang Kakashi, seolah si pemilik suara tersebut sangat puas dengan situasi saat ini. Dia yakin, Kakashi takkan mungkin bisa lolos. Keringat dingin menetes dari wajahnya, dia jatuh berlutut. Dia berkata pada komplotan itu, apabila ingin membunuh orang lagi, bunuhlah dia terlebih dahulu.

Dia berteriak kepada mereka berkali-kali, tetapi mereka malah menertawainya dengan tawa yang dipenuhi hinaan. Nilai dari hidupnya beratus-ratus kali lebih bernilai daripada penumpang yang lain. Kakashi mungkin saja berguna untuk membuat 'penawaran' dengan konoha. Itulah kenapa kira-kira sepuluh menit kemudian, mereka membunuh seorang wanita. Wanita ini mengenakan sebuah gaun hitam mewah yang sangat bagus dengan ornamen perhiasan yang bersinar-sinar.

Mereka mengulanginya lagi, menawarkan pilihan pada mereka. Membebaskan Garyo atau mereka akan membunuh lagi sandera yang lainnya. Semua penumpang bisa mendengarkan nada kemarahan dari arah ruang pilot (ruang kemudi). Mereka meminta dihubungkan dengan Konoha dalam waktu sepuluh menit. Atau jika tidak, dua orang lagi akan terbunuh. Dia berkata pada para penumpang, jika karena Konoha-lah korban-korban itu terus berjatuhan.

Kakashi mengutuk dan sangat menyesal pada keputusannya. Mereka sudah tidak sabar lagi, jika ketinggian kapal sudah mulai merendah mereka baru bisa melakukan sesuatu. Kakashi bertanya-tanya apakah yang harus dilakukan. Kejengkelannya terhadap situasi ini menghapus rasa sakit pada telunjuknya yang patah. Dia berpikir keras, mendengar sebuah suara pelan berbicara padanya. Tiga menit tersisa untuk eksekusi berikutnya. Tiba-tiba, dia mendengar sebuah suara.

"Kakashi-sensei, bisakah kau mendengarku? Jika kau bisa mendengarku tolong jawab."

Kakashi merespon Ino yang sedang memakai “Shintenshin no Jutsu”. Dia bertanya pada Ino, bagaimana dia bisa tahu jika Kakashi berada di Tobishachimaru. Dia berkata jika Lee yang memberitahu Ino.

Kakashi menyadari apa yang terjadi, Ino bertanya apakah Kakashi baik-baik saja dan apakah dia tertangkap oleh musuh? Kakashi juga bertanya pada Ino, apakah dia bisa menghubungi Guy dan apakah keadaan Guy juga baik? Yang lebih penting lagi, tiga menit kemudian eksekusi akan dijalankan lagi. Supaya tidak bisa dideteksi oleh musuh, mereka akan mengambil jalur melalui bagian dalam saluran ventilasi terbuka di langit-langit kapal.

Ino berkata jika Pakkun dan Ninken lainnya telah berhasil mengumpulkan semua tag peledak dan menyerahkannya pada Guy yang kemudian mengacungkan jempolnya atas kerja bagus mereka.

Ino berkata jika Guy akan melawan 'si pemimpin' komplotan ini dalam pertarungan. Itu akan memberikan kesempatan Kakashi untuk mengantar para penumpang ke gudang. Tsunade telah berkonfirmasi dengan Negeri Ombak, jika ada sebuah kotak-kotak besar disana yang di dalamnya berisi parasut-parasut besar.

Kakashi tak setuju dengan rencana itu. Lagipula ada beberapa musuh yang menyamar diantara para penumpang. Ino menginformasikan pada Kakashi apabila sekarang ini Sai juga sudah siap siaga di kantor Hokage. Dia meminta mereka untuk mengirimkan Sai, karena dengan Chouju Giga dia mungkin bisa menyelamatkan para sandera.

Dia berkata kepada Ino bagaimana anggota-anggota aliansi persenjataan “Ryuuha” tersebut bisa naik kedalam kapal, yaitu dengan cara menggantikan penumpang yang asli. Bagaimanapun juga Kakashi mengatakan jika dia akan memicu keributan dan berusaha untuk mengulur waktu. Waktu untuk eksekusi berikutnya hampir tiba, suara Ino juga kemudian hilang dari pikiran Kakashi.

Guy yang berada pada saluran ventilasi terbuka di langit-langit kapal dengan mantap memberikan acungan jempol dan senyuman khasnya. Kakashi berpikiran bahwa Guy memang bodoh, hal seperti itu tidak perlu dilakukan untuk saat ini.

Mereka bisa mendengarkan suara langkah kaki 'si pemimpin' kembali dari ruang kemudi kapal. Guy kembali masuk kedalam sisi gelap saluran ventilasi. 'Si pemimpin' meneriakkan jika waktu eksekusi selanjutnya sudah tiba.

Dia berkata pada para penumpang jika merekalah yang harus menanggung dendam komplotan itu terhadap Konohagakure, pada situasinya: Komplotan itu melakukan hal semacam ini untuk memperjuangkan hidup Garyo. Menukar nyawa satu persatu penumpang dengan kebebasan Garyo.

'Si pemimpin' mendekat, para penumpang menutup matanya, rasa takut menghantui mereka seolah ingin kabur dari situasi ini jika saja mereka bisa. 'Si pemimpin' kemudian mengangkat tangannya, mengatakan jika ini adalah hal yang menyedihkan, tetapi salah satu dari mereka akan menjadi korban berikutnya.

Namun tiba-tiba. BOOM!! Suara gemuruh terdengar, bersumber dari bagian buritan kapal. Sisa kata yang akan diucapkannya terpotong. Badan kapal condong kearah lereng yang besar. Para penumpang berteriak dan terguling di lantai. Tentu saja, musuh juga kehilangan keseimbangannya dan butuh sesuatu untuk menyokong mereka berdiri. Suara melengking terpancar dari bel alarm.

‘Si pemimpin’ itu berteriak, bertanya apa yang sedang terjadi. Tampaknya api menjalari bagian buritan kapal. Shinobi melompat keluar dari ruang kemudi, seseorang nampaknya telah meledakkan komponen daya penggerak kapal.

Kakashi memutar matanya, berpikir jika Guy yang melakukannya, dia harusnya sudah menggunakan semua tag peledak yang dikumpulkan oleh Pakkun. 'Si pemimpin' mendekat, menjambak rambut Kakashi, mencari tahu kalau-kalau Kakashi mempunyai antek-antek dan apa saja yang telah dilakukannya.

Kakashi menatapnya dengan dingin, menjawab jika dia tak tahu-menahu. Namun bagaimanapun juga mereka lebih baik memadamkan apinya terlebih dahulu, lebih awal bukannya lebih baik? Komponen kantung udara berada di atas lapisan komponen daya penggerak kapal.

Pertama-tama Kakashi berharap agar musuhnya kebingungan, akan tetapi kegusaran dan ketidaksabaran lenyap dari wajahnya. Musuh terlihat sedang menikmati situasi ini. Rasa gelisah yang kuat mengalir melalui tulang punggung Kakashi.

Lengking suara bel alarm sudah mulai berhenti. Para penumpang dengan penuh ketakutan bangkit berdiri. Seorang shinobi telah kembali dan memberikan laporan jika api telah berhasil dipadamkan. Kira-kira ada dua baling-baling yang rusak. Tetapi komponen udara kapal tidak apa-apa, mereka juga sudah memperbaiki lubang yang timbul akibat ledakan tadi. Mereka mengumumkan jika mereka masih dapat terbang di udara.

'Si pemimpin' tersenyum dengan penuh kesenangan, senyum itu benar-benar berasal dari dalam hatinya dan ditujukan untuk Kakashi. Tampaknya mereka sudah mengantisipasi kalau-kalau ada pihak Konoha yang menyusup ke kapal itu. Mengapa tidak jika musuh menyiapkan serangan balasan untuk itu? Dia memanggil Kahyo, seringai di wajahnya lalu melenyap.

Kakashi bertanya-tanya apakah itu adalah kartu AS mereka? Kelihatannya musuh memadamkan api menggunakan elemen es (Hyouton) dan dengan itu pula lubangnya jadi tertambal. Setelahnya, Guy dan Kakashi menemukan kartu AS pertama mereka, tag peledak. Kakashi melihat kearah langit-langit, dan berkata pada mereka untuk melihat ke atas juga.

Dari atas, Guy sudah bersiap menurunkan tumitnya, tendangan kapak.

Ini adalah hari yang basah, hujan turun mengguyur. Hari ini juga hari yang berangin, tidakkah begitu? Di matanya.. Kakashi mengingat hari setelah guy keluar dari rumah sakit. Dia melihat sosok Guy yang dengan tekun berlatih sendirian.

Jengkel dengan kaki kirinya yang tidak akan bisa digerakkan sesuai dengan harapannya, dan kemudian orang-orang tidak akan memandangnya, Guy menangis meraung-raung lagi dan lagi.

Lagi dan lagi... Air mata kekesalannya kembali tumpah.

Walaupun demikian, dia tidak pernah berhenti berlatih. Dia selalu meringis dan tertawa dengan senyuman 'Nice Guy' khasnya kemudian dengan mantap memberikan acungan jempol.

"Dengar Lee, kaki hanyalah bagian dari tubuh." Itulah kata yang diucapkan Guy. "Bagian yang paling esensial sebenarnya adalah kesehatan itu sendiri. Hanya karena kondisi kaki menjadi lemah, bagian tubuh lain yang masih tersisa tidak harus disamakan. Khususnya hati, pikiran. Hati dan pikirin tidak boleh terperdaya oleh masalah semacam itu. Meskipun kaki kanan tak berguna, masih ada kaki kiri. Jika kaki kiri juga tidak berguna.. Masih ada kedua tanganmu."

Aku telah sedikit meremehkanmu. Guy.

"Kalian bertemu dengan monster hijau liar yang mulia dari Konoha. "
"Dogooo!!" (Thump! -- efek suara)

Tumit Guy melesak ke bawah, terjadi ledakan di kepala musuhnya. Lambung kapal seketika bergetar. Serangan yang sangat dahsyat hingga menciptakan lubang besar di lantai. Jika tidak ada ruang pipa di bawah papan lantai, tubuh musuh sudah tentu akan membobol bagian bawah kapal. Dia barangkali akan terlempar ke udara.

Di dalam gelapnya ruang yang berada di bawah mereka. Kabel listrik yang terpotong memancarkan percikan bunga api. Guy dengan dingin berkata pada Kakashi jika dia akan terus menunggunya.

Guy mengantarkan penumpang ke tempat yang lebih aman, rasa sakit di kakinya membuat matanya berkaca-kaca. Akan tetapi, dia tetap memberikan pose 'Nice guy' khasnya. Dia berkata kepada mereka agar merasa lega dan aman karena si monster hijau yang mulia dari Konoha telah datang. Tubuhnya tiba-tiba tersayat.

Uppu! Dia merangkak-rangkak, tercekik, dan muntah. Sakit yang begitu mengerikan, beberapa detik kemudian Kakashi meneriaki dia, mengingangatkannya agar berhati-hati jika ada serangan dari arah belakang.

Guy membangkitkan bagian atas tubuhnya, memutar kepalanya dengan penuh tenaga, menyundul musuh di bagian wajahnya. Musuh terhembus, melihat musuhnya tumbang.. Guy tidak memikirkan sakitnya lagi, lupa akan rasa sakit di kakinya, tatapan kosong di mewarnai wajahnya. Nampaknya serangan tersebut juga menghentikan pergerakan shinobi yang lainnya.

Guy menyiapkan dirinya, kini dia dikelilingi oleh shinobi-shinobi yang lebih berhati-hati dari sebelumnya.

Guy mencoba melayani mereka dengan tenang, berkata jika jumlah musuh sebanyak itu akan diatasi dengan satu kakinya. Dia memposisikan kedua tangannya di depan pangkal pahanya dan menahan dadanya. 'DOON!' Sebuah suara terdengar.

Kakashi meneriaki Guy, membangunkanya pada kenyataan. Wajah Guy mendadak pucat. Bagaimanapun juga, Kakashi meminta jika Guy sebaiknya memotong tali yang mengikatnya. Ketika Guy melangkah ke arah Kakashi tiba-tiba 'BOOOOM!!' Papan lantai kapal itu meledak. Tinju raksasa menghantam papan itu dari bawah dan membuatnya papan terpental keatas.

Guy melompat kebelakang. Remah-remah, kotoran akibat kejadian itu mengganggu jarak pandang. Serpihan-serpihan tak ada habisnya menghujani Kakashi dari atas. Shinobi musuh bersorak riang pada 'si pemimpinnya' senang melihat si pemimpin terlihat baik-baik saja. Si pemimpin maju menerobos serpihan-serpihan itu. Lelaki itu memberitahukan, namanya adalah "Rahyo" . Sepertinya dia akan menjadi orang yang akan melenyapkan mereka.


 =========================================================================
 
CHAPTER 6 "SERANGAN MEMATIKAN! TINJU MABUK LAUT!

Guy meneriakkan kata-kata kearah Rahyo yang kembali menatap tajam kearahnya. Guy berkata bahwa ia marah, dan melimpahkannya ke para penumpang dan juga Rahyo:

‘’Untuk merasa kasihan padamu s******, Mighty Guy sangat memahaminya. Tak peduli seberapa besar usahamu, orang lain akan tiba-tiba mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Orang-orang tersebut malah disebut sebagai jenius. Dasar!‘’ dengan arti tersembunyi di balik matanya, ia menatap kearah Kakashi, lagi sembari memberikan penekanan pada kata-katanya.

‘’Bagaimanapun, lihat aku! Walaupun saat ini, hanya salah satu kakiku yang berfungsi, tapi itu tidak akan menghalangi semangatku! Jika aku terus berlatih dengan sabar, aku bahkan dapat berdiri dengan kakiku sendiri. Dan pada akhirnya, para jenius yang tidak dapat ditoleransi itu akan mencariku dan meminta nasihat dariku. Sekarang untuk rekan-rekanku, ini adalah contoh yang bagus!’’

Saat ia mengatakan hal tersebut, ia menunjuk ke arah Kakashi dengan mantap.

Kakashi bertanya-tanya apa yang Guy lakukan di saat genting seperti ini. Guy mengatakan bahwa ia akan mengehentikan Rahyo dan tidak akan membiarkan kejahatan terus berlanjut. Ia memberi tahu para penumpang untuk tidak menyimpan dendam ataupun rasa benci terhadap dunia ini. Kakashi mengingat bahwa biasanya Guy terbawa dengan kata-katanya sendiri, tapi kali ini Guy terlalu terbawa emosi, dan berakhir dengan mengeluarkan air mata.

Guy memberi semangat kepada mereka untuk berbicara jujur tentang masalah mereka. Guy akan menanganinya dengan Kekuatan Penuh Masa Muda-nya! Bagaimanapun, para penumpang telah terpojok di sudut ruangan. Kemudian Rahyo agak membungkuk, dan memberi tahu Guy untuk menerima serangannya sembari ia membuat segel tangan.

‘’Hyouton: Saihyoudzuchi! (Elemen Es : Palu Es Penghancur!)’’
Kakashi berteriak kepada Guy bahwa sekarang bukan saatnya untuk terbawa dengan kata-kata. Rahyo langsung mengambil kesempatan terbuka tersebut dan menyerang Guy yang tanpa pertahanan. Tinjunya mengenai abdomen Guy. Mata Guy langsung terbelalak.

Tetapi, di saat-saat selanjutnya, titik dimana seharusnya tinju musuh telah mengenai tubuh Guy… ternyata benar-benar kosong! Tubuh Guy menghilang layaknya bayangan. Tubuh Guy yang asli telah berada di belakang musuh, dan berputar untuk melancarkan serangan.

‘’Konoha Senpuu! (Pusaran Angin Kohona)’’

Rahyo langsung berputar, dan melancarkan serangan selanjutnya.
‘’Saihyouken! (Tinju Es Penghancur!)’’

Tendangan Guy dan tinju dari Rahyo saling berbenturan dengan keras.

BOOM! Keluar kilatan cahaya sebagai efek dari benturan tersebut. Dinding kabin seluruhnya bergetar. Keduanya saling terlempar ke belakang. Kakashi, yang secara seksama menyaksikan pertarungan, hanya tertegun melihat pertarungan penuh semangat tersebut.

Guy mulai berteriak kesakitan karena gypsum yang melapisi kakinya retak, dan mulai terpincang-pincang. Ia kemudian mengatakan bahwa tak ada yang tak mungkin dengan Kekuatan Masa Muda! Rahyo menyadari bahwa keberuntungan berpihak kepadanya ketika ia melihat kearah kaki Guy. Guy kemudian merespon:

‘’Bahkan jika kakiku patah, hatiku masih tetap utuh.’’

‘’Jika itu masalahnya, maka akan kuhancurkan juga hatimu’’

‘’Rasanya, bahkan setiap kata-kata dari mulutku sepertinya sia-sia, ya?’’ sembari menahan rasa sakit di kakinya. Keringat dingin mulai menetes. Walaupun begitu, ia tetap bersemangat dan berkata, ‘’Ayo, maju!’’

Rahyo berteriak karena pertarungannya yang terhenti, sembari mengatakan bahwa ia akan membunuh mereka semua. Kedua lengan Rahyo berubah menyerupai metal, dan berubah menjadi besi. Dari tempat Kakashi, ia bahkan dapat merasakan adanya pengumpulan chakra dalam jumlah besar. Saihyoudzuchi (Palu Es Penghancur) miliknya dapat menghancurkan sekumpulan es dalam sekejap. Jika Guy terkena teknik tersebut, maka habislah ia.

Tiba-tiba, Guy mengangkat tangannya, dan seperti sebuah sihir, ia mengeluarkan Soushuuga (Taring Kembar) miliknya, yang mana adalah Nunchaku. Guy berkata bahwa tak ada satupun yang berhasil menyerangnya ketika ia menggunakan Soushuuga. Ia mulai memamerkan keahliannya sedikit dengan mengayunkannya di udara. Keduanya terlihat seperti berputar, memotong angin, dan seperti mengelilingi tubuh Guy.


Senjatanya terlihat seperti seekor hewan yang menjadi perpanjangan dari tubuh Guy. Soushuuga-nya membelah angin, memotong pandangannya, dan berputar di antara kepala dan pinggang-nya. Guy dapat dengan bebas menggerakkan dan memanipulasi Soushuuga miliknya. Seperti yang diduga, Rahyo menatapnya dengan rasa kagum.

Kakashi berpikir, ‘’Baiklah! Ayo lakukan!’’ dengan kecepatan serta kemampuan memanipulasi Soushuuga, Rahyo merasa ragu untuk menyerang Guy.

Tetapi, tak peduli bagaimanapun terpadunya serangan Guy, ini adalah Guy yang menjadi “Guy”, seperti biasanya. Tiba-tiba, pergerakannya terhenti. Guy tiba-tiba terlihat ketakutan.

Rahyo mengerutkan alisnya, begitu juga Kakashi.
[......?]

Ruangan itu tiba-tiba menjadi senyap. Karena kejadian yang tiba-tiba itu, Guy mulai muntah tanpa henti.

Guy mulai mengerang, kemudian mengalihkan pandangan kearah Kakashi, dan air mata penderitaan mulai keluar dari matanya. Kakashi merasa ngeri membayangkan Guy mengalami dua rasa sakit secara bersamaan. Jika diingat-ingat, gerakan Guy yang mengayunkan Soushuuga-nya, mungkin menyebabkan mabuk lautnya menjadi semakin parah!

Di alis Rahyo, venanya muncul, menunjukkan raut kekesalan. Ia kemudian berlari ke arah Guy, dan melancarkan sebuah tendangan ke arah kaki Guy yang malang. Guy meringis kesakitan. Rahyo mengarahkan Saihyouken (Tinju Es Penghancur) ke arah kepala Guy, sebuah pukulan telak yang apabila terkena dapat membunuh Guy dalam sekejap!

Guy mengalami komplikasi akibat rasa sakit dari kakinya dan juga perasaan mabuk lautnya. Entah bagaimana, tiba-tiba tubuhnya terjatuh ke belakang. Kaki kanannya secara tidak sengaja melayang dan menghantam rahang Rahyo, dimana pada kaki kanannya terdapat gypsum yang sangat berat. Menerima serangan tak terduga tersebut, Rahyo langsung terpental. Ia tidak dapat memahami apa yang yang baru saja terjadi. Matanya hanya terbelalak dengan ekspresi terkejut yang jelas tergambar di wajahnya.

Tapi ternyata, orang yang terlihat paling terkejut adalah dirinya sendiri. “Kau... kau melihatnya, kan?... Itu.. Itu disebut....” Guy berpikir sembari berdiri dengan satu kaki.

“Err... Itu disebut... Fu..Fu...Funeyoi Kobushi (Tinju Mabuk laut!)” ucap Kakashi.
[........]

Kakashi tidak dapat berkata apa-apa melihat kejadian ini, dan berpikir bahwa seharusnya Guy melakukan apa yang ia suka. Rahyo berkata pada Guy bahwa ia jangan macam-macam, sambil menggerutu. Ia melepaskan serangan layaknya api yang sedang membara.
Sejak Guy merasa telah menciptakan teknik baru, seperti yang diduga, ia benar-benar merasa terlalu senang di tengah-tengah pertarungan. Karena salah satu kakinya yang tidak berfungsi, dan juga karena mabuk lautnya yang parah, ia merasa seperti sedang mengalami distorsi. Ia tidak dapat berdiri dengan benar.

Terkadang, ia terjatuh karena akan muntah. Guy dapat menghindari serangan selanjutnya yang diarahkan tepat ke wajahnya. Kakashi merasa bahwa hal tersebut benar-benar suatu kebetulan. Tetapi walaupun begitu, Guy berhasil menghalau serangan kedua, dan yang ketiga.

Berlawanan dengan dugaan Kakashi, Guy bahkan dapat menghalau serangan keempat dan kelima. Dengan pijakan yang tidak seimbang, Guy kadang-kadang terjatuh dan muntah. Dengan ekspresi terkejut dan mata yang terbelalak, memperlihatkan hanya bagian putih dari matanya.Tubuhnya bergoyang dan berputar, membuat Rahyo tidak dapat melancarkan serangan ke arahnya, bahkan hanya sekali.

Dari sudut pandang Kakashi, ini kali kedua ia tercengang dalam keadaan tersebut. Ia berpikir dalam kepalanya: Apakah Guy baru saja menguasai Tinju Mabuk Laut!?

Rahyo melihat dengan penuh amarah. Secara bertahap, serangannya menjadi semakin ceroboh. Salah satu dari senrangan Saihyouken (Tinju Es Penghancur)-nya hampir menggores Guy. Rahyo memukul rak penuh alkohol. Botol penuh alkohol berjatuhan dan pecah.

Tiba-tiba dalam suara yang kecil, Kakashi mendengar sebuah panggilan. Sebelum ia menyadarinya, Pakkun sudah berada di sisinya. Pakkun mengatakan bahwa semua bom telah dikumpulkan. Sekarang, ia menggigit tali yang mengikat Kakashi. Rahyo dan Guy terus bertarung, sementara Pakkun menggigit tali tersebut.

Guy terpeleset karena Sake yang tumpah, dan terjatuh secara dramatis. Rahyo mengambil kesempatan ini untuk melepaskan Saihyouken tanpa belas kasih. Guy terjatuh dan terdorong, membuat Rahyo kehilangan kesempatannya. Akibatnya serangan Rahyo meninggalkan lubang besar di lantai.

Guy bangkit dan melepaskan serangan balik, tetapi tinjunya terlalu melayang. Tidak hanya serangannya yang benar-benar ditangkis, tetapi juga memberikan ruang bagi Rahyo untuk memberikan serangan. Rahyo meneriakkan bahwa pertarungan ini akan ditentuan dengan gerakannya yang selanjutnya.

Matanya terbuka lebar ketika ia membenamkan Saihyouken ke arah abdomen Guy. Suara hantaman tersebut memantul. Tubuh Guy terdorong ke udara. Bola matanya hampir keluar, dan udara terdorong keluar dari paru-parunya. Rahyo yakin bahwa kemenangan ada di tangannya, dan tertawa lebar.

Tapi ternyata, tidak hanya udara yang keluar dari tubuh Guy.
“Uppu!”
[!]

Ketika Rahyo menyadarinya, sesuatu menyembur dengan suara ‘Pussha’ dari mulut Guy. Sesuatu itu mendarat persis di wajah Rahyo.

"Ahh... maaf... maaf” ucap Guy.
“Aku... Aku akan membunuhmu... “ Rahyo menggeram ketika sesuatu yang berasa asam tersebut menetes dari wajahnya.
Rahyo berteriak, dan mempersiapkan serangan selanjutnya, dan langsung menyerang Guy.

Tendangan. Hantaman dari telapak tangan. Sikuan. Serangan lutut. Tinjuan... Rahyo menyerang Guy tanpa henti dan tanpa belas kasih.

Kakashi berteriak ke arah Guy. Saat ini, Pakkun telah memotong hampir sebagian besar tali yang mengikat Kakashi, sehingga Kakashi dapat memutuskan sisanya yang membuat dirinya terbebas. Pakkun bertanya apakah tugas mereka telah selesai. Kakashi berterima kasih kepada Pakkun, dan memberi tahunya bahwa suatu hari ia akan memberikan daging yang lezat kepada para Ninken. Pakkun tersenyum dan tertawa, dan kemudian menghilang dibalik asap putih.

Kakashi menghentakkan kakinya ke lantai, kemudian chakra mengalir ke tangannya dan membentujk kilat ungu dengan suara ‘bachibachibachi’ (suara retakan). Walaupun rasa sakit terus mengalir dari jarinya yang patah, tapi hal seperti itu tidak akan mengganggunya.

[!]

Rahyo menyadari hal tersebut, dan langsung melihat ke arah Kakashi dengan pandangan yang terkejut.

“Bagaimana kau bisa.....”
Kakashi tiba-tiba muncul dari balik bayangan Guy yang telah tumbang.
“Shiden! (Kilat Ungu!)”. Mustahil bagi musuh untuk mengindarinya.

Namun pada akhirnya, ia tidak dapat melancarkan Shiden dengan seluruh daya upayanya.
Shuu!
Ketika sebuah suara terdengar di udara Kakashi melihat ke arah serangan yang diarahkan ke tubuhnya. Itu adalah sebuah kunai berwarna keperakan, memotong pipi Kakashi.

[!]

Segera setelah ia mendarat, Kakashi menghindar dengan cara salto ke belakang.
Kunai yang mengejarnya menancap ke lantai dengan suara ‘kakakaa’. Saat kunai-kunai tersebut menancap lantai, kunai-kunai tersebut langsung menghilang dari pandangan mata.

 =========================================================================
 
CHAPTER 7 "PETIR YANG MEMBEKU!"

“Hyouton: Jisarenhyou! (Elemen es : Pilar es!)”. Kahyo membentuk segel tangan dan membentuk pilar es dari lantai. Kristal-kristal es mulai mengarah ke arah Kakashi layaknya ular. Tiba-tiba, kristal es itu berubah menyerupai taring yang besar.

Kakashi segera merespon. “Shiden! (Kilat ungu!”) ia mendarat sembari menempelkan tangannya di lantai. Cahaya dari kilat ungu tadi menjalar di sepanjang lantai. Dengan suara ‘bachibachi’ yang keluar, serangan kilat ungu Kakashi berbenturan dengan taring es dari Kahyo.

Doooooooooon! (Boom!)

Taring es dan kilat ungu tersebut saling berbenturan, yang kemudian menggoyangkan kapal tersebut akibat ledakannya yang besar. Para penumpang kemudian menjerit.

Piano di ruangan tersebut terdorong akibat dampak ledakan dan mengarah ke seorang anak yang gagal melarikan diri. Untungnya, Guy langsung melompat ke udara untuk menyelamatkan anak itu, memegangnya di tangannya dengan Kekuatan Masa Muda (
青春パワー全開) yang selalu ia elu-elukan. Piano tadi menabrak dinding dan hancur, menciptakan getaran hebat pada lampu gantung di langi-langit. Guy mengembalikan anak tersebut kepada ibunya, dan kemudian menatap tajam ke arah Rahyo.

Rahyo kemudian tertawa sembari berlari ke arah Guy. Tinju demi tinjuan dan tendangan demi tendangan... setiap lima menit, sepertinya intensitas pertarungan mereka semakin meningkat, mereka terus bertarung dan terus melayangkan sepuluh, dua puluh dan kemudian tiga puluh tinjuan lagi.

Sementara itu, Kakashi sedang menatap musuhnya. Ia bertanya apakah Kahyo memang pengawal personal Garyo dari dua bulan lalu. Kahyo menghindari pertanyaan tersebut, mengatakan bahwa mereka (pihak Konoha) tidak seharusnya berpikir bahwa kemenangan ada di pihak Konoha. Kahyo dengan santai merespon, mengatakan bahwa pesan mereka pasti telah sampai kepada seseorang. Seseorang yang mungkin menyiapkan gerakan selanjutnya, jadi dalam rasa hormat, harapan mereka akan terus diwariskan ke orang lain, khususnya sejak mereka mengorbankan nyawanya untuk idealisme tersebut.

Kakashi merespon,”Garyo hanyalah seorang idealis. Karena posisi sebagai seorang idealis, dan jika itu demi apa yang ia anggap ideal, ia juga akan menghancurkan seluruh dunia demi apa yang ia anggap ideal.”
“Dunia yang menjijikkan ini, dan seluruh isinya....”
“Tak masalah kan, jika dihancurkan?”
“..................”
“Itulah yang ingin kau katakan, kan?” Kakashi, dengan mata yang setengah terbuka, memperbaiki pandangannya ke arah musuh. “Uchiha Madara juga. Dan juga seseorang yang dulunya teman dekatkku juga. Sepertinya dulu mereka berpikir seperti itu. Bagaimanapun, jujur saja, kupikir karena mereka sangat mencintai dunia ini.”

Dibalik maskernya, Kakashi merasakan bahwa mata Kahyo bereaksi terhadap apa yang ia katakan. Kakashi melanjutkan bahwa ia mendengar dari Naruto bahwa karena Negara Ombak, mereka kehilangan seorang anak. Jika itu masalahnya, maka ini dapat dimengerti kenapa mereka merasakan hal seperti itu terhadap dunia ini.

“Cepat atau lambat, selama semuanya dilakukan dengan cara shinobi, semua shinobi akan menghadapi kematian dari orang-orang yang mereka cintai.” ujar Kakashi.
“Hakuhyo... Anakku tidak kehilangan nyawanya karena perang!” ucap Kahyo.
[.....................]
“Hakuhyo.... Hakuhyo.... Dia dibunuh oleh orang-orang dari Negara Ombak!”
“Jadi karena hal itu, kau bersumpah untuk membalaskan dendam terhadap Negara Ombak?" respon Kakashi.
“Menerima kematian sebagai seorang shinobi, kematian itu sendiri adalah hal-hal pribadi yang dipilih oleh shinobi untuk dirinya sendiri!” teriak Kahyo.
“Ketika seseorang menjadi shinobi, ia harus bersiap untuk mati.. Untukku.. Selama untukku dan kakakku, Kami tidak berharap Hakuhyo hidup seperti itu. Dan juga, menjadi seorang nukenin, kami bersembunyi di Negara Ombak. Hanya berharap untuk hidup tanpa melukai orang lain, damai , dan tanpa konflik...”

“Kau salah!” sentak Kakashi.
[......!!!?]
“Karena selama kita hidup, kita akan terus bertarung.” ucap Kakashi. “Kukira tidak ada yang dapat kita lakukan tentang apakah menjadi shinobi atau tidak, ataupun jika orang itu adalah orang biasa. Bahkan jika seseorang mengayunkan sebuah kunai, atau bahkan mengayunkan sejumlah uang, itu sama saja. Itu dilakukan untuk tetap hidup, selalu dan kapanpun, itu adalah pertarungan dimana seseorang mempertaruhkan hidupnya.”

“Uwaaaaaaaah!” Kahyo mengeluarkan suara aneh dan kemudian membalas. ”Dan kau, apa yang kau tau?”
[....!]

Kakashi dengan tenang menangani serangan yang dilancarkan Kahyo. Tinju musuh dihalau di udara. Sebuah tendangan melayang ke arah wajah Kakashi.

“Kematian seorang rekan dan kematian anak sendiri itu sangat berbeda!” teriak Kahyo sembari menendang.
Kakashi sedikit membungkuk untuk menghindari tendangan berputar dari Kahyo. Kakashi melanjutkan:
“Dan untuk kesedihan karena kehilangan rekan dan lainnya, waktu akan menyelesaikannya!” Ia mendorong sikunya untuk melancarkan serangan balik.
“Karena hal-hal seperti itu, kau tidak dapat mengerti bagaimana perasaan orang tua yang anaknya telah dibunuh!” teriak Kahyo.

Kakashi menangkap serangan lanjutan dari Kahyo sembari mengatakan, “Jika seperti itu, kenapa kau mencoba mengambil nyawa anak orang lain?”

[!?]

Anak kecil yang telah diselamatkan Guy beberapa waktu lalu sedang melihat ke arah mereka dengan wajah yang ketakutan.

“Bahkan diantara orang-orang yang telah kalian eksekusi, mereka adalah anak dari orang lain, kan?” ucap Kakashi. “Untuk kesedihanmu, bahkan jika dunia dihancurkan, hal itu tidak akan hilang.”

Kahyo berteriak kembali dan memotong ucapan Kakashi. Ia menghentakkan kembali kedua tangannya ke lantai.

“Hyouton: Jisarenhyou! (Elemen es : Pilar es!)”.
Kahyo mengeluarkan pilar-pilar es dari sekelilingnya, kali ini ukurannya jauh lebih besar jika dibandingkan dari yang sebelumnya, mengelilinginya layaknya bunga yang bermekaran. Untuk menghindari serangan es tersebut, Kakashi melakukan salto beberapa kali ke belakang. Bukan hanya dirinya, tetapi Rahyo, Guy dan semua penumpang harus menghindari serangan tersebut. Es-es tersebut terus menyebar. Pedang-pedang es itu menembus langit-langit, mengangkat papan lantai, dan menembus badan kapal.

Rahyo berteriak kepada Kahyo dan menyuruhnya berhenti. Mereka sedang terbang di atas laut. Suara Rahyo tidak dapat mencapai pikiran Kahyo (yang pikirannya sedang benar-benar kacau), sementara Kahyo mengalirkan chakra yang lebih besar ke bunga es tadi, membuatnya semakin besar dan ganas.

Boom!

Rahyo melompat kearah es tersebut, dan terpaksa menyerang Kahyo di bagian abdomennya. Kahyo kemudian pingsan di tangan Rahyo.

Boom!
...Tapi sudah terlambat.

Jutsu tersebut berhenti setelah Kahyo kehilangan kesadaran. Bunga es tadi menghilang dan meninggalkan lubang besar di badan kapal. Terdapat perbedaan tekanan udara antara di luar dengan di dalam kapal. Udara mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Keadaan atmosfer yang tipis pada ketinggian 5000 meter. Terdengar suara gemuruh kilat. Secara instan, udara di dalam ruang makan tersebut mulai tertiup keluar.

Satu persatu, para penumpang terhisap keluar lubang besar di badan kapal tersebut!

Piring, garpu, pisau, dan sendok makan berserakan. Serpihan-serpihan kayu dan botol–botol sake beterbangan terhisap keluar. Lampu gantung bahkan hampir terhisap, tertahan karena kabel-kabel di sekelilingnya.
Udara yang bertiup menghilangkan teriakan dari para penumpang.

Rahyo terus memegangi Kahyo, sembari berpegangan pada tiang terdekat. Guy berteriak karena melayang di udara. Kakashi membalas, mengulurkan tangannya dan akhirnya berhasil menangkap tangan Guy, tapi dengan jari telunjuknya yang patah, ia tidak dapat mengeluarkan tenaga lebih melawan tekanan udara tersebut (Ia berkata “Sial!”). entah bagaimana, ia berhasil menangkap di sekitar. Mereka berdua kini melayang di bagian eksterior kapal.

Dengan keadaan yang sangat mirip dengan bendera, tubuh Kakashi dan Guy terayun ke kiri dan ke kanan dengan sangat cepat. Lagi dan lagi, mereka menghantam badan dari kapal.

“Kakashi, lepaskan tanganku!” teriak Guy. “Atau kau akan terjatuh juga!”
“Ah... Jangan bodoh, Guy...” jawab Kakashi.
“Tidak, lepaskan! Aku akan baik-baik saja! Di ketinggian seperti ini, jika dengan kekuatan Masa Muda, tidak menjadi masalah!”
“i-itu omong kosong... itu hal kosong yang kau ucapkan, di saat-saat seperti ini”

Pegangan Kakashi ke Guy mulai meregang, sama seperti dengan tangan dan jarinya ke kabel. Tak peduli berapa banyak tenaga dan usaha yang ia kerahkan, ada suara (zuruzuru) dari pegangannya. Tak ada yang dapat Kakashi lakukan terhadap hal itu.

“Kakashi-sensei? Dapatkah kau mendengarku, Kakashi-sensei?”
Ino berhasil terhubung ke Kakashi! Bagaimanapun, pemandangan para penumpang yang terhisap keluar membuatnya terdiam. Ino memberi tahunya bahwa orang-orang yang diserang di upacara sudah berada di bawah perawatan mereka.

Sesuatu seperti daun terlihat melayang. Terlihat seperti daun yang berwarna putih.
Ino mengulang kembali, bertanya apakah Kakashi dapat mendengarkannya. Tsunade-sama menginformasikan Negara Ombak terhadap penyerangan rakyatnya beberapa waktu lalu. Kakashi fokus terhadap apa yang barusan itu. Itu terlihat seperti sebuah topeng dengan pola pengait. Ia menyadari bahwa itu topeng Kahyo. Kakashi entah mengapa dapat mendeteksi Kahyo di tengah krisis tersebut. Di dalam kapal, masih di di dalam ruang makan tersebut dan dalam genggaman Rahyo, Kahyo sedang benar-benar tak berdaya.

Ia dapat melihat rambut panjang keriting yang tertiup angin.

Ino melanjutkan dengan pertanyaan. Diantara Aliansi Persenjataan Ryuuha, apa terdapat dua belas orang? Terdiri dari sebelas pria, dan satunya wanita... Ino sepertinya membuat Kakashi merespon. Dia bertanya lagi, apakah ia mendengar? Dapatkah ia mengkonfirmasikan jumlah mereka?

[!?]

Dalam sekejap, semuanya menghilang. Suara, angin dan bahkan waktu.
Akhirnya, tangannya terlepas dari kabel, membuatnya terjatuh bersama dengan Guy. Satu hal terakhir yang ia katakan...

(Komunikasi dengan Ino) “... ada seorang wanita.”
Ia adalah wanita dengan gaun biru panjang itu.

 =========================================================================
 
CHAPTER 08 "5.000 METER DI UJUNG KEMATIAN"

Di sekitar Kakashi yang terlempar ke langit, para penumpang yang terlempar dengan cara yang sama kini terpencar.

Mata Kakashi menatap mata Guy. Ia melihat Guy mengangguk. Kakashi menyadari bahwa ia juga harus menerima kenyataan akan kematiannya. Apa boleh buat, jika tubuh mereka menghantam tanah dari ketinggian 5.000 meter, tidak akan ada pilihan lain. Hanya ada satu tempat dimana seorang shinobi akan berakhir.

Sial…

Kakashi menutup matanya, membayangkan Kahyo yang mengenakan gaun birunya.
“Jika kalian ragu sehingga kalian kehilangan arah, maka jumlah korban akan semakin banyak…,” kata Kahyo saat bersembunyi di dapur dengan tatapan mata yang melekat padanya.
“Hal yang seperti itu—kau tidak akan mengerti perasaan orang tua yang anaknya terbunuh!”

Dari balik topengnya, Kahyo seakan berteriak dengan seluruh raganya.
‘Apa yang harus aku lakukan? Apa yang bisa aku lakukan untuk Kahyo?’

Meskipun ia telah memikirkannya hingga sejauh ini…

Tiba-tiba, perasaan aneh muncul dalam dirinya. Seperti yang ia duga… Semua telah berakhir. Akhirnya, kematian datang padanya.

‘Aku juga akan pergi kesana. Ke tempat mereka yang telah meninggal : Obito, Ayah, dan teman-teman yang mati terhormat dalam pertarungan.’

Namun, ketika tubuhnya tiba-tiba melawan gravitasi dan terangkat ke langit, ia tidak menyadari apa yang terjadi.

“…?”
“Sepertinya tepat waktu.”

Ketika Kakashi membuka mata, Sai tengah menatapnya. Ia tersenyum dan tertawa.
“Apa kau lupa? Kakashi-sensei memanggilku, bukan?”

Kakashi langsung tersadar. Ia berada di punggung burung besar yang digambar oleh Sai. Ia melihat ke sekitarnya.

Mereka berada di langit yang jauh di bawah Tobishachimaru. Kawanan burung besar yang dibuat dengan Choujuu Giga berputar di langit bagaikan sekumpulan awan hitam.

Guy bergelantungan di kaki burung. Ia tersenyum dan tertawa sambil mengacungkan ibu jarinya.

Tak lama setelahnya, ia mengangkat kakinya yang dibalut perban. Di bagian bawah perban di kakinya, terdapat dua huruf kanji yang berarti “youth (masa muda)”.

Para penumpang yang terjatuh dari Tobishachimaru telah berada di punggung burung-burung buatan Sai. Sementara, ada pula beberapa orang yang berpegangan erat di kakinya.

“Tenanglah,” kata Sai. “Semuanya telah diselamatkan.”
“Apa kau tahu ketinggiannya sekarang?”
“Menurutku, sepertinya sekitar…”
Sai mengikuti tatapan Kakashi yang mengarah kepada Tobishachimaru di atas mereka.
“5.500 sampai 6.000 meter di atas laut.”
Setelah perabotan serta orang-orang di ruang makan dan aula terlempar keluar, Tobishachimaru menjadi lebih ringan. Kakashi telah menduganya. Mungkin karena itulah, ketinggiannya di udara menjadi naik.

Awalnya ini adalah pagi tanpa awan sama sekali, tetapi sekarang terlihat beberapa awan hitam tipis yang menuju ke arah barat. Samar-samar, bau air memenuhi udara sekitar.

“Apa kau mengetahui identitas pelaku penyerangan ini?”
“Tidak. Akan tetapi, Nona Tsunade telah mencoba menghubungi beberapa diantaranya.”
“Pelaku utamanya bernama Rahyo.” Dengan sedikit keraguan, ia menambahkan, “Dan juga adik perempuannya, Kahyo.” Sai mengangguk.
Kakashi melihat ke arah Tobishachimaru yang mengapung di udara. Tujuannya ke arah barat-barat laut.

Mengapa mereka menuju ke arah itu?
Kakashi memutar pikirannya.

Permintaan “Ryuuha Armament Alliance” adalah pembebeasan Garyo. Dengan tawaran pertukaran sandera, orang-orang ini berusaha mencapai tujuannya. Tentu saja Konoha tidak akan menerima tawaran itu dengan mudah.

Jika memang itu kondisinya, orang-orang ini pasti telah mempersiapkan sesuatu apabila negosiasi gagal. Disamping itu, mereka tentu telah mengukur seberapa besar kemungkinan rencana mereka berhasil.

Kartu as mereka adalah Kahyo. Tidak salah lagi. itulah jawaban yang paling mungkin.
“Mereka menuju Blood Prison,” ucap Kakashi. “Orang-orang itu telah mempersiapkan rencana apabila mereka ditolak Konoha. Rencana mereka adalah menyelamatkan Garyo lewat jalur udara. Pertahanan Blood Prison harus diperkuat!”

Dengan jurus Kahyo, Garyo bisa terangkat ke langit. Jika mereka menggunakan Jisarenhyou, hal itu mungkin saja terjadi. Setelahnya, mereka akan membawa Garyo dengan Tobishachimaru.

“Ino.” Kakashi memanggilnya lewat pikiran.
“Apa kau bisa mendengarku?”
“Aku bisa mendengarmu.” Respon yang sangat cepat. “Setelah semua yang terjadi, kau selamat, Kakashi-sensei.”
“Tobishachimaru sedang menuju Blood Prison!”
“!”
“Mungkin orang-orang itu berniat menyelamatkan Garyo lewat jalur udara.”
“Aku mengerti. Aku akan menghubungi Nona Tsunade. Secepatnya.”
“Sai”
“Ya”
“Tolong antar aku kembali ke Tobishachimaru.”
“….”
“Aku punya firasat buruk tentang ini,” kata Kakashi. “Lagipula, kita tidak bisa mengabaikan dan meninggalkan sandera yang tersisa.”

Dengan melewati aliran udara yang semakin tinggi, burung yang mereka tumpangi terbang menembus awan. Mereka sampai di tempat Tobishachimaru berada. Lubang di lambung kapal telah tertutup oleh es. Mungkin saja dilakukan dengan jurus Kahyo.
‘Dia selamat’

Setelah merasa lega dalam hati, Kakashi kembali memfokuskan pikiran. Apalagi, udara disini sangat tipis.

Sai yang telah memperkirakan ketinggian Tobishachimaru sekitar 6.000 meter di atas laut sepertinya benar. Sambil mencari celah untuk masuk ke Tobishachimaru, Kakashi mulai berpikir. Hingga ketinggian 7.000 meter di atas laut, meski konsentrasi udara di dalam kapal tidak dinaikkan, penumpang tidak akan hilang kesadaran begitu saja.
Hanya saja, jumlah oksigen akan sangat terbatas. Semua hanya masalah waktu. Apalagi, menurut pengamatan Kakashi, Tobishachimaru semakin naik sedikit demi sedikit. Mungkin ada alat di kokpit yang rusak.

‘Jadi pilot tidak menyadari bahwa mereka terbang semakin tinggi?’
“Disana!” tunjuk Sai. “Di gondola ruang tamu. Ada sebuah lubang disana.”

Kakashi mencondongkan tubuhnya, melihat ke arah yang dimaksud oleh Sai. Diantara awan yang bergerak, ia berusaha mencari letak celah yang dimaksud untuk masuk ke dalam. Di bagian bawah kantung udara, tepat di pangkal ‘sirip’ Tobishachimaru, terdapat sebuah lubang yang cukup besar untuk dilewati satu orang.

“Baiklah, aku akan masuk lewat sana.”
Sai mengangguk. Burung besar yang mereka tumpangi memiringkan sayapnya sehingga mereka terbang ke arah diagonal. Mereka berhenti tepat di samping lubang.

 =========================================================================
 
CHAPTER 09 ~ Keputusan Tsunade ~

Di kantor Hokage di desa Konohagakure, Tsunade sedang sibuk-sibuknya bekerja sambil terus memberikan perintah.

“Shizune, masih belum adakah kontak dari Negara Ombak? Berdasarkan laporan dari Ino, sepertinya mereka adalah pemimpinnya: Rahyo dan Kahyo. Sampaikan kepada mereka, dan identifikasi identitas merekaa berdua! Bagaimana dengan Shikamaru, yang sedang berada di Houzukijyou (Penjara Berdarah)? Jika para tahanan menunjukkan tanda-tanda kerusuhan, itu bukanlah masalah, segera kendalikan mereka! Sakura akan mengatur tim medis, dan segera berangkat menuju Houzukiyou! Shizune, siagakan para Anbu!”

Kemudian, Tsunade menutup matanya, berpikir di dalam kepalanya.

“Ino, bagaimana keadaan Kakashi saat ini?”
“Dari laporan Sai, aku punya firasat bahwa mereka sedang menyusup ke dalam Tobisachimaru”

Pintu kantor terbuka dengan suara ‘bun!’ Dari balik bahu Sai, Guy langsung masuk ke dalam.

“Tsunade-sama! Ini aku, Might Guy telah kembali....”
Gonn! (Boom!)
“Ooh... Ooooooh...”
Guy, Kau *****...” Guy merasakan kesakitan yang luar biasa di kepalanya. Tsunade menarik kerah Guy dan mendorongnya dengan suara ‘yussayussa.” Sepertinya kau mengabaikan misi karena keinginan mu naik ke Tobishachimaru!”

“Bukan.., Bukan... Itu ti.... ti ... ti...dak masuk akal! Eh~, sebenarnya, itu... Oh, iya iya, kondisi kakiku sedang terluka, kan? Dan, oleh terapist pribadiku di Negara Ombak?... Iyaiyaiyaiya! Jadi, secara kebetulan, Tobishachimaru juga mengarah ke rumah sakit....”

Kau ***** ... Tanpa malu mengatakan kebohongan seperti itu”
“Tsunade-sama, sekarang bukan saatnya untuk membahas hal itu!” Sambil menyiapkan tinjuya, Tsunade sedang bersiap untuk meninju kepala Guy untuk kedua kalinya. Dari belakang, Shizune menahan tangan Tsunade. “Dari Iwagakure, Oonoki-sama berbicara lewat wireless radio!”

“I-itu benar , Tsunade-sama!” Guy merasa sedikit lega. “Saat ini kita harus membuat keputusan tentang Tobishachimaru!”
“Kau***** ... Guy, jelaskan secara rinci penampilan dari musuh” Setelah itu, radio tersebut diletakkan di meja, dan Tsunade saling berhadapan dengan radio tersebut. “Ada apa, Tsuchikage?”

“Bahkan tanpa sepatah salam, Tsunade-hime?” Suara Oonoki keluar dari dalam radio. “Yaa, tak apalah. Ngomong-ngomong, ada sesuatu yang terlihat mengapung di atas awan negaramu. Bukankah itu kapal yang dikembangkan secara rahasia oleh Negara Ombak?”

Tsunade terdiam.

“Yah, kita sama-sama shinobi. Untuk seseorang seperti Tsunade-hime, tentu dengan benda yang sebesar itu, apakah kau berpikir akan berhasil menyembunyikannya?”
“Dari iwagakure... kau bisa melihatnya?”
“Tidak hanya Iwagakure. Desa lainnya juga pasti telah menyadarinya. Tapi, untuk menghormati satu sama lain sebagai sekutu yang bertarung bersama di Perang Dunia Shinobi Keempat, kami berpura-pura tidak melihatnya. Karena sepertinya itu adalah misi untuk Kohona, untuk mengawal kapal tersebut.”
“Pria tua ini....”
“Tapi, bahkan untukku, ini adalah persoalan yang besar. Tapi, aku tidak memikirkannya.”
“Alah, cukup basa-basinya!” Tsunade menggunakan nada tinggi. “Cepat katakan saja apa maumu!”

“Ya Tuhan. Dasar, orang muda selalu saja tidak sabaran.” Suara helaan napas terdengar di radio. “Kalau begitu, mari bicarakan. Beberapa hari lalu, beberapa orang asing terlihat di Desa Lolongan Serigala. Sepertinya mereka membeli Aobiko (Bubuk Api Biru) dalam jumlah besar”
[?]

“Dari yang aku pahami, Roukoku (Desa Lolongan Serigala) merupakan desa para dokter... mereka terlatih dalam menggunakan kekuatan peledak dari Aobiko. Aobiko itu sendiri memiliki daya ledak yang melebihi bom biasa”

“Apa yang sebenarnya ingin kau katakan?”
“Kami mengincar Aobiko tersebut. Jika benda seperti itu dibawa ke Iwagakure, karena itu bukan jenis bahan yang dapat dibawa dalam jumlah banyak... mari kita kesampingkan hal itu, sekarang sepertinya benda itu berada di kapal terbang tersebut. Oibiko tersebut sepertinya disimpan di kargonya.”

[!]

“Negara Ombak menggunakan kapal tersebut untuk membuat perkembangan dalam industri transportasi” Suara Tsuchikage berubah. “Bagaimanapun, Tsunade-hime, untuk teknologi inovatif seperti itu, tentu saja juga ada fungsi tersembunyi. Jika seseorang memproduksi obat bius, orang lain akan menggunakannya sebagai narkotika. Jika seseorang membuat pisau untuk keperluan memasak, orang lain akan menggunakannya untuk membunuh orang-orang...”

“Jika seseorang membuat kapal yang dapat melayang di udara, maka orang lain akan menggunakannya untuk mengumandangkan perang dari langit...?”

“Bagaimanapun, untuk desa shinobi lainnya, mereka diam untuk saat ini. Ini karena mereka mencoba untuk melihat dan menyelidiki tujuan kapal tersebut. Tapi, jika kapal itu mengarah ke Iwagakure, maka kami tidak akan diam.”

[.....]
“Dengar baik-baik, Tsunade-hime” kata Oonoki. “Apapun yang terjadi di dalam kapal itu bukan urusan kami.. Tapi, jika kapal itu tidak mengubah arahnya, aku akan menjatuhkannya dari Desa Iwagakure.”

Jika dugaan Kakashi benar, kapal itu mengarah ke Houzukiyou di Kusagakure... pikir Tsunade. Dan memang, Houzukijyou berada diantara Kusagakure dan Iwagakure.

“Kapal itu mengarah ke Kusagakure.” Ucap Tsunade di radio. “Jika ternyata kapal tersebut melewati Kusagakure, akan kuhancurkan sendiri.”

Suasana menjadi memanas.
“Aku lega mendengarnya.” Sebelum mengakhiri percakapan tersebut, Tsuchikage berbicara. “Karena kapal itu dipenuhi Aobiko, tentunya sangat tidak nyaman memikirkan benda itu berada tepat diatasmu.”
Seperti halnya pria tua itu bimbang, aku tidak seharusnya menganggap remeh masalah ini... di hadapan radio yang hening tersebut, Tsunade menyadari hal itu. Mungkin, aku harus menempatkan beberapa shinobi di perbatasan Kusagakure.

Guy, Sai, Sakura, Shizune, Kiba, Shino dan bahkan para Anbu... Tidak ada satupun yang berbicara.

‘Za .... Zaza... Za...’
Suara yang bising menggema.

“Hokage!” Suara ini seperti seseorang yang kesal. Suara itu menggema ke seisi ruangan. “Garyo-sama masih belum dibebaskan?”
“....Rahyo?”

Setelah hening sejenak, Rahyo langsung tertawa. “Sepertiya aku sudah ketahuan, eh?....”
“Ubah rute nya , Rahyo”Tsunade meninggikan suaranya. “Pada keadaan seperti ini, Tobishachimaru akan dihancurkan... Bahkan jika bukan Konoha yang melakukannya, desa lain tidak akan diam. Jika kau setuju untuk mengubah rutenya sekarang, masih ada waktu, kembalilah ke Negara Ombak.”

“Hanya kami yang berhak menentukan rute Tobishachimaru”
“Dengarkan aku dulu....”
“Diamlah!”
[.....!]

“Segera lepaskan Garyo-sama! Dalam tiga menit.... Jika dalam tiga menit permintaan kami tidak dipenuhi, kami akan melanjutkan proses eksekusi!”

Terdengar suara ‘kachaa’ dari radio. Percakapanpun terputus.

Tiga menit... Tsunade memegang pundakknya... selama itu, apa yang dapat dilakukan Kakashi seorang diri?

Di sisi lain, kita tidak dapat melepaskan Garyo. Jika kita menuruti permintaan orang-orang seperti Rahyo, Konoha akan kehilangan harga dirinya dihadapan Lima Negara Besar. Permintaan misi akan berkurang, lalu kemudian orang-orang desa akan kelaparan.

“Sialan, apa yang seharusnya aku lakukan?”
Kesunyian melanda ruangan tersebut. Lalu, terdengar suara yang mengarah ke luar.

“Oi, liat itu!” Kiba berlari ke arah jendela. Ia menunjuk ke arah langit dan meninggikan suaranya. “Liat ke arah Tobishachimaru!”

Sebelum mereka mengetahuinya, awan kelam muncul dan turun dari langit. Di bawahnya, sebuah Orca raksasa perlahan mengarah ke barat.

“A-apa itu!?” Orang-orang desa berteriak keheranan, mengarah ke jalanan. “Ikan raksasa sedang melayang di langit!”

“Sai.” Tsunade menyilangkan tangannya dan memegang dagunya dengan salah satu tangan. Ia menutup mata. “Berapa lama sampai Tobichachimaru tida di Houzukijyou?”

“Dengan arah angin seperti itu....” ucap Sai.”kira-kira dua puluh menit.”
“Tsunade-sama... apakah kau serius?” suara Sakura memecah keheningan.
“Menembak Tobichachimaru... Tapi Kakashi-sensei masih disana!?”

Bahkan suara Sakura telah memecah keheningan diantara orang-orang di ruangan tersebut.
Tiba-tiba, Tsunade membuka matanya, dan mengeluarkan bebererapa perintah.

“Sai, awasi langit! Ino, laporkan kepada Kakashi apa yang telah dikatakan Tsuchikage! Selanjutnya, semua orang segera menuju Houzukijyou dan jangan biarkan Naruto tahu!” dan masih, Tsunade masih akan berbicara.”Jika sampai keadaan dimana Tobichachimaru terlihat akan melewati Houzukijyou, bahkan jika hanya karena tertiup angin, segera hancurkan hingga jatuh!”

 =========================================================================
 
CHAPTER 10 ~ HATI~

Selama Kakashi merayap masuk ke celah ventilasi, Ino melaporkan kepadanya tentang niat Tsuchikage. Ia (Kakashi) hampir tiba di ujung ventilasi di ruang pilot. Kira-kira dalam dua menit, proses eksekusi akan dilanjutkan.

Selebihnya, Kakashi harus terus mengingat bahwa Aobiko juga ada di kapal itu. Kakashi berbicara pada dirinya sendiri, “Sial, dimana mereka meletakkan Aobiko itu?” dan kemudian Ino melanjutkan komunikasi dengannya:

“Kakashi-sensei, tolong segera pergi dari kapal itu... Tsunade-sama sedang serius : jika terjadi sesuatu, Ia benar-benar bermaksud untuk menembak Tobishachimaru hingga hancur”

“Terima kasih, Ino”ketika sambil merayap di ventilasi itu, Kakashi merespon.
”Bagaimanapun juga, hal itu sangatlah tidak mungkin”
“Tapi-!”

“Walaupun kau begitu memikirkan nasibku, tapi di suatu tempat yang lain, ada orang yang juga sedang memikirkan nasib mereka yang berada di kapal”

“...................”
“Jika aku dengan mudahnya mengabaikan mereka, lalu bahkan sebagai Hokage, aku tidak akan dapat melindungi orang-orang di desa.”

Kakashi kemudian melompat dari ujung ventilasi. Ia langsung menendang musuh yang sedang berjaga di ruang pilot. Kedua pilot, yang sedang ditawan, langsung melihat ke arahnya. Dengan jari di mulutnya, Kakashi memberikan isyarat kepada mereka untuk diam. Ia kemudian memperkenalkan dirinya sebagai seorang shinobi dari Konoha. Kedua pilot mengangguk. Dari jendela di hadapan mereka, mereka dapat melihat awan yang berwarna keabuan yang membentang. Ia memberitahu mereka untuk secara perlahan mempertahankan ketinggian dari kapal tersebut. Ia berkata bahwa bahkan jika musuh memerintahkan untuk menurunkan ketinggian, bagaimanapun caranya para pilot harus menolak mereka : tak perduli bagaimanapun, tolong pertahankan ketinggian!

Alasan dari permintaan Kakashi tersebut adalah karena Aobiko. Jika benar Aobiko disimpan di kapal tersebut, pihak musuh mungkin ingin meledakkannya di Houzukiyou. Para musuh mungkin sudah mempersiapkan skenario seperti itu. Ada anggota dari Aliansi Persenjataan Ryuuha yang berjaga di daratan. Mereka akan mengambil keuntungan dari kerusuhan, dan lalu menggunakan kesempatan itu untuk membebaskan Garyo. Lalu, mereka mungkin akan menjatuhkan Aobiko ke Houzukijyou dari atas langit. Dengan kata lain, agar kemungkinan berhasil dari rencana mereka semakin besar, mereka harus menurunkan ketinggian kapal tersebut bagaimanapun caranya.

Kakashi kemudian mendengar suara dari arah ruang makan. Itu adalah suara jeritan dan tangisan dari seorang wanita yang meminta pertolongan! Ia berkata bahwa anaknya menderita asma sejak lahir. Kakashi secara diam-diam bergerak menuju ruangan tersebut, lalu bersembunyi di balik sebuah pilar. Sang anak dan ibunya terus menunggu agar Tobishachimaru segera mendarat.

Ia memohon kepada mereka : Jika mereka melanjutkan eksekusi, lalu tolong pilih dirinya. Sebagai gantinya, Ia memohon agar mereka menyelamatkan anaknya. Sang ibu terus memohon sambil memegang erat anaknya dalam pelukan.

Kakashi sadar bahwa anak itu adalah anak yang hampir mati tertimpa piano namun diselamatkan oleh Guy.

Semenjak Kahyo menciptakan lubang besar di badan kapal tersebut, tekanan atmosfer di sekitar kapal langsung turun. Udara menjadi menipis.... Kakashi lalu mengerti : Itulah penyebab mengapa anak tersebut terserang asma.

Kakashi mengamati sekelilingnya hingga tiap sudut. Melihat dari teriakan tadi, sekitar sepertiga penumpang telah terhisap keluar. Seharusnya ada dua belas musuh, tapi sekarang berkurang hingga hanya tujuh orang. Kakashi baru saja mengalahkan satu orang beberapa saat lalu. Jika orang itu bangun, maka menjadi delapan orang (satu yang berada di ruang pilot tadi).

Sang ibu terus memohon kepada musuh. Akibat guncangan sebelumnya, sang anak kehilangan obatnya. Dalam keadaan ini, sang anak tidak akan dapat bernapas sama sekali. Ia akan mati! Rahyo menunjukkan wajah tanpa emosi, dengan tatapan yang dingin. Ia hanya melihat ke arah sang ibu dan anaknya. Sang ibu kembali memohon kepadanya. Tetapi bagaimanapun, Rahyo mengatakan bahwa mereka tidak dapat mendaratkan kapal hanya karena seorang anak. Ia bertanya apakah mereka dari Negara Ombak, serta apa pekerjaannya. Ia menjawab bahwa suaminya adalah seorang dokter. Wajah Rahyo kemudian menyeringai dengan wajah mengejek yang tergambar jelas, mengulangi perkataan dari sang ibu.

Rahyo berkata bahwa sepupunya meninggal karena Ia ditelantarkan oleh dokter dari Negara Ombak. Ia menyuruh sang ibu untuk melihat ke arah wanita yang berdiri di dekat mereka. Dia adalah adik perempuan Rahyo, Kahyo. Ia memberi tahu tentang anak Kahyo yang telah meninggal. Mata sang ibu dipenuhi dengan air mata, dan melihat ke arah Kahyo. Kahyo hanya bisa menunduk dan terdiam.

Rahyo tertawa dan berkata bahwa ini juga merupakan suatu bentuk penebusan. Kecuali kali ini, anak-anak mereka yang akan ditelantarkan. Rahyo tertawa dengan sangat kuat, hingga mengganggu telinga Kakashi. Kakashi lalu memandang ke arah Kahyo.

Kahyo tidak bergerak. Semenjak Ia tidak menggunakan topengnya, rambut panjang dan keritingnya jatuh terurai dan meninggalkan bayangan gelap di wajahnya. Sebelum melangkah keluar dari bayangan pilar, Kakashi melihat ke luar jendela. Ia menyadari bahwa bayangan dari burung-burung telah menghilang.

“Lepaskan anak itu”
“Hatake Kakashi!?” darah Rahyo kembali mendidih.”Kau ******, masih hidup...”
“Kahyo” Kakashi mengabaikan ucapan Rahyo, dan berkata padanya.”Beberapa waktu lalu, kau berkata padaku, ‘untuk hal yang seperti itu, kau tidak akan dapat mengerti tentang perasaan orang tua yang anaknya telah dibunuh’!.... Bagaimanapun, kau pasti mengerti dengan sangat apa yang dirasakan wanita itu.”

Tubuh Kahyo tiba-tiba menegang.
“Aku memintamu, tolong lepaskan anak itu.”
“Dasar bodoh!” teriak Rahyo. “Kali ini, akan kubunuh kau!”
“Diamlah!”
[!]

Tubuh Rahyo menegang karena perasaan yang keluar dari mata Kakashi.
“Kau tidak harus mendaratkan kapal ini.” Kakashi kembali menatap ke arah Kahyo.
“Rekanku sedang terbang di sekitar kapa ini. Tak masalah, percayakan anak ini padanya, sebagai gantinya, silahkan eksekusi aku.”

Dari balik rambut panjangnya, tersirat wajah Kahyo yang cemberut.

“Jika seperti itu, sebagai awal, bunuhlah dirimu sendiri” suara Rahyo mengganggu percakapan mereka. “Segera setelah anak itu bebas, kau mungkin berubah pikiran.”
[.....]
Pihak musuh tertawa.

Kakashi sama sekali tidak ragu. Malah, ia mengumpulkan chakra di tangan kanannya. Dengan chakra ungu yang berbentuk seperti pedang di tangan kanannya, ia menyerang tengkuk lehernya sendiri.

Rahyo hanya bisa tertegun dan terdiam, terkejut dengan apa yang Ia lihat saat ini.
Tetapi malah, orang yang paling terkejut adalah Kakashi sendiri.

[.......]

Dengan jelas, Ia telah melepaskan Shiden (Kilat Ungu). Seharusnya, kepalanya telah terpisah dari tubuhnya karena serangan ini. Tetapi, karena darah sama sekali tidak menetes, artinya kepalanya masih berada di tempatnya.

Tangan kanannya terhenti. Ia tiba-tiba merasakan dingin pada tangan kanannya.

Dari tempatnya berdiri, sebuah jejak es bergerak merambat dari arah kakinya. Ia merasa dari dalam pembuluh darahnya, ia ditusuk-tusuk oleh pilar-pilar es. Rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya.

Es tersebut terus menjalar dari bawah kaki menuju tubuh bagian atasnya dengan suara
‘bikibikibiki’.
[!?]
Kakashi segera mengeluarkan chakra dari seluruh tubuhnya. Kemudian, es-es tadi mencair hingga batas lutut. Segera kemudian, es di tangannya menguap menjadi uap.

“Kau tidak perlu mati.” Kahyo menjawab dengan nada pelan. “Aku akan membebaskan anak itu.”

Rahyo merasa jengkel ke Kahyo karena termakan oleh kata-kata Kakashi. Rahyo malah menghentikan omelan Rahyo dan menyuruhnya untuk diam, karena pada dasarnya tujuan mereka bukanlah melakukan pembunuhan massal. Ia melihat tepat ke mata Kakashi dan mengatakan bahwa tidak ada lagi yang dapat Ia (Kakashi) lakukan.
Kakashi dengan hati-hati mengumpulkan chakra. Ia bertanya kepada Kahyo, kapan ia melancarkan jutsunya? Ia mengatakan bahwa Ia melakukannya sejaak awal mereka bertemu. Agar dapat naik ke Tobishachimaru, Ia berlari menuju pintu masuk, dengan menggunakan gaun biru panjang. ... Kakashi mengira itu saat Ia menangkap dirinya saat akan terjatuh, dan Kahyo mengatakan bahwa Kakashi telah jatuh ke dalam triknya.

Kahyo kemudian menjumpai sang ibu dan anak. Sang ibu mengangguk, dan memberikan anaknya. Di saat itu, Kakashi melihat apa yang terlihat sekilas di mata Kahyo, yang melihat anak itu seperti anaknya sendiri. Ia merasa kasihan dengan Kahyo. Anak itu mencoba bernapas. Kahyo mengayunkan tangannya, dan menciptakan pijakan dari es yang membuat lubang besar tadi tertutup dan menyisakan celah kecil untuk seorang agar bisa dilewati oleh anak itu. Ini menyebabkan tekanan di luar sama dengan di dalam, sehingga tidak ada lagi yang akan terhisap keluar.

Bersamaan dengan udara dingin yang bertip, Sai mendekati kapal sambil menaiki punggung burung besar yang ia buat dengan jutsu Choujuu Giga miliknya. Sai mengambil posisi menyerang, jaga-jaga untuk menyerang musuh apabila dibutuhkan. Sembari memberikan anak itu : Kahyo berkata : Jika Ia melihat Sai lagi, Ia akan membunuh seorang sandera. Sai memandang kembali Kahyo tanpa ekspresi. Ia lalu perlahan mengambil anak itu.

Kahyo lalu melihat ke arah sang ibu, dan berkata bahwa Ia dapat pergi dengan anaknya. Sang ibu menangis sambil mengucapkan ‘terima kasih’ lagi dan lagi. Ia meraih tangan Sai, dan terbang menjauh dari kapal itu. Tetapi, ada perasaan tidak adil yang timbul diantara penumpang yang lain. Seseorang berkata bahwa pengecualian ini tidak adil.

Seorang penumpang merasa marah karena sang ibu dan anaknya mendapat perlakuan khusus. Ia mendesak bahwa Ia harus turun untuk mengobati seorang anak juga. Kahyo lalu menutup celah kecil tadi dengan es. Kahyo berkata bahwa ini saatnya untuk eksekusi. Ia membekukan pria yang komplain tersebut. Setelah itu, tidak ada satu penumpangpun yang berani membuka mulutnya.

“Tentang kapan aku mengaktifkan Jisarenhyou untuk menghentikanmu.” Kahyo melirik ke arah Kakashi. “Jika kau tidak ingin membeku, kau harus terus menerus mengalirkan chakra. Kau tidak punya pilihan selain menggunakan chakra ke seluruh tubuhmu untuk meningkatkan suhu.”

‘Begitu... Jadi, jika kau adalah warga sipil yang tidak mampu mengalirkan chakra, maka kau akan dengan mudah membeku seperti itu.”

“Untuk menghentikan pergerakan Jisarenhyou, aliran chakramu sangat dibutuhkan. Karenanya, kau tidak bisa menggunakan chakramu untuk menggunakan jutsu lainnya, dengan kata lain, Hatake Kakashi....” kata-katanya terpotong. “Saat ini, kau hanyalah warga sipil.

“Jadi itu kau... Orang yang telah membekukan semua orang. Bukanlah Rahyo, tapi kau.”
“Hanya aku yang dapat menggunakan Jisarenhyou.”
“Kenapa baru sekarang kau mengaktifkannya padaku?”

Setelah awalnya sedikit ragu, Kahyo mengeluarkan beberapa patah kata dari mulutnya.
Suara itu dipenuhi dengan derita, rasa sakit, dan kesedihan.

------------------------[Monolog Kahyo Dimulai]--------------------------------

Kau berkata beberapa saat yang lalu, Kakashi: ‘karena keinginan untuk bertahan hidup, selalu dan kapanpun, adalah pertarungan dimana seseorang mempertaruhkan nyawanya.’

Bagaimanapun, ada juga orang-orang yang bahkan tidak ikut serta dalam pertarungan tersebut.
Desa Kirigakure, desa dimana kami kabur seperti itu. Aku sebenarnya tidak terlalu mengerti, tapi di Kirigakure, ada suatu sistem yang diterapkan dimana sistem itu mirip dengan sistem kasta sosial. Kasta pertama adalah kasta yang paling terhormat, terdiri dari leluhur dan garis keturunan yang lahir di Kirigakure. Kasta selanjutnya terdiri dari garis keturunan yang bersekutu dengan Kirigakure selama masa perang. Lalu kasta terendah, seperti keluargaku, terdiri dari orang-orang dari daerah yang kalah perang dimana daerahnya menjadi bagian dari Kirigakure.

Di Konoha, pembagian misi diberikan sesuai dengan kemampuan para shinobinya.

Di Kirigakure, sangat berbeda, misalnya untuk pekerjaan kotor..... selalu diberikan kepada orang-orang sepertiku yang berada di kasta terbawah. Benar-benar tidak disesuaikan dengan kemampuan dari para shinobinya.

Dari sudut pandang desa, mereka tidak tahu apakah atau kapan kami akan berkhianat terhadap Kirigakure. Kami adalah anggota masyarakat yang berbahaya. Sehingga, kami diberikan misi yang berbahaya.

Jika kami sukses menjalani misi, itu bukanlah hal yang patut dibanggakan. Bahkan jika misi itu berakhir dengan kegagalan, dan bahkan jika kami kehilangan nyawa kami, desa berpikir bahwa itu adalah hal bagus.

Di bawah pimpinan Mizukage yang sekarang, sepertinya terjadi perubahan. Setidaknya, lebih baik daripada di eraku. Menurut rumor Mizukage yang sebelumnya dikendalikan oleh Uchiha Madara. Pada saat itu, banyak orang yang merasa jijik dengan masyarakat pada era Kirigakure saat itu. Bahkan banyak orang yang meninggalkan desa.

Namanya Momochi Zabuza. Kau mungkin sudah mendengar nama itu sebelumnya.
Pria yang dipanggil Iblis dari Kirigakure.

Ia juga merupakan salah satu orang yang pergi meninggalkan desa. Ketika ia masih kecil, kudengar Ia sangatlah baik. Apa kau tau tentang itu? Pada saat itu Kirigakure disebut ‘Desa Kabut Berdarah’. Untuk menjadi ninja, kami harus menjalani ujian tertentu.

Murid di akademi ninja harus membunuh rekan seangkatannya.

Mungkin kau juga sudah tahu tentang informasi tersebut. Tapi kau tidak tahu bahwa hanya kami shinobi dari kasta terendah yang dipaksa untuk mengambil ujian tersebut.

Selama ujian kelulusan, ketika Momochi Zabuza masih anak-anak, Ia membunuh secara massal lebih dari seratus calon shinobi berpotensi.

Oleh karenanya, Ia disebut sebagai Iblis. Dan semenjak menjadi nukenin.... agar dapat hidup, Ia membunuh orang demi uang. Akhirnya, aku dengar Ia dibunuh oleh seseorang yang tidak diketahui, yang telah melancarkan serangan kejutan ke arah Zabuza.

Suamiku mencoba mengambil pelajaran dari kegagalan Momochi Zabuza.. Tak masalah untuk pergi dari desa.. bahkan di tempat lain, orang seperti kami tidak memiliki masa depan. Bagaimanapun, kami mencoba hidup di Negara Ombak, mencoba hidup sebagai nukenin tanpa membuat masalah.

Sebagai informasi, tidak ada desa tersembunyi di Negara Ombak.

Suamiku telah memeriksanya. Tapi bukan berarti shinobi tidak dibutuhkan. Negara Ombak memberikan misi kepada Lima Negara Besar Shinobi. Jika kami dapat mengambil misi tersebut, maka nukenin seperti kami akan dapat hidup di Negara Ombak layaknya manusia lainnya.

Dan ternyata, hal itu hanya setengah benar. Permintaan misi secara personal datang kepada kami. Karenanya, kami dapat melanjutkan hidup.

Tetapi, untuk kelompok yang melakukan pekerjaan kotor, tidak mendapat rasa hormat sama sekali. Perlahan, rasa sentimental menggerogoti hati suamiku. Membuatnya terlihat seperti Momochi Zabuza.

Walaupun begitu, Ia tetap berbeda dengan Momochi Zabuza. Daripada mengamuk, Ia lebih memilih melampiaskan kepada dirinya sendiri.

Suamiku mulai kecanduan alkohol. Dari situ... sudah cerita umum. Ia mabuk, mabuk, dan mabuk... akhirnya, di suatu malam, Ia menceburkan diri ke laut dan mati.

Dipicu akibat kematian suami, aku meninggalkan desa sebagai nukenin. Sambil membawa anakku, aku mencoba untuk hidup layaknya manusia normal di Negara Ombak.
Aku melakukan berbagai macam pekerjaan. Memang pekerjaan kasar, tapi ini tidak melukai orang lain, dan aku bangga dengannya. Walaupun kami miskin, aku pikir aku dapat membangun ulang kehidupan dengan anakku, ya hanya kami berdua.

Atau setidaknya seperti itu.....
Anakku, Hakuhyo, mewarisi kekkei genkai ku.
Suatu hari, ketika Ia sedang bermain dengan temannya, temannya malah membuat ulah dengan melempar batu ke sarang lebah, membuat lebah marah dan menyerang mereka.

Hakuhyo ingin menolong temannya, jadi Ia melepaskan jutsu yang sama sekali tidak diajarkan oleh orang lain kepadanya. Ia hanya mencoba untuk menyelamatkan temannya.

Sesuai dengan apa yang tergaris di dalam darahnya, ia membuat pedang-pedang es. Ia melindungi temannya dari lebah.

Tak perduli berapa kali Ia disengat, Hakuhyo hanya ingin menyingkirkan lebah dari temannya. Karena itu, temannya beruntung hanya disengat di beberapa tempat. Tetapi, Hakuhyo malah disengat di seluruh tubuhnya.

Dan lalu, apa menurutmu yang terjadi?
Temannya meninggalkan dirinya. Ia pulang sendri. Ketika matahari sudah terbenam, Hakuhyo belum juga pulang. Jadi aku mencarinya; aku pergi ke rumah temannya. Ketika aku sampai, aku dituduh sebagai monster. Karena Hakuhyo diketahui sebagai anak dari seorang nukenin, mereka tidak akan membiarkannya untuk bermain dengan anak-anaknya. Ibunya yang berkata seperti itu padaku.

Tapi walaupun begitu, akhirnya aku memperoleh informasi dimana lokasi mereka bermain.

Ketika aku menemukan Kahyo, matahari sudah benar-benar tenggelam. Hakuhyo... anakku... dia telah pingsan sendirian di tengah hutan.

Seluruh tubuhnya bengkak..... bahkan di wajahnya... tidak terlihat wajah aslinya. Bahkan ketika ia mengigau, hanya suara-suara kecil yang keluar dari bibirnya yang bengkak.

‘Kau tidak seharusnya melempar batu ke sarang lebah... cepat pergi.. cepatlah pergi... akan kuatasi lebah-lebah ini...

--------------------------[Monolog Kahyo Berakhir]------------------------------------

Kahyo tersedak karena katanya sendiri. Seisi ruangan tiba-tiba menjadi sunyi. Kakashi bahkan tidak besai berkata apa-apa. Selain itu, aku belum memiliki anak, tapi aku akan menjadi Hokage... Aku akan menjadi ayah dari Desa konohagakure. Jika aku terburu-buru bicara, yang aku katakan hanyalah kemunafikan.
Mata Kahyo mengering.

Bagi Kakashi, mata yang mengering bahkan menunjukkan kesedihan yang jauh lebih mendalam daripada mata yang yang meneteskan air mata.
Kahyo menegapkan bahunya dan memberikan tatapan kosong.
Lalu, Kakashi kembali mengenang ingatannya tentang Momochi Zabuza.
Itu merupakan misi pertama sebagai tim 7. Naruto, Sakura –dan bahkan-Sasuke ada disana.

Mereka mengawal Tazuna si tukang kayu menuju perjalanan ke Negara Ombak. Seharusnya itu hanya misi biasa.
Lalu ada seseorang yang luar biasa kaya bernama Gato. Zabuza dan haku dikirim untuk membunuh Tazuna.

Zabuza dan Haku merupakan musuh yang tangguh. Musuh yang tangguh bahkan membuat Sasuke berada di ujung kematian.

Setelahnya, sebuah akhir yang tidak terduga.. Anak buah Gato menyerang Zabuza hingga mati. Keingingan terakhirnya hanyalah ingin mati di sebelah Haku.

Pemandangan saat itu.... keadaan dimana Zabuza terbaring tepat di sebelah Haku. Persis dengan Kahyo yang kehilangan kata-kata, menghadapi kematian anaknya.

“jadi tentang mengapa aku tidak segera mengaktifkan jutsu itu kepadamu…” Bibir Kahyo bergerak dengan lemah.” Mungkin karena aku ingin kau menghentikan kami.”
[......]
“Tapi itu sudah sangat terlambat.”

Aku bertanya apa yang dapat aku lakukan? Kakashi menggenggam tangannya dengan erat hingga tinjunya terlihat berwarna keputihan. Aku bertanya bagaimana aku dapat menyelamatkan hati wanita ini?

“Ceritanya berakhir sampai disini....” perintah Rahyo.”Penjarakan dia di suatu tempat!”
Para shinobi musuh menatap ke arah Kakashi.
Kahyo sudah sama sekali tidak melihat ke arah Kakashi.
 =========================================================================
 
CHAPTER 11 ~ AIR MATA ES ~

Kakashi dibawa ke ruang penyimpanan makanan. Kedua shinobi yang membawanya menendang dirinya ke dalam ruangan tersebut lalu mengunci Kakashi di dalam. Terdengar suara dari kedua shinobi tersebut yang saling berbicara kepada satu sama lain dengan suara yang lantang, “Apa kau percaya? Kita menangkap –Si- Kakashi Hatake!” Mereka terus mengucapkan hal itu dengan lantang. Seluruh pasukan musuh lain yang mendengar hal itu juga mengikuti mereka. “Yeah! Aliansi Persenjataan Ryuuhai yang terbaik!”

Sementara itu, tekanan atmosfer di dalam kapal meninggi, bukti bahwa jumlah oksigen di di dalam kapal menjadi tidak stabil. Keadaan ini dapat memicu terjadinya “Hypoxia”, yang dapat menyebabkan kematian jaringan dalam tubuh.

Shinobi musuh terus saja mengejek Kakashi, dengan menendang-nendang pintu. Kakashi terus memikirkan situasi yang sedang terjadi. Akibat kondisi yang sedang terjadi di dalam kapal, baik kemampuan serta kecepatan berpikir Kakashi dalam membuat keputusan juga menurun akibat ‘Hypoxia’. Hypoxia adalah kondisi yang sangat berbahaya, dimana perlahan dirimu akan kehilangan energi dalam setiap jaringan otot, kemudian pikiranmu akan kacau, lalu kau akan jatuh dalam keadaan koma. Kemudian, kemungkinan terburuk, kau akan mati.

Dan pasti, Kakashi sedang berada di dalam keputusasaan, tetapi ia juga sedang menyiapkan sebuah rencana. Ia sedang menantisipasi para musuh apakah juga mengalami kejadian yang sama.

Sembari mengamati daging dan sayuran yang berjejer di rak, ada beberapa botol susu yang terlihat. Setelah berpikir beberapa saat, Ia memutuskan untuk menggunakan botol-botol susu tersebut. Ia mengambil botol pertama, lalu meminumnya. Setelah beberapa saat , ia mengambil botol kedua, tetapi kali ini tidak menelannya, melainkan menahan di dalam mulutnya.

Setelah mempersiapkan mental, Ia membuat suara seolah-olah sedang tersedak ; Ia lalu memuntahkan susu di dalam mulutnya, sambil terbatuk-batuk. Ia memuntahkan kembali susu yang tersisa di mulutnya. Ketika Ia mengulangi hingga tiga kali, situasi di balik pintu terasa hening. Kakashi tahu bahwa para musuh di luar sedang berusaha mendengarkan apa yang terjadi di dalam.

Tanpa menunda-nunda, Ia segera memposisikan dirinya terbaring dengan posisi menyamping dengan ekspresi kesakitan. Segera setelah itu pintu pun terbuka, menunjukkan mata para musuh yang sedang mengintip ke arah Kakashi.

“Oi... Apa yang terjadi?”
“Uuu... Uuuuu.....” (Kakashi menirukan orang yang sedang kesakitan)
Sambil berpura-pura menutupi mulutnya, ia memasukkan jarinya ke tenggorokan, sehingga ia kembali memuntahkan susu yang telah Ia telan beberapa saat lalu.
“A..Apa?” Para musuh memperhatikan apa yang sedang terjadi pada Kakashi. “ Kakashi muntah!”
“K-kepalaku sakit.” Suara Kakashi terdengar sangat meyakinkan.”Ke-ketinggian kapal ini... semakin tinggi...”

“Apa, hanya itu yang ingin kau katakan?”
“Tidak...kah.... Kalian... Mengerti? D-dengan... atmosfer...seperti ini... kapal ini... kemungkinan berada... pada ketinggian... 18000 meter....”
Tentu saja , itu tidak masuk akal.
“Terus kenapa?” Walaupun begitu, para musuh kebingungan.”Apa hubungannya antara ketinggian ini dengan kau yang muntah?”

“Kalian tidak paham?... Ketika kita sampai pada ketinggian 19000 meter... Keadaan itu merupakan tempat dimana sesuai dengan titik didih darah... Suhunya akan sama dengan suhu tubuh manusia.”

Ini adalah fakta. [sebagai tambahan, untuk lebih mengerti tentang hal ini, silahkan cari referensi rentang “The Amstrong Limit”]

“Terus, apa yang harus kami lakukan?” Bagaimanapun, para musuh tidak mengerti intinya. ”Pada saat itu, kau tidak akan muntah kan?”

“Dari yang aku lihat... waktu kita hanya lima menit.”

Para musuh saling melihat satu sama lain.

“Dalam lima menit.... jika ketinggian terus meningkat... dalam lima menit... kita akan sampai pada ketinggian 19000 meter.” Kakashi berucap dengan lemah.:Darah kita... akan mendidih.. semua orang... akan mati.”
[!?]
Ketika para musuh mendengar kata terakhir Kakashi, mereka langsung panik.

Sebenarnya, Kakashi ingin meminta maaf karena telah berbohong.

“A-, a-, ap-a yang harus kita lakukan!?” Para musuh semuanya sedang panik.
“Ji-, jika kita tidak memberitahu Rahyo-sama segera....”

“Tidak ada waktu untuk itu!” teriak Kakashi.”Biarkan aku keluar! Pada kondisi seperti ini, dengan teknikku, aku akan membuat lubang di komponen pengangkut. Kita tidak ada pilihan selain menurunkan ketinggian!”

“De-dengan keadaanmu yang sedang terikat dengan tekik Jisarenhyou milik Kahyo-sama, kau tidak dapat mengumpulkan chakra, kan?”....

Lagi, Kakashi sekali lagi memasukkan jarinya ke tenggorokan, membuatnya kembali muntah.

“Kau pikir aku siapa...” sembari mengeluarkan suara kesakitan, Kakashi segera duduk. “Aku Hatake Kakashi dari Konoha”
Ia menyebutkan namanya sendiri dengan penuh kebanggaan. Padahal, ini merupakan pertama kali ia melakukannya.

Para musuh saling mengangguk. Mereka memutar kunci.lebih dari itu, bahkan mereka berusaha membantu Kakashi untuk berdiri.

Mata Kakashi terlihat berkaca-kaca.
Dogaa!
Bakii!

Kakashi menyerang kedua musuh. Setelah beberapa saat, Ia mengurung mereka berdua di ruang penyimpanan makanan. Ia kemudian meninggalkan dapur. Sekali lagi, Ia ingin memanggil Pakkun dan Ninken nya. Tapi, jika begitu akan mengubah aliran chakranya. Kakinya akan membeku jika Ia coba melakukannya. Ia tidak punya pilihan selain mencari Aobiko sendiri. Ada kotak-kotak kayu di penyimpanan kapal. Tetapi apapun yang ada di dalamnya tentunya bukan hal-hal yang mencurigakan. Isinya hanya alkohol dan beberapa barang, juga parasut...

Ketika terjadi kontak antara Aobiko dengan air, ia akan meledak. Jika dalam kontainer biasa, embun dan uap akan mudah masuk. Air dan Aobiko harus bercampur pada saat yang tepat. Jadi pasti ada penyimpanan khusus untuk Aobiko. Tetapi masalahnya, penyimpanan seperti itu tidak dapat ditemukan. Sensasi yang tidak mengenakkan menjalar ke dada Kakashi. Ia berpikir pada dirinya sendiri, “Jika aku Rahyo, dimana aku menyembunyikan Aoibiko?” Ia tidak dapat memikirkannya.

Kakashi melihat ke arah komponen pengapung. Di bagian atas, Ia memikirkan tentang bagian bawah kantung udara Tobishachimaru. Jika Rahyo bermaksud untuk menabrakkan kapal ke arah Houzukijyou, mungkin Ia telah menyiapkan dan menyembunyikan Aobiko di kantung udara. Itu mungkin adalah kemungkinan skenario terbaik yang ia miliki.

Untuk kelembaban, mereka dapat menggunakan es Kahyo. Dengan memanfaatkan efek tabrakan, kantung udara akan terpecah. Es akan memuai, dan akhirnya Aobiko akan meledak. Houzukijyou akan benar-benar hancur olehnya.

Kakashi berpikir ulang. Skenario itu mungkin saja salah. Ia merasa ada sesuatu yang janggal dari awal.

Jika Tobishachimaru menabrak Houzukijyou, lalu Garyo kemungkinan juga akan mati akibat insiden ledakan tadi. Padahal, mereka berusaha untuk menyelamatkannya. Di atas tanah, ada beberapa musuh yang sudah bersiaga. Rahyo bermaksud melemparkan Aobiko dari udara tepat ke arah Houzukijyou.

Sementara Shikamaru dan shinobi lainnya berurusan dengan kerusuhan, musuh mungkin saja akan memanfaatkan keadaan dan menyelamatkan Garyo. Kakashi kemudian dapat berkomunikasi dengan Ino lagi. Ia memberitahu tentang apa yang Ia pikirkan bahwa Rahyo berencana menjatuhkan Aobiko dari kapal. Ia mengingatkan mereka untuk berhati-hati dengan sekeliling. Mungkin akan ada semacam suara sebagai tanda dari mereka.

Tiba-tiba, Kakashi mendengar suara langkah kaki dari lorong. Suara langkah kaki tersebut menggema di ruangan tempat Kakashi berada. Ia kemudian bersembunyi diantara kota-kotak kayu. Ada dua orang shinobi yang terlihat. Mereka mencoba mengangkat sebuat kotak kayu, yang nampaknya diberi semacam segel itu. Kapal tersebut sedikit miring karena hembusan angin yang kuat. Salah seorang shinobi itu hampir saja terjatuh. Yang satu lagi berusaha memegangi rekannya seraya berkata, “Hati-hati! Kau ingin mati?!”

Dengan kondisi ketinggian seperti itu, salah seorang shinobi yang hampir saja menjatuhkan kotak itu memucat. Mungkin karena mereka menderita Hypoxia. Konsentrasi mereka menurun. Mereka berusaha membawa kotak tersebut dengan hati-hati. Mereka kemudian mengarah ke arah ruang makan. Kakashi kemudian memeriksa kotak kayu yang tersisa. Sepertinya mereka membawa kotak yang terdapat parasut di atasnya.

Sulit bagi Kakashi untuk mengikuti mereka, semenjak Ia tidak dapat mengatur aliran chakranya. Ia berlari ke lorong dan mengarah ke dapur. Ia bermaksud untuk menggunakan lubang ventilasi, tetapi Ia mengurungkan niatnya. Ia harus bergerak ke ruang makan tanpa ketahuan. Jika ika tidak dapat mengatur aliran chakranya dengan benar, dan jika Kahyo menyerangnya lagi dengan pilar es, maka tamatlah Ia.

Di bagian langit-langit, lampu gantung bergoyang-goyang seakan akan ingin lepas. Para penumpang telah dikelilingi musuh. Mereka dikumpulkan dekat es yang menutupi lubang. Kahyo juga ada disana. Rahyo memberi tahu mereka bahwa Aliansi Persenjataan Ryuuha tidak suka membunuh tanpa alasan. Maka dari itu, mulai sekarang mereka akan melepaskan para sandera. Para sandera saling menatap satu sama lain. Para shinobi tersebut memberikan mereka parasut. Semua penumpang bersorak kegembiraan.

Kahyo mengatakan bahwa mereka menyesal. Ia bahkan membantu para penumpang ketika memakai parasut. Di luar kapal, angin bertiup cukup kencang. Tobishachimaru sedikit bergoyang. Kapal tersebut sedang mengalami turbulensi. Para penumpang merasa lega karena mereka telah terbebas dari mimpi buruk. Mereka sama sekali tidak merasa curiga. Mereka berbondong-bondong memakai parasut. Rahyo berkata bahwa mereka tidak perlu panik. Ada cukup parasut untuk mereka semua.

Sementara itu, intuisi Kakashi mengatakan bahwa ada yang janggal. Ia bertanya-tanya, kenapa Rahyo melepaskan para penumpang dengan begitu mudahnya. Bahkan, Kahyo membantu mereka. Terlihat seperti mereka tidak berbohong. Rasanya mereka menyesal dari lubuk hati mereka yang paling dalam.
Rahyo bertanya apakah semuanya sudah memakai parasut. Jika mereka sudah melompat, ia menginstruksikan untuk menarik tali di depan dada mereka. Jika mereka melakukannya, maka parasutnya akan terbuka. Kahyo melambaikan tangannya, dan kemudian esnya menghilang. Dari luar, angin bertiup kencang.

Ada rasa keraguan diantara para penumpang. Mereka merangkak di lantai. Para musuh menolong mereka satu per satu. Satu per satu dari penumpang melompat ke luar. Rahyo bertanya kepada bawahannya berapa kecepatan angin yang sedang bertiup, agar ia mengetahui dimana para penumpang akan mendarat. Kakashi terus saja mengamati pergerakan mereka.

Kakashi berpikir kepada dirinya sendiri: kenapa mereka membebaskan para sandera? Kenapa saat ini? Ia melihat ke arah sekeliling melalui jendela. Hanya terlihat awan kelabu. Kakashi terus memikirkan tentang situasi yang sedang terjadi : terlebih lagi, kenapa Rahyo sangat memperhatikan dimana para penumpang akan mendarat?

Oh tidak....

Dalam sekejap, Kakashi mengingat sesuatu. Ketika para musuh membawa parasut dari ruang penyimpanan, mereka dengan ceroboh hampir menjatuhkan kotak kayu tersebut dan membuat mereka ketakutan setengah mati.

Kakashi lalu menyadari rencana Rahyo yang sebenarnya....

Tanpa pikir panjang, Kakashi segera bergerak dan berteriak kepada para penumpang untuk menghentikan apa yang mereka lakukan. Mereka tidak boleh menggunakan parasut itu! Rahyo nampak terkejut ketika Kakashi muncul dari balik bayangan piano. Dalam hatinya Ia berpikir : Apa yang ia lakukan disini? Kakashi berteriak lagi ke arah penumpang:

“Ada Aobiko di rompi itu! Itu akan meledak ketika kalian mendarat!”

(=Sedikit flashback, Kakashi menyadari awan mendung di luar jendela. Jika ada kontak antara uap air dengan Aobiko, maka Aobiko akan meledak! Jadi pasti Aobiko dikemas secara seksama... Mereka juga harus berhati-hati ketika menyimpannya, atau jika tidak Aobiko akan terpapar uap air dan meledak.)

Mata Kahyo terbebelalak. Ia menatap ke arah Kakashi, kemudian segera memutar pandangannya ke arah Rahyo. Setelah beberapa saat, Ia kembali menatap Kakashi lagi. Para penumpang berkata bahwa rompinya tidak mau lepas; secara harfiah mereka tidak dapat melepaskannya dari tubuh mereka. Rahyo tertawa, dan memberitahu mereka bahwa sudah sangat terlambat bagi mereka.

Dengan perintah Rahyo, anak buahnya mendorong para penumpang yang coba melarikan diri. Satu per satu, para musuh melempar penumpang keluar kapal; terdengar suara jeritan yang memilukan ketika mereka keluar. Sementara itu, Rahyo menatap sinis ke arah Kakashi. Ia berteriak sekali lagi: Jika saja kalian melepaskan Garyo-sama, situasi ini dapat dihindari. Konoha lah yang bertanggung jawab atas semua ini.

Kakashi dipenuhi kemarahan. Bahkan tanpa ia sadari, Ia telah melancarkan serangan ke arah musuh.

“Hyouton : Saihyoudzuchi! (Elemen Es : Palu Es Penghancur!)”

Segera, Rahyo menyilangkan kedua tangannya untuk menghentikan serangan Kakashi.

Kakashi melompat-lompat dan menyiapkan serangan lanjutan. Ia melemparkan kunai ke arah musuh. Dengan kondisinya saat ini, ia tidak dapat memfokuskan chakra, sehingga gerakannya jadi terbatas.

Melihat arah serangan dari kunai tersebut, Rahyo malah membuka kuda-kudanya dan menghindari kunai tersebut. Kedua tinjunya telah berubah menjadi baja. Rahyo kemudian menyerang ke arah abdomen Kakashi.

“Guhaa!”

Semua udara terdorong keluar dari tubuh Kakashi. Kemudian dengan tendangan dari Rahyo, tubuh Kakashi terpental hingga ke ujung ruangan.

Tanpa menyia-nyiakan waktu, Kakashi segera bangkit kembali dan menyiapkan serangannya yang selanjutnya. “Shiden!(Kilat Ungu!)” Ia bahkan sudah tidak perduli tentang tubuhnya yang akan membeku jika ia mengeluarkan jutsu.

“Apa!?” Rahyo terheran.
Kilat tersebut berubah menjadi sebuah pedang ketika menjalar di lantai. Tanpa membuang bahkan sedetik pun, Kakashi segera menyebarkan kembali chakra ke seluruh tubuhnya untuk menekan pergerakan Jisarenhyou milik Kahyo. Ternyata, es sudah menjalar hingga ke pinggang Kakashi.

Rahyo segera lompat ke belakang guna menghindari serangan dari Kakashi.

Teryata, sasaran Kakashi bukanlah Rahyo. Kilat ungu tersebut mengenai para penumpang. Serangannya memotong paksa rompi yang menempel di tubuh mereka.

Itu merupakan pertaruhan besar bagi Kakashi. Jika ia salah perhitungan, Aobiko bisa saja meledak. Satu per satu, rompi itu hancur menjadi serpihan. Para penumpang kemudian dapat keluar dari kapal melalui lubang di besar itu. Kakashi memperhatikan mereka. Kakashi berusahan menguatkan dirinya. Napasnya menjadi berat kali ini.
Walaupun ia hanya menggunakan sedikit chakra, ia benar kelelahan saat ini. Mungkin jika ia meresikokan nyawanya, batasnya adalah menggunakan Shiden sekali lagi.

“Sepertinya inilah akhirnya, eh?” Rahyo menatap sinis dan tertawa lebar. Ia menyiapkan tinjunya ke arah Kakashi. “Semua akan selesai dengan serangan ini!”

“....Kuu!”

Tidak ada tenaga lagi yang mengalir melalui kakinya. Kakashi menyilangkan kedua tangannya di atas kepala untuk melindungi diri ketika menerima serangan tinju musuh.

Ternyata, serangan Rahyo sama sekali tidak mengenai Kakashi. Dengan sebuah suara ‘Gaki’, tinju tersebut dipantulkan oleh taring es.
[!?]
Kakashi terheran. Bahkan musuhpun ikut terheran dengan apa yang terjadi.

“Apa yang kau lakukan , Kahyo!?” suara Rahyo terdengar marah. “Kenapa kau mengganggu?”

“Onii-san, benarkah apa yang dikatakan Kakashi?” tatapan Kahyo berubah menjadi tajam dan dingin sedingin es. “Dalam rompi itu, apakah terdapat Aobiko di didalamnya?”

“Te-tenang dulu... Kahyo” Rahyo tampak kebingungan. Omongannya jadi terbata-bata.
“Me-memang aku merahasiakan hal itu darimu... Aku tau itu salah... Te-tetapi itu dilakukan guna menyelamatkan Garyo-sama....”
Air mata menetes dari mata Kahyo.
[........!?]

Seisi ruangan jatuh ke dalam keheningan. Serasa semua suara tersegel oleh air mata yang jatuh.

Air mata Kahyo terjatuh, membeku di udara, dan hancur hingga berkeping-keping layaknya kaca ketika menyentuh lantai.

Dan kemudian, layaknya benih yang tumbuh dari tanah, kepingan es tadi membesar dan membentuk taring-taring es. Terus tumbuh dan menyerang Kakashi.
[!]
Dalam sekejap, Kakashi mendorong tubuhnya secara horizontal. Sebuah taring es tajam mengarah ke dirinya.

Kahyo melepaskan jutsu dengan sangat cepat. Taring-taring es tersebut menari layaknya ular, menekan Kakashi dari setiap penjuru.
Kakashi coba melarikan diri dengan mendorong melalui dinding. Serangan es tadi menabrak dinding dan menghancurkannya. Ketika Kakashi melayang di udara, taring es tadi telah hancur karena menabrak langit-langit kapal.
Kakashi bergerak ke arah Kahyo sembari mengumpulkan sisa-sisa chakranya. “Shiden!” kemudian, Ia menyadari sesuatu ketika Ia mencoba melancarkan Shiden ke arah Kahyo. Kini tubuhnya sudah tidak membeku. Ia juga menyadari bahwa Kahyo menutup matanya.

Darah segar keluar dari listrik yang mengalir di tangan kanan Kakashi ketika ia berhenti tepat dua sentimeter di depan wajah Kahyo.

“Kenapa kau tidak menyerang?”
“Ini karena dirimu. Kenapa kau melepaskan Jisarenhyou-mu? Terlebih lagi, kenapa kau sengaja membelokkan seranganmu sehingga tidak akan mengenaiku?” kata-kata Kakashi terhenti sejenak. “Apakah kau ingin membunuhku?”

Perlahan, Kahyo membuka matanya. Wajahnya kini tidak terlihat seperti seorang shinobi lagi, melainkan lebih ke arah saat mereka pertama kali bertemu... ketika ia berpura-pura terjatuh dan mengaktifkan jutsu ke Kakashi. Ia kehilangan kata-katanya, hanya kesedihan yang mendalam yang tergambar di wajahnya.

“Selama ini.... aku memikirkan tentang kata-katamu.” Mata Kahyo tidak dapat terlihat karena ditutupi oleh rambut keriting panjangnya. “kau pernah berkata jika dua bentuk keadilan saling bertemu, hal yang paling penting adalah salah satunya berasal dari perspektif musuh yang meresikokan nyawanya. Dan ternyata... hanya itulah yang ingin ku lakukan... Karena pada saat itu, jika orang-orang dari Negeri Ombak mirip dengan kami, dan mereka melihat dari sisi yang berbeda... bahkan hanya sejenak saja... mungkin anakku tidak akan mati.”

Kakashi terdiam.

“Tapi sekarang, Aku... Aku melakukan sesuatu persis dengan yang dilakukan oleh mereka yang kubenci... Jadi aku....”
Bagaimanapun, kata-kata tersebut tidak dapat diselesesaikan.

Dalam sekejap, lubang di Tobishachimaru membesar karena efek turbulensi. Karenanya, kabel terakhir yang menempel di lampu gantung itu terputus dan membuatnya terjatuh tepat di di atas kotak kayu yang berisi rompi parasut.

Zudouoooon! (Booooooom!)
[!]
Suara ledakan itu serasa memekakkan telinga. Dalam sekejap api menjalar ke seisi ruangan. Ada lubang besar di bagian bawah kapal. Api keluar dari lubang tersebut dengan suara ‘gouu’.

Akibatnya, beberapa musuh terlempar keluar kapal. Pembatas antara kantung udara dengan komponen pengapung di ruang gondola hancur. Seisi ruangan tersebut hancur, langit-langitnya berantakan. Melihat keadaan ini, Kakashi berteriak kepada semua orang untuk bergerak menuju bagian lain kapal.
“Hyouton : Jisarenhyou!” Kahyo mencipakan taring es guna menahan api yang muncul dari lubang. Tetapi, karena efek angin yang kuat, api malah makin membesar, yang membuatnya menjadi pilar api yang menjalar ke arah bagian kantung udara. Api tersebut menyebar. Kahyo berusaha menekan api agar tidak menyebar lebih jauh dengan Jisarenhyou miliknya. Ia melindungi kantung udara dengan es miliknya dan tidak membiarkan api melalap bagian itu. Kahyo menyiapkan sebuah segel, kemudian Ia menatap ke arah Kakashi.

Sementara itu, Kakashi memandu para penumpang ke arah dapur. Ia memberitahu mereka untuk terus maju, dan mereka akan mencapai sisi lain kapal. Dari ruang pilot, mereka dapat mendengar suara pilot yang panik. Mereka berusaha kabur dari area tersebut. Sang pilot memberitahu Kakashi bahwa gondolanya terjatuh! Kakashi meraih tangan mereka, dan mendorong mereka ke arah dapur. Mereka harus cepat!

Sembari melakukan hal itu, Kakashi terus memperhatikan Rahyo. Ia tengah berlari. Tetapi, ketika lantainya rubuh, ia terpeleset. Piano yang terdapat di sisi ruangan juga ikut terjatuh, membuat lebih banyak musuh yang terjatuh ke dalamnya.

“Ayo, Rahyo!” Kakashi melemparkan tubuhnya dan berusaha menyelamatkan Rahyo. “Cepat raih tanganku!”
Rahyo merasa terkejut dengan apa yang ia lihat.
“Cepatlah!” teriak Kakashi. “Jangan lama-lama!”

Ketika Rahyo meraih tangan Kakashi, lantainya hancur, membuat Rahyo tergantung di udara.
“......Ku!”

Rasa sakit menjalar lewat tangannya yang tengah memegang Rahyo. Ia tersadar akan jarinya yang patah. Ia tidak dapat mengalirkan tenaga lebih banyak pada pegangannya.
“K-kenapa?” ucap Rahyo. “Kenapa untuk musuh sepertiku....?”

“Aku mengerti apa yang kalian inginkan” Kakashi berusaha mengalirkan tenaga ke tangannya. “tetapi, jika kau berpikir dapat membiarkan semuanya terjadi hanya untuk keinginan yang kau anggap benar... pemikiran itu omong kosong...”
[!]
“Jika kau ingin mengubah dunia.... tak perduli apa yang terjadi, dan tak perduli seberapa besar penderitaanmu, kau tidak punya pilihan selain melanjutkan hidup dan melakukan apa yang menurutmu benar”

Rahyo membuka matanya lebar-lebar.
“Onii-san!”
Entah bagaimana caranya, Kahyo berhasil memadamkan api tersebut. Ia kini berlari ke arah Rahyo, namun semuanya sudah terlambat.

Ketika Kahyo memberikan tangannya dan berusaha menggapai Rahyo, tiba-tiba bagian belakang kapal hancur karena tekanan yang diterima. Akibatnya, pegangan Rahyo terlepas dari Kakashi dan membuatnya terlempar ke langit. Dari ekspresi yang tergambar di wajahnya, sepertinya ia mengatakan ‘Kenapa terjadi hal yang seperti ini?’

“Onii-san!”
“Rahyo!”

Mereka tidak dapat melakukan apapun lagi demi menyelamatkan Rahyo. Karena hukum gravitasi, dan dengan tekanan yang seperti itu, semuanya akan jatuh ke tanah.

“Hatake Kakashi....” ketika ia terjatuh, ekspresi wajah Rahyo berubah menjadi semakin lembut. “Apakah ada shinobi sepertimu di dunia ini?”

Kakashi memeluk Kahyo yang tengah menangis. Ia membawanya menuju dapur.
Sesaat kemudian, gondola kapal terbelah dua. Setengahnya terlempar ke udara, lepas dari Tobishachimaru.

 =========================================================================
 
CHAPTER 12 ~ BOM MANUSIA ~


Bahkan dari halaman Houzukijyou, mereka dapat melihat Tobishachimaru yang terbakar di langit akibat ledakan.

“Oi! Ini buruk!” ketika menunjuk ke arah langit, para tahanan berteriak beberapa kali. “Dengan keadaan tersebut, bukankah itu akan jatuh?”

Shikamaru yang memperhatikan juga merasakan hal yang sama.

Beberapa menit sebelumnya, beberapa parasut terbuka di langit di atas Houzukijyou. Shikamaru menyimpulkan bahwa Kakashi berhasil membebaskan para penumpang. Untuk menyelamatkan penumpang yang terjatuh, ia telah menugaskan Lee dan Sai di atas atap dari menara kastil. Dengan mengajak Sakura dan Chouji, ia berlari ke arah halaman, dimana tengah terjadi keributan.

Ada kilauan cahaya pada Tobishachimaru. Sementara itu, Shikamaru menghitung ada sejumlah dua puluh satu parasut yang terlihat.

Tetapi, sepertinya apinya segera padam. Lalu, orang-orang yang terjatuh tidak membuka parasut mereka karena suatu alasan.

Ia melihat Tobishachimaru kehilangan kendali. Sedikit demi sedikit, Tobishachimaru menjadi semakin kecil, tidak salah lagi.
Dengan memperhatikan arah angin, Shikamaru memperhitungkan kemungkinan Tobishachimaru jatuh ke arah Houzukijyou sangatlah kecil.

“Ini buruk, jadi mereka...”
Walaupun ia merasakan kekhawatiran Chouji, Shikamaru tidak melepaskan pandangannya dari Tobishachimaru walau sedetik.

Gondolanya terjatuh. Saat ini, kapal tersebut terus kehilangan beratnya... Kapal itu akan terus naik ke atas”
Chouji terdiam dan menelan ludahnya. “Apa yang kau bicarakan, Shikamaru.....?”

“Ketika kau tiba pada ketinggian 19000 meter dari permukaan laut, titik didih darahmu akan sama dengan temperatur tubuh.” Ucap Shikamaru. “Mereka yang di kapal akan mati.”
[!]
“Apa yang harus kita lakukan.....?” intonasi suara Sakura berubah. “Bukankah Kakashi-sensei masih di dalam kapal!?”

“Jika kapal mencapai ketinggian tersebut, bahkan Sai pun tidak dapat melakukan apapun...” ucap Shikamaru prihatin.” Bagaimanapun, kita harus melakukan apa yang kita bisa.”

“Parasut mulai jatuh!” teriak Tenten dari atas menara pandang. “Dari sisi menara kastil!” Cahaya matahari memantul dari uap air yang menempel di parasut. Parasut pertama berayun dengan pelan menuju menara kastil.

Ketika Shikamaru melihat ke atas, Lee mengangguk melalui atas menara kastil.
Angin yang berlawanan bertiup kencang, membuat parasut tersebut tertiup jauh.

Akibatnya, tubuh penumpang terikat dan terayun layaknya pendulum; terayun dari kanan ke kiri. Lee dan rekannya yang lain menunggu di menara kastil. Tetapi ternyata, parasut itu terus mengarah ke arah bagunan penjara.

“Kiba dan Shino, jaga arah tersebut....”

Titik pendaratannya menjadi jelas. Namun kata-kata dari Shikamaru tertutupi oleh suara ledakan.

Dooooon! (Boooom!)
[!?]
Bangunan penjara dipenuhi asap putih. Sesaat kemudian, api menjalar keluar.

“A-apa....?”
“Shikamaru!” Ketika Shikamaru berusaha mencerna apa yang tengah terjadi, suara Ino terdengar di telinganya. “Ada Aobiko yang diselipkan di rompi parasut!”
“....Huh?”
“Aku baru diberitahu oleh Kakashi-sensei!” Ino mengeluarkan kepalanya dari balik jendela menara kastil. Ia berteriak sekuat tenaga. “Akan ada serangan tiba-tiba dari musuh!”
“Apa kau serius....”

Parasut selanjutnya jatuh di luar gerbang penjara. Sesaat kemudian, terdengar suara ledakan yang memekakkan telinga. Bahkan dampaknya hingga merusak gerbang utama.
Para tahanan saling menatap satu sama lain. Mereka tidak paham apa yang sedang terjadi. Bagaimanapun, akibat ledakan yang selanjutnya, dinding penjara hancur berantakan. Seperti bangun dari mimpi, mereka semua bersorak dan mulai berlari.

“Whee! Akhinya aku dapat pergi dari tempat busuk ini!”
“Teruslah jatuh , parasut! Hancurkan tempat ini hingga berkeping-keping!”
Keributan terjadi di seisi penjara.

“Garyo-sama!”
Ada beberapa shinobi yang berpakaian serba hitam. Mereka berlari menuju kastil, terus berteriak dengan lantang.

“Dimanakah dirimu, Garyo-sama!”
“Urghhh... Ini masalah...”

Di tengah-tengah keributan yang tak terkendali tersebut, Shikamaru mengincar bayangan dari parasut yang tengah terjatuh dan langsung melancarkan sebuah jutsu.

“Kagekubishibari no Jutsu! (Teknik Bayangan Pengikat Leher!)”
Bayangan Shikamaru mulai memanjang dan menjalar di tanah, mengincar bayangan parasut yang menjadi targetnya. Bayangan tersebut menjadi pendukung. Parasut tersebut lalu tiba-tiba tergantung di udara, tidak bergerak.

“Tenten, hancurkan gesper di rompi nya, tapi jangan sampai terkena rompinya!”
Tenten segera melompat dari menara jaga. Ia mengeluarkan senjata ninja dan menghancurkan gesper dari orang yang tengah tergantung di udara tadi. Lalu perlahan tubuh orang tersebut terlepas dari parasut dan terjatuh.

“Uwaaaah!”
“Urgghh!” Chouji berhasil menangkap orang yang terjatuh tersebut.
Dengan masih menempel di rompi, parasut tersebut tertiup angin dan menjauh.

Tidak ada waktu untuk istirahat. Satu per satu, bom manusia tersebut mulai berjatuhan dari langit.
“Kageyose no Jutsu! (Teknik Pengumpul Bayangan!)”
Dengan bentuk bayangannya kali ini, Shikamaru menciptakan bayangan mirip tentakel yang tak terhitung jumlahnya. Dalam sekejap, ia berhasil menahan sepuluh orang di udara. Alaminya, jutsu tersebut biasanya ia gunakan untuk melempar sesuatu. Tetapi kali ini, benda yang ia coba tarik adalah parasut. Dengan kata lain, ia mampu menghentikan orang-orang yang terjatuh tepat di tempat mereka saat itu juga.

Dari arah menara kastil, terdengar suara ledakan yang cukup keras.
“Garyo sedang mencoba melarikan diri!” teriak Tenten ketika ia menhancurkan gesper dari rompi orang-orang. “Apa yang harus kita lakukan , Shikamaru?”

“Apa yang harus kita lakukan....” pikir Shikamaru. Ia tidak dapat bergerak karena sedang melancarkan jutsu. Dari sisi matanya, ia dapat melihat bahwa Garyo sedang melarikan diri. Ia sedang dijaga oleh shinobi yang berpakaian serba hitam. Ia tidak dapat mengejarnya. “Apa yang harus aku lakukan?”

Sai terus menangkap orang-orang yang jatuh dengan burung raksasanya.
Dari langit, Kikaichuu (serangga parasit) milik Shino membentuk gumpalan awan hitam. Mereka berada di atas para penumpang dan memakan rompi-rompi yang tertinggal ketika mereka jatuh. Sementara itu, Lee melompat ke atas dan menangkap orang-orang tersebut untuk menyelamatkan mereka.

Kiba, Chouji dan para Anbu mengejar tahanan yang kabur. Mereka secara bergantian melepaskan teknik Gatsuuga dan Nikudan Sensha guna menjatuhkan para tahanan.
Di tengah-tengah kekacauan itu, Shikamaru melihat ke arah langit. Ada empat parasut lagi yang tersisa.

“Shino!” teriak Shikamaru. “Bisa aku percayakan mereka padamu?”
“Yeah” Shino mengangguk sembari mengendalikan serangga parasit nya. “Kau segeralah kejar Garyo”

Dalam pandangan Shikamaru, ia menduga bahwa ada sekumpulan orang berpakaian serba hitam di depan sana. Ada dedaunan dari pohon maple yang berubah warna dan berguguran. Di sisi lain, ia dapat melihat bahwa Garyo dilindungi oleh mereka.

“Berhenti!”
Beberapa orang berbalik ke arah Shikamaru. Mereka lalu melesatkan beberapa kunai ke arahnya.

“Bergerak!”
Shikamaru berlari sambil menghindari hempasan kunai-kunai tersebut. Ia kemudian membuat segel tangan sambil berlari.
“Kagenui jo Jutsu! (Teknik Bayangan jarum!)”
Bayangan Shikamaru erubah layaknya jarum-jarum tajam. Bayangan-bayangan tersebut lalu menyerang dan menusuk kaki-kaki lawannya.
Para musuh kemudian tumbang dengan darah yang bercucuran dari kaki mereka.
Ia lalu lanjut mengejar Garyo. Tetapi kemudian, sebelum ia melangkah lebih jauh, ia berhenti.
Apa? Ini aneh. Kenapa musuh menghadapi kita dan berlari ke arah ini?

“A-apa yang anda lakukan, Garyo-sama!?” Shinobi berpakaian serba hitam itupun kebingungan.
“Baiklah, ayo kemari!”
“Bergerak!” mengabaikan para shinobi tersebut, Garyo lalu melihat ke arah Shikamaru, lalu melambaikan tangannya.

“Apa...?”
Shikamaru merasa heran, alisnya pun ikut mengkerut. Garyo itu, kenapa suaranya terdengar seperti wanita? Garyo juga berlari layaknya seorang wanita, dengan lengan yang mengapit ketiak. Shikamaru bersiap dengan posisi bertahan. “Berhenti!”

“Apa yang kau katakan? Karena aku terlihat seperti Garyo... Kau, Chouji, dan bahkan rekannya harus pergi yang menangkap tahanan yang kabur!”
[.....]
“Ini aku loh... aku!”
“Ahhh.... Ino?”
Sepertinya dengan teknik Shintenshin no Jutsu milik Ino, ia berhasil masuk ke dalam pikiran Garyo.
“Kalian tenang saja!” Ino... dengan berlagak seperti Garyo.. berbalik melihat ke arah shinobi musuh. “Jika kalian berani menyentuhku bahkan dengan seujung kuku kalian, kami akan membunuh boss kalian!”

Para shinobi tersebut melangkah mundur.

“Apa yang kau lakukan, Shikamaru?... Cepatlah pergi!”
‘Ahh... Aku tau.”

Ia tidak sepenuhnya mengerti mengapa ia melakukan hal seperti ini. Ketika ia menyadarinya, Shikamaru telah menyentuh bokong Garyo (dan Ino) dengan lembut.

“Kyaa!” Garyo (dan Ino yang sedang berada di dalam tubuh Garyo) tersipu terkejut. “Apa yang kau lakukan!?”
“Aku selalu penasaran dengan hal itu... Walaupun kau sedang berada di tubuh orang lain, kau mungkin akan tetap berkata ‘Kyaa’, eh?”

Ino... dengan meminjam tinju Garyo, meninju Shikamaru tepat di kepala.

Dan juga, masih belum ada yang menyadari tentang tiga objek yang melayang jauh di arah barat yang terlihat seperti lintasan cahaya, karena efek keributan di Houzukijyou.
Tak perduli bagaimana mereka melihatnya, itu terlihat seperti bintang jatuh dari suatu tempat. Tetapi, jelas berbeda dari bintang jatuh pada umumnya. Tiga objek yang bersinar tersebut tidak jauh dari langit.

 =========================================================================
 
CHAPTER 13 ~ JALAN MENUJU SURGA ~


Kakashi berusaha menguatkan Kahyo dengan cara memeluknya agar Kahyo tidak melihat ke arah Rahyo yang terjatuh dari Tobishachimaru. Rasa sakit yang ia rasakan karena kehilangan sosok sang kakak, membuatnya terus menghujamkan tinjuan ke arah dada Kakashi sambil terus berteriak dan menangis. Tangisannya kemudian berubah menjadi isakan. Kakashi semakin memeluknya dengan erat. Ia tahu bahwa saat ini ia harus memberitahu Kahyo sesuatu, jadi akhirnya ia mulai berbicara:

“Saat ini, sebenarnya aku tidak ingin mengatakannya... Tetapi bagaimanapun, sepertinya Tobishachimaru terus saja naik. Jika terus berlanjut, kita semua akan mati.”

Namun, Kahyo sama sekali tidak merespon.
“Di kapal ini, kita masih dapat menyelamatkan beberapa nyawa.” Kakashi berbicara dengan nada pelan, sembari melirik ke arah seorang anak. “Aku tak tau apakah akan berhasil atau tidak, tapi yang jelas aku akan berusaha sekuat yang aku bisa.”
Kahyo masih membenamkan wajahnya di dada Kakashi. Kemudian ia merespon dengan nada yang lirih, “Apa yang harus kita lakukan?” Kakashi menjawab bahwa mereka akan membuat lubang pada kantung udara dari komponen pengapung. Seperti yang ia dengar dari Tazuna, si pria tua yang membangun kapal tersebut, Kakashi tahu bahwa kantung udara tersebut dipenuhi dengan gas helium. Sifat gas helium itu tidak mudah terbakar, jadi walaupun ada api, tidak akan terjadi ledakan. Jika mereka dengan hati-hati dapat membuat lubang di kantung udara, kemungkinan mereka akan dapat mendaratkan Tobishachimaru.

“Jika semua tidak sejalan dengan yang direncanakan?”
“Pernahkah kau menusuk balon dengan sebuah jarum?”
[..........]
“Jika maksudmu menusuk balok yang super besar seperti itu, ini kali pertama bagiku.....”

Kakashi berhenti berbicara. Kahyo mengusap air matanya, kemudian mengangkat wajahnya. Kahyo bertanya kepada Kakashi apa ada masalah. Kakashi kemudian memberikan isyarat tangan kepada Kahyo, menyuruhnya untuk diam sejenak, karena ia tidak dapat mendengar dengan jelas suara Ino di kepalanya. Kakashi bertanya kepada Ino apakah Garyo sudah diamankan. Ino menjawab bahwa semuanya telah diurus, tetapi Shikamaru dan yang lainnya masih berusaha menangkap beberapa tahanan yang kabur. Beberapa saat yang lalu, Ino berkomunikasi dengan Tsunade. Ia diberitahu bahwa Tsuchikage sedang mengarah ke arah mereka.

Kakashi melihat ke arah luar kapal. Tepat di bawah awan gelap, Kakashi dapat melihat persiapan mereka. Ada tiga objek yang bersinar, bergerak mendekati mereka dengan kecepatan yang mengagumkan.

Kakashi mengingatkan Ino bahwa sebelum Tobishachimaru mencapai Iwagakure, Tsuchikage berniat untuk menembak Tobishachimaru. Kakashi kemudian berpikir sembari melihat ke arah Oonoki dan rekannya di bawah: Jika seperti itu masalahnya, maka membuat lubang di kantung udara mungkin menjadi solusi. Gas akan keluar dari lubang, dan mendorong kapal ini. Jika ia membuat lubang di bagian depan, maka akan mendorong kapal ke arah sebaliknya. Dengan begitu kapal akan terbang menjauh....

Angin yang bertiup menyentuh lembut rambut Kahyo yang bergelombang. Melihat hal itu, Kakashi menyadari bahwa angin bertiup dari arah Timur ke Barat. Kakashi harus memperhitungkan kembali tentang rencana membuat lubang di kantong udara, karena Tobishachimaru malah akan bergerak melawan arus angin. Kemungkinan terburuk, mereka akan terjebak di arus angin. Jika hal itu terjadi, mereka akan berputar-putar layaknya di dalam mesin cuci, dan kemungkinan akan mati.

Kecepatan benda bersinar itu tiba-tiba menurun, dan sepertinya sedang diam di tempat. Kakashi meragukan apa yang sedang terjadi, kemudian ia menyadari situasinya. Tobishachimaru saat ini berada di luar jangkauan terbang Tsuchikage. Faktanya, kapal tersebut telah terbang melebihi batas ketinggian yang dapat mereka raih, Kakashi kemudian melanjutkan komunikasi dengan Ino:

“Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan kapal ini.”
“Benar, hal seperti itu tidak akan terjadi.”
“.... Apa?”
“Tolong dengarkan baik-baik, Kakashi-sensei.” ucap Ino. “Ada perintah dari Tsunade-sama. Tolong segera hancurkan Tobishachimaru.”
“Tunggu dulu... Masih ada orang di kapal ini.”
“Aku mengerti” sebelum menghentikan percakapan tersebut, Ino berbicara dengan nada tanpa emosi sama sekali.” Tsunade-sama juga mengerti hal itu.”

Mata Kakashi melihat ke arah sekeliling dapur, mengamati setiap orang yang merangkak di lantai. Beberapa orang telah tumbang. Mulutnya terbuka lebar, dan susah bernapas. Ada penurunan suhu yang drastis, oleh karenanya orang-orang mulai menggigil kedinginan. Kakashi kemudian bertanya kepada pilot tentang status ketinggian mereka saat ini. Salah seorang pilot, yang sedang berjongkok, kemudian mengangkat wajahnya. Bibirnya kini berwarna keunguan. Ia menjawab bahwa mereka tidak punya peralatan untuk menentukan status ketinggian saat ini.... jadi ia tidak dapat mengatakan dengan pasti. Tetapi, berdasarkan kondisi atmosfer, ia berpikir bahwa kemungkinan mereka telah melebihi ketinggian 13000 meter di atas permukaan laut. Padahal belum ada 10 menit sejak Tobishachimaru mengalami kerusakan parah.
Sebenarnya, seharusnya Tobishachimaru sedang terbang pada ketinggian 5000 meter di atas permukaan laut. Tetapi karena masalah yang ditimbulkan, ketinggian mereka terus bertambah. Kakashi mengasumsikan bahwa saat terjadi masalah, ketinggian mereka adalah 7000 meter. Lalu, ia mengasumsikan bahwa dalam 10 menit ketinggian mereka bertambah 6000 meter, jika pilot menduga ketinggian mereka saat ini adalah 13000 meter. Dengan kata lain, dalam 10 menit kedepan , kapal akan mencapai ketinggian 19000 meter. Darah dalam tubuh mereka akan mendidih! Ia tidak dapat membiarkan hal seperti itu terjadi. Kakashi berusaha memikirkan solusi dengan cepat.

Pertama, karena perbedaan tekanan di atmosfer, kantung udara akan meledak. Untuk mencegah hal tersebut, mereka harus membuat lubang di kantung udara untuk menurunkan ketinggian. Setidaknya dengan cara itu kantung udara tidak akan tiba-tiba meledak dengan sendirinya.

“Tetapi masalahnya, jika aku membuat lubang di kantung udara dengan keadaan udara seperti ini, akankah aku bisa mengendalikan Tobishachimaru...?”
“Titik cahaya itu apa?”

Suara itu adalah suara Kahyo. Tetapi, sama sekali tidak didengar oleh Kakashi. Setelah mendengar hal yang sama dua kali, ia akhirnya merespon.

“Itu adalah Tsuchikage dari Iwagakure.” respon Kakashi.
“Semenjak ia tahu bahwa kapal ini dipenuhi dengan Aobiko, mereka berencana untuk menghancurkan kapal ini sebelum memasuki Iwagakure. Bukan hanya itu. Baru saja, aku menerima perintah dari Konohagakure... Aku harus menghancurkan kapal ini.”
“Perintah itu!” teriak Kahyo. “Masih ada orang yang selamat di kapal ini!”

Kakashi merendahkan pandangannya dengan penuh rasa prihatin.

“Maafkan aku...” ucap Kahyo. “Ini semua karena kami.”
“Aku adalah shinobi. Aku selalu siap untuk mati. Tetapi.... untuk orang-orang yang ada di kapal ini, tentu saja mereka sudah mengidamkan pengalaman terbang seperti ini. Mereka sama sekali tidak berharap kejadian seperti ini terjadi...”

Kahyo sedikit menggigit bibirnya.
“Maafkan aku....” lanjut Kakashi. “Aku tidak bermaksud menyalahkanmu.”
“Tidak!” Kahyo menggelengkan kepalanya. “Sudah seharusnya kau menyalahkanku.”
“Tidak ada.... yang dapat aku lakukan.”
“Sebelum memasuki Kusagakure, berarti kita harus mendaratkan kapal ini?” ekspresi di wajah Kahyo menunjukkan bahwa ia sudah siap untuk mati. “Jika itu masalahnya, ayo hancurkan kantung udaranya.”
“Itu tidak baik.” Sekarang giliran Kakashi yang menggelengkan kepalanya. Bahkan jika kita membuat lubang di kantung udara, kita akan terjebak di arus udara”
“Aku tidak pernah mengatakan ‘Ayo buat lubang’ kan?”
[.......?]
“Aku bilang ‘ Ayo hancurkan kantung udaranya’.“

Kakashi merendahkan pandangannya.
“Dengan keadaan seperti ini, mungkin kita harus mencobanya.” Ucap Kahyo ketika ia bersungguh-sungguh.” Karena aku tidak ingin orang lain mati lagi.”

Ketika Kahyo berbicara, Kakashi melihat ke arah badan kapal. Di langit-langit, terdapat tangga besi yang pernah ia gunakan untuk mengendap masuk ke Tobishachimaru ke ruang propulsi. Ia akhirnya berhasil mencapai aera tersebut. Karena ruang pilot dan ruang gondola telah hancur, baling-baling di ruang propulsi telah berhenti berputar. Ia memanjat ke langit-langit dengan menggunakan tangga tersebut. Dari sana, ia bahkan sangat dekat dengan kantung udara di komponen pengapung.

Aku harus melakukannya.

Jika ketinggian Tobishachimaru terus meningkat, orang-orang akan mati. Tidak, sebelum itu, kapal ini akan memasuki wilayah dari Kusagakure karena angin seperti ini. Dan kerena hal tersebut, Tsuchikage akan bersiap untuk menghancurkannya. Bahkan jika kami menghancurkan kantung udara, api akan mengelilingi kami. Mungkin orang-orang akan terbakar hingga mati.

“Sial, tidak ada pilihan yang bagus...”
Para penumpang sudah berpegangan pada apapun yang dapat membuat mereka agar tetap berada di dalam kapal.

Dengan menarik napas yang panjang dan disertai dengan teriakan semangat bertarung miliknya, Kakashi menyerang kantung udara dengan kunai yang telah dialiri chakra olehnya.

“Gakinn!(Boom!)”
Kunai tersebut menusuk kantung udara. Terdengar suara yang bising ketika gas helium keluar dari lubang tersebut.
[!]
Kemudian terjadi keadaan yang ia takutkan. Mulai terdapat api kecil. Sepuluh detik kemudian, api tersebut melalap kantung udara tersebut.

//*Sfx Gooooooooooo! (Suara api yang berkobar)*

Dalam sekejap, bagian luar kantung udara telah dilalap api. Dengan kuatnya angin yang bertiup, api semakin menjadi-jadi. Dalam sekejap, api memasuki komponen pengapung.

Segera, bagian depan Tobishachimaru mengarah ke bawah. Kapal mulai terjatuh.
Kakashi melompat ke tangga. Ia berlari masuk kembali. Di atasnya, terlihat kantung udara yang tengah dipenuhi api. Terlihat seperti Dewa mulai ingin menghapuskan keberadaannya. Hanya sisa kerangka yang terlihat dari kantung udara tersebut.

Daya angkat mereka hilang.
Ketika Kakashi melompat ke dapur, Kahyo telah selesai merapal segel jutsu, kemudian ia melepaskan sebuah jutsu:

“Hyouton : Jisarenhyou!”
Walaupun suaranya tertutupi dengan kuatnya angin, tetapi jutsunya tidak. Kumpulan es mencuat dan mendorong kapal sedikit ke atas.
[?]
Untuk sesaat, Tobishachimaru sedikit terangkat ke atas.

Secara perlahan, kapal tersebut mulai diselimuti es yang dibuat oleh Jisarenhyou milik Kahyo.
Akibatnya, beberapa bagian dari gondola mulai hancur lagi.

Ketika Kahyo mengaktifkan jutsunya, terlihat ekspresi yang sangat serius di wajahnya. Mungkin karena saat ini semuanya tergantung oleh jutsu dan keinginannya. Tangan Kahyo mulai gemetaran, dari mulutnya mulai keluar darah akibat ia memaksa tubuhnya hingga melewati batas. Karena sejumlah chakra yang Kahyo alirkan ke es miliknya, sepertinya es mulai tumbuh mulai dari bagian bawah Tobishachimaru dan terus meluas.

Mulai memasuki lautan awan, terdengar suara tabrakan yang cukup keras. Efeknya memecahkan es yang menyelimuti kapal tersebut, sedikit demi sedikit. Namun, setiap kali esnya hancur, es tersebut akan kembali pulih dan terus menyebar.

“Aku akan mendaratkan kapal ini.” terdengar suara Kahyo yang keluar diantara sela-sela giginya.
“Aku pasti akan berhasil!”
Mereka tidak dapat melihat apapun, hanya gelapnya awan yang dapat terlihat.

Kerena proses jatuh yang tiba-tiba, telinga mereka tidak dapat begitu saja menerima perubahan tekanan atmosfer yang mendadak. Mereka terus menelan ludah untuk menyeimbangkan tekanan atmosfer di dalam tubuh dengan di luar tubuh.

Hanya dalam hitungan menit, kantung udara tadi telah berubah menjadi kerangka. Yang tersisa kini hanyalah rangka yang masih mengeluarkan asap.

Api tersebut masih memiliki beberapa bagian kapal yang dapat dibakar, karena api tersebut terus menjalar dari arah depan. Di hadapan Kakashi dan Kahyo, tidak ada apa-apa kecuali hanya api biru dan awan hitam.

Tobishachimaru terus terjatuh, akhirnya menembus lautan awan tadi. Setiap kali awan terguncang ke kiri ataupun ke kanan, Kahyo membuat perlindungan dari es agar tidak tergelincir.

Tobishachimaru mengalami kerusakan yang serius. Selain itu, ketinggiannya terus berkurang. Tiba-tiba, mereka mulai merasakan tubuh merka perlahan mengapung.
[!?]
Untuk sesaat, tubuh Kakashi melayang.

“Apa yang terjadi?”
“Tidak ada cukup uap air!” teriak Kahyo balik. “Tidak ada cukup uap air untuk membuat es!”
[!]
Melihat ke arah lantai dapur, Kakashi melihat bahwa lapisan es yang menyelimuti Tobishachimaru telah menghilang. Bahkan sudah tidak ada lagi bekas yang tertinggal.

Jauh di bawah sana, terlihat daratan kekuningan yang membentang dengan gunung berwarna musim semi. Telihat kilauan air sungai yang tengah mengalir.
Tobishachimaru kehilangan es pendukungnya. Kapal ini mulai jatuh secara vertikal.

Saat mereka mencapai ketinggian 5000 meter, Kakashi tau bahwa Tsuchikage mulai tidak sabar dan terbang mendekat ke arah mereka.
Kurotsuchi dan Akatsuchi juga menemani Oonoki. Mereka terbang di sebelah Tobishachimaru.
“Oi! Kakashi, akhirnya!” teriak Tsuchikage. “Jika hanya kalian berdua, aku dapat menyelamatkan kalian... Nona dan Kakashi, segera melompat ke arah kami!”

Kakashi dan Kahyo saling bertukar pandangan.
Kahyo mengangguk.
(Hanya hal itu yang ia perlukan)
Dengan begitu, Kakashi mengerti bahwa mereka merasakan hal yang sama.
“Apa yang kau lakukan? Jika tidak cepat-cepat, kalian berdua akan ikut dihancurkan....”
Kakashi tidak membiarkan rekannya menyelasaikan ucapannya.

Dari mulut Kahyo, terdengar suara ‘Ah!’.
Tiba-tiba berpikir tentang apakah ia harus terburu-buru atau tidak, Kakashi menendang, lantai, lalu melompat keluar. Tubuhnya kini tengah melayang di udara.

Angin yang bertiup menggoyangkan rambut keperakan miliknya. Keinginan yang kuat terpancar dari matanya layaknya es.

“Baiklah, ayo!”
Ternyata, Kakashi melompat melalui punggung Oonoki, lalu menuju kepala Akatsuchi, dan melompat lagi.

“A-apa yang kau lakukan?”
“Kakashi!” Kahyo berteriak ke arah Kakashi setelah Tsuchikage yang mengomel .
Kakashi mengumpulkan seluruh chakra di tangan kanannya. “Aku akan membuat hujan!”
“Kakashi!”
“Kupercayakan sisanya padamu, Kahyo!”

Dengan menggunakan tangan kanannya, ia mengumpulkan chakra serta semua keberaniannya. Lalu Kakashi melepaskan Shiden ke arah awan hujan di atasnya

“Wuoooooohhhhhhh!”
Dooooon! (Booooom!)
Dengan intensitas energi sebesar itu, awan menjadi terbelah. Dalam sekejap, terlihat kilauan awan biru. Tubuh Kakashi terhempas akibat tekniknya sendiri.

Mata Tsuchikage melebar.
Kilat keluar dari seluruh tubuh Kakashi. Layaknya tentakel, kilat tersebut menyebar ke segala arah dan bergerak menuju awan hujan. Kilat tersebut memicu terjadinya petir. Awan hujan mulai mengumpul disertai dengan suara dari arus listrik yang saling bergesekan.

“Ini bahaya, Tsuchikage-sama!” teriak Akatsuchi. “Cepat bersembunyi di balik bayanganku!”
“Itu sia-sia!” suara Oonoki terdengar bergemuruh. “Orang-orang Konoha menjadi sembrono akhir-akhir ini....”

Awan hujan bergemuruh. Kilat turun dan membelah pohon maple di bawah menjadi dua.
“Kurotsuchi! Selamatkan si bodoh itu!”

Dengan perintah dari Tsuchikage, Kurotsuchi berusaha mengejar Kakashi. Ia terjatuh serta kehilangan kesadaran. Mulai ada tetesan air yang jatuh dan mengenai pundak dan wajah Kurotsuchi.

Sepertinya ia hilang kesadaran untuk beberapa saat. Sebenarnya, hanya untuk beberapa detik saja.

Hujan yang dingin mengenai wajahnya. Kakashi kemudian membuka matanya yang setengah tertutup.

Sesaat kemudian, sebuah bayangan besar melayang di hadapan dirinya....
[!?]
Kakashi membuka matanya. Dari balik gondola, ia dapat melihat sosok Kahyo yang sedang membuat segel jutsu.

Air hujan jatuh dengan deras. Dengan efek dari Jisarenhyou, sekarang bagian bawah Tobishachimaru telah berubah menjadi kristal es.

Kristal es mulai menyebar dari bagian bawah kapal, yang akhirnya mulai mulai melebar. Segera setelah kapal terjatuh, terlihat jejak yang ditinggalkan dari butiran es. Tobishachimaru saat ini terlihat seperti sebuah komet.

Jika ada sesuatu yang disebut dengan ‘Jalan Menuju Surga’.......
Suara petir bergemuruh. Kakashi yang melihat ke arah Tobishachimaru terus memikirkan tentang ‘Jalan Menuju Surga’. Mungkin itu adalah sesuatu yang indah.

Langit dipenuhi dengan kristal es.
Sepertinya ia sudah bangun” Kakashi mendengar suara di dekat telinganya. “Apa yang harus kita lakukan, pria tua?”

Kakashi dibawa di punggung Kurotsuchi.

“Sepertinya ia bermaksud untuk mati.” ucap Tsuchikage. “Kita tidak punya pilihan lain. Sepertinya kapal itu tidak akan jatuh di desa kita. Dan juga, kita tidak punya urusan di tempat ini.”

“Ah.” Akatsuchi meninggikan suaranya dengan nada histeris.”Sesuatu yang terbang mengarah ke kita dari Houzukijyou.”
Sai tiba-tiba telah sampai di sebelah Kurotsuchi dengan burung raksasanya.

Tsuchikage mengangguk. “Arayatto (Bawa dia!)” ucap Kurotsuchi. Ia melemparkan Kakashi ke arah burung tersebut.

“Beri tahu Tsunade-hime bahwa perasaan menang pasti juga akan berakhir. Pada akhirnya jalan kita akan diteruskan oleh generasi yang selanjutnya.”

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Oonoki terbang menjauh.

Lalu untuk pertama kali, Kakashi menyadari bahwa mereka mulai mendekati daratan. Jika dilihat dari situ, asap putih terlihat dari halaman Houzukijyou. Manusia-manusia disana terlihat seperti semut.

Di sekitar kastil merupakan halaman rumput yang luas. Tobishachimaru mendarat di sana. Musim telah berubah di si Houzukijyou. Tobishachimaru mendarat di atas rumput, dengan selamat.

Terdengar gemuruh dari dalam kastil. Segera, sesosok orang yang bertubuh kecil terlihat keluar dari gerbang kastil dan mengarah ke Tobishachimaru. Sosok itu terlihat seperti Sakura.

Di sisi selatan kastil, masih terjadi pertarungan. Putaran angin menyerang tahanan yang kabur, satu per satu. Tidak salah lagi, itu merupakan Konoha Senpuu milik Lee.
Di sekitar halaman kastil, ia melihat bayangan yang memanjang. Ia tahu bahwa itu adalah Shikamaru yang tengah berusaha menangkap tahanan. Sebuah bola besar berputar dan menyerang tahanan yang kabur. Itu pasti Nikudan Senshaa milik Chouji.

Sosok yang sedang berlari ke arah kastil, Kakashi berpikir pasti itu adalah Tsunade dan Shizune.

Ada serangga milik Shino, senjata ninja milik Tenten, Kiba dan Akamaru. Melihat rekannya sebanyak itu, sesuatu yang hangat mulai merasuk ke dada Kakashi.

Seperti yang dikatakan Tsuchikage. Mungkin sudah saatnya untuk mewarisi jalan itu.

Pada saat ini di dalam diri Kakashi, ia membuat keputusan.

“Semenjak aku kehilangan sharingan, aku terus menjadikannya alasan untuk menghindari posisi Hokage kan?”

Tiba-tiba, ia berpikir seperti itu.
“Berbicara tentang menjadi seorang Hokage, jumlah orang yang harus kulindungi akan bertambah. Dengan kata lain,aku tak akan tahu kapan aku akkan diserang kesedihan; rasa sakit seperti saat aku kehilangan Obito. Aku akan terkubur dalam rasa sakit itu. Aku masih berada dalam tekanan bahwa aku masih belum bisa menahan rasa sakit seperti itu. Untuk rekan di desa, bahkan saat ini, mereka saling mendorong satu sama lain, walaupun tidak terlihat. Seperti saat pagi menjelang, matahari yang mulai terbangun; mereka mendorong satu sama lain layaknya memang sudah secara alami. Naruto, Tsunade-sama, Shikamaru, Ino, Guy, Lee, Tenten, Chouji, Sakura, Sai, Hinata, Shizune, Iruka, Shino, Kiba.....”

Wajah semua orang terlintas di pikiran Kakashi.

“Lalu, untuk rekan-rekan dan Desa Konohagakure, kurasa aku bangga dengan mereka dari lubuk hatiku yang paling dalam.”

Dan juga, Kakashi berpikir: Jika mereka membutuhkanku, maka aku akan menelan semua rasa sakit mereka. Sepertinya itu benar, seperti itulah seharusnya. Lalu aku akan mengatasi rasa sakit itu dengan mereka, bersama.

Berbicara tentang menjadi seorang Hokage, mungkin itulah arti dari posisi itu.

  =========================================================================
 
CHAPTER 14 ~ PERINTAH PERTAMA ~

Tak lama kemudian, hujan berhenti. Awan gelap yang menutupi akhirnya menghilang terbawa angin. Kerusuhan di Houzukijyou telah berhenti. Api yang membakar kastil telah berhasil dipadamkan, dan para tahanan yang kabur semuanya sudah diamankan oleh Anbu.

Angin bertiup di lapangan sekitar Houzukijyou. Bangkai kapal Tobishachimaru tergeletak di di atasnya, tak bergerak. Para shinobi Konoha semuanya mengelilingi bangkai kapal tersebut.

Sedikit melihat kondisi Tobishachimaru saat itu. Komponen pengapung terbakar habis. Karena dampak jatuh tadi, rangka penyangga kantung udara benar-benar telah remuk. Untuk gondola, terlihat seperti dihancurkan oleh ‘tangan raksasa’. Serpihan kayu yang tersisa mulai berjatuhan.

Sosok pertama yang muncul dari sisi Tobishachimaru adalah Tsunade, berteriak dengan nada yang sangat kesal.

“Letakkan kedua tangan di atas kepala, dan keluar secara perlahan!”

Dengan tanda suara itu, Kiba, Chouji, Shino, Lee dan Tenten perlahan mendekat ke Tobishachimaru. Mungkin saja ada musuh yang bersembunyi diantara para penumpang. Dari langit, Sai sudah bersiap jika terjadi sesuatu.

“Kau baik-baik saja?” hanya Sakura yang maju ke arah kerumunan penumpang. Ia mengecek kondisi semua orang apakah. “Apakah ada yang tidak terluka?”

Satu per satu, para penumpang yang kelelahan mulai keluar dari kapal. Semuanya melihat ke arah langit dengan kegirangan. Mereka perlahan melangkahkan kaki keluar, mereka masih agak tidak percaya bahwa akhirnya mereka menyentuh tanah lagi. Segera setelah mereka menyentuhkan kaki di tanah, mereka langsung tumbang.

Ketika Tsunade mengangguk, para shinobi mengangkat penumpang dan menawarkan mereka minum. Di antara penumpang yang terjatuh ada yang mengalami patah tulang dan pendarahan. Sakura merasa kebingungan bagaimana caranya ia mengatasi sebanyak itu.

“Jangan bergerak!”

Tatapan Tsunade mengarah ke Kahyo.
Semua shinobi Konoha berada dalam posisi siap menyerang.

Tetapi, Kahyo hanya terdiam di dekat bangkai kapal yang nyaris hancur seluruhnya. Mata lebarnya kelihatan kebingungan. Ia seperti mencari akan sesuatu. Rambut panjang bergelombangnya bergerak tertiup angin.
“Apakah kau Kahyo dari Aliansi Persenjataan Ryuuha?”
Dia menjawab Tsunade dengan sebuah anggukan.

“Apakah masih ada anak buahmu di kapal?”

Kahyo menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Sebenarnya, ketika ia menjawab pertanyaan Tsunade, ia tidak tau harus berkata apa. Semuanya sudah sangat terlambat. Ia menerima apapun yang akan terjadi padanya. Ia tidak dapat mengatakan apapun kepada siapapun.

“Kau melakukan hal yang sangat berbahaya... Karena kau b*******, kredibilitas Kohona dipertanyakan.”

Kahyo masih terdiam.

“Bahkan Negara Ombak sendiri membatalkan rencana untuk mengembangkan kapal terbang tersebut.” Tsunade berbicara dengan nada layaknya seseorang yang sedang diapit oleh kematian. “Karenanya, apa kau pikir kau dapat lolos dengan mudah?”

Dengan tatapan mata yang menunjukkan kalau ia sudah menyerah, Kahyo hanya mengangguk.

“Tangkap dia!” perintah Tsunade sembari menunjukkan isyarat tangan. “Sampai kita mengatasi insiden ini, masukkan dia ke dalam penjara!”

“Tolong tunggu sebentar, Tsunade-sama.”

Tidak hanya Tsunade, tetapi juga semua shinobi lain yang ada di tempat ini secara serempak melihat ke arah sumber suara.

Dengan ekspresi yang bercampur aduk antara kebingungan dan sedikit kelegaan, wajah Kahyo mulai memerah.
Dari sana, Kakashi berjalan dengan dipapah oleh Shikamaru.

“Kakashi!” ucap Tsunade dengan sebuah penekanan. “Kau tidak apa-apa?”

“Tsunade-sama” Kakashi berusaha berdiri sendiri dengan cara memisahkan dirinya dari Shikamaru. “Dia... Hukuman untuk Kahyo... Dapatkah kau percayakan itu padaku?”

“Apa?”
Mata Tsunade dan Kakashi saling melihat ke arah satu sama lain.

“Apa yang sedang kau pikirkan?”
Kakashi tidak menjawab pertanyaan itu. Ia malah berbalik menatap ke arah Kahyo.
Angin bertiup diantara mereka berdua. Rasanya seperti sedang bernostalgia, tetapi disusupi dengan perasaan kesedihan yang mendalam.

“Sampai saat ini, semuanya berjalan berantakan.”

Ketika ia mengatakannya, Kakashi langsung melihat ke arah langit yang terlihat tanpa batas.

Dari balik awan gelap yang tersisa, cahaya matahari yang hangat perlahan mulai turun untuk kembali menyinari bumi, menghapuskan segala perasaan kesedihan.

“Merupakan suatu hal yang baik kita dapat kembali dengan selamat.” ia kembali menatap ke arah Kahyo. “tetapi, ada juga orang-orang yang tidak seberuntung aku.”

Kahyo merendahkan pandangannya.

Dari sekitar 57 penumpang yang naik ke kapal, 18 diantaranya tewas.” lanjut Kakashi.

“Semua musuh mati, kecuali dirimu dan dua rekanmu yang lain yang ditahan di dalam ruang penyimpanan makanan. Apa ada hal yang ingin kau katakan?”

Kahyo menggigit bibirnya sendiri lalu menggelengkan kepalanya.

“Kahyo.”

“.....Ya.”

“Akan ku umumkan hukuman untukmu. Sebagai pemimpin dari penyerangan terhadap Tobishachimaru, kau akan....”

“Ummm....” ada sebuah suara dari arah belakang yang memotong Kakashi. “Tolong tunggu sebentar.” Suara itu berasal dari seorang wanita. Ia sedang berdiri dan menggendong seorang anak.

Ekspresi ketegangan di wajah Kakashi sedikit menurun.

“Aku... yang sbelumnya... orang yang kau selamatkan” wanita itu merendahkan kepalanya ke Kahyo. “Aku dan anakku yang menderita asma dibebaskan dari kapal olehmu... Terima kasih kuucapkan kepadamu, akhirnya anakku bisa kembali seperti semula. Tetapi tetap saja yang telah kalian lakukan itu tidak dapat dimaafkan.” Ia kemudian menatap ke arah Kakashi untuk sejenak. “Tetapi, di luar hal itu, hanya satu hal yang ingin ku katakan. Tak peduli apapun, dari lubuk hatiku yang paling dalam aku ingin mengatakan terima kasih... Terima kasih banyak kepadamu.”

Kahyo merendahkan wajahnya, hatinya terasa sakit.

Anaknya kini telah sehat seperti sedia kala. Ia turun dari gendongan ibunya dan mulai berlari ke arah Kahyo. Dengan sebuah senyuman yang sangat tulus, anak itu berkata.

“Terima kasih, oba-chan.”
[........!]
“Walaupun aku awalnya sangat takut.....” ia kemudian mengucapkan sesuatu sebagai tambahan. “Tapi tadi itu cukup seru.”

Anak kecil tersebut berlari kembali ke arah ibunya. Kahyo mengamati anak yang berlari tersebut. Air mata mulai menetes dari matanya.

“Kahyo.” Kakashi memanggilnya. “Sebagai pemimpin dari penyerangan terhadap Tobishachimaru, kami akan mengeksekusi dirimu”
[!]
“Ini karena kau telah menyebabkan banyak korban. Sepertinya itu adalah hukuman yang cocok.”
“.......Ya” jawab Kahyo. Ia sadar dengan apa yang telah ia lakukan, dan ia akan bertanggung jawab atas segala aksinya. “Apapun hukumannya... Akan kuterima.”
“Tetapi, jika kau dapat membuktikan bahwa kau dapat berguna sebagai manusia untuk Lima Negara Besar Shinobi, akan ku kurangi hukumanmu menjadi hukuman penjara seumur hidup.”
“........Apa maksudmu?”
“Dari yang kulihat, Jisarenhyou milikmu akan berguna.”
[.........]
“Apa yang kau bicarakan, Kakashi?” ucap Tsunade.” Bagaimana bisa ninjutsu miliknya membuatnya berguna?”
“Tunade-sama.” Kakashi menatap ke arah Tsunade. “Jika orang biasa terkena Jisarenhyou, mereka akan langsung membeku. Tetapi, bagi shinobi yang mampu mengalirkan chakra, chakra tersebut harus digunakan untuk meningkatkan suhu tubuh guna mencegah tubuh agar tidak membeku. Jika kau terkena Jisarenhyou, kau harus mengalirkan chakramu secara konstan. Dengan kata lain, para tahanan tidak dapat menggunakan chakra untuk kabur... bagaimana menurutmu? Sampai sekarang, belum ada Tuan dari Houzukijyou yang dapat mengendalikan para tahanan. Dia bisa saja cocok dengan tugas seperti itu. Bagaimana?”

“Aku mengerti...” Shikamaru mengangguk. “Mui, Tuan dari Houzukijyou yang sebelumnya, menggunakan jutsu yang disebut ‘Tenrou’ (Penjara Langit). Jutsu itu akan membakar tubuh tahanan apabila mereka mencoba untuk mengalirkan chakra. Cara kerja Jisarenhyou wanita ini adalah sebaliknya... Tsunade-sama, orang ini mungkin cocok untuk mengemban tugas tersebut. Karena Perang Dunia Shiobi Keempat, semua desa kekurangan orang. Karenanya, akan menjadi masalah yang merepotkan jika harus bergantian menjaga penjara. Jika kau membebaskan kami dari tugas ini, bukankah reputasi Konoha akan sedikit naik? Selain itu, itu juga merupakan pelajaran yang bagus.”

“Pelajaran?” ucap Tsunade. “Pelajaran seperti apa?”
“Bagaimanapun, untuk orang yang bernama Garyo itu, bukankah ia menggunakan keadilan mutlak versinya, yang akhirnya merampas kebebasan individual?” Shikamaru dengan cepat mengangkat bahunya. “Dalam kasus itu, jika wanita ini percaya dengan ideologi orang itu....”

“Maka kebebasan individual orang itu akan dikendalikan oleh ideologinya sendiri.” Tsunade dengan hati-hati mencerna penjelasan Shikamaru, dan lalu mengangguk. “Akan kupercayakan hal ini padamu, Kakashi.”
“Terima kasih, Tsunade-sama.”
“Selain itu, kita akan melakukan upacara pelantikan.”
[.............]
“Buat ini sebagai perintah pertamamu sebagai Rokudaime Hokage.” Tsunade tiba-tiba tersenyum dan tertawa lebar. “Kau tidak mungkin berkata ‘tidak’, kan?”

Kakashi melirik ke arah mata Tsunade. Ia mengangguk, dan kemudian kembali menatap ke arah Kahyo.

“Saat di dalam kapal, kau berkata bahwa ‘Sisi yang memiliki kekuatan yang lebih besar selalu memegang keadilan’. Jika kau menjadi Tuan dari Houzukijyou, kau akan memperoleh kekuatan itu... Jadi, tunjukkan padaku keadilanmu.”
[........]
“Maukah kau melakukannya?”
“...Ya” dari mata Kahyo, air mata menetes tanpa henti, menuruni wajahnya, tapi kali ini tidak membeku. “Te-terima kasih... Terima kasih....”

“Jadi, mulai saat ini aku adalah Rokudaime Hokage” suaranya meninggi. “Kahyo, kau akan ditugaskan menjaga Houzukijyou untuk waktu yang tidak terbatas. Sambil terus menyesali apa yang telah kau lakukan, kau akan terus menjaga para tahanan disini. Jangan biarkan seorangpun dari mereka kabur!”

Tsunade mengangguk. Semua shinobi di tempat itu menyambut dengan bangga Hokage mereka yang baru.

“Aku sama sekali tidak mencemaskan hal itu.” ekspresi Kakashi tiba-tiba melunak. “Karena kau adalah orang yang mengerti rasa sakit dari orang lain.”

“Untuk memenuhi semua kepercayaanmu padaku... akan kulakukan tugas ini dengan segenap jiwaku.” Kahyo mengusap air matanya. “Jika aku dapat berguna bagi Kakashi-san... Apapun akan kulakukan.”

“Kakashi..” Tsunade dengan lembut memakaikan Haori ke bahu Kakashi. “Yup, sangat cocok.”
[......]
Kakashi memutar lehernya dan memeriksa apa yang ada di punggungnya.

{ROKUDAIME HOKAGE}

Kakashi menggenggam Haori tersebut, dan ia merasa itu cukup berat.
Di belakangnya, semua rekannya tersenyum.

Angin meniupkan puing-puing Tobishachimaru yang terbakar habis.

  =========================================================================

EPILOG
~ KEPADA YANG TERHORMAT TUAN HOKAGE KE-6 ~


Di hutan bagian barat desa, Kakashi sedang duduk di bawah pohon maple yang besar. Walaupun sekarang bulan Maret, suhu bisa dikatakan cukup hangat. Cahaya matahari mengintip dari balik celah dedaunan di atas kepalanya.

Ia mengeluarkan sepucuk surat dari kantung di dadanya. Segera setelah ia melepas segelnya, secercah aroma yang indah merangkak masuk ke hindungnya. Aroma tersebut memicu kenangan insiden empat bulan lalu... benar. Insiden dimana Tobishachimaru dibajak oleh Aliansi Persenjataan Ryuuha. Ia mengingat kenangan di masa itu.

Tanpa diduga, ia sedikit menikmatinya. Baru kemarin, mereka melakukan kesepakatan diantara Lima Kage terhadap pengendalian dan pengelolaan Houzukijyou. Setelahnya, para kage yang lain, yaitu Tsuchikage, Mizukage, Kazekage dan Raikage mengunjugi Houzukijyou untuk melakukan inspeksi. Karena Raikage (dan para kage yang lain) ingin melihat kemampuan Kahyo dengan mata kepala mereka sendiri, Raikage mengajak Kahyo untuk bertanding.

Menurut cerita dari orang-orang yang ada di tempat itu, tinju Raikage tidak hanya membuat beberapa lubang di dinding kastil, tapi juga berusaha untuk tetap terlihat kuat untuk seseorang di usianya. Sepertinya ia juga ingin melepaskan Lariat.

Tentu saja, tidak ada yang berpikir bahwa Raikage serius di pertandingan kali itu. Tetapi, walaupun jika Raikage hanya menggunakan seperlima kekuatannya layaknya shinobi biasa, ia masih tidak dapat bertarung seelegan Kahyo. Semua orang berpikiran seperti itu.

Ketika saling bertukar serangan dengan Raikage, Kahyo menyerang bagian dada lawannya. Lalu, di hadapan Raikage, ia hanya perlu menjentikkan jarinya.
Hanya dengan itu, pertandingan mereka berakhir. Janggut Raikage membeku seketika.

“Urrggghh, kapan kau menggunakan jutsu itu...”
“Maafkan aku, Raikage-sama” mata Raikage terbuka lebar. Melalui matanya, ia melihat bahwa Kahyo tersenyum dan sedikit tertawa. “Aku merusak janggut indahmu.”

Pertandingan berakhir dengan tanpa seorangpun yang terluka. Raikage kehilangan janggut kebanggaannya. Di belakangnya, ia mengira bahwa orang-orang dari Kumogakure sedang menertawakannya.

Untuk para kage yang lain, mereka sedikit terhibur dengan kejadian itu.
“Anak itu sepertinya sedang tercengang.” ucap Tsuchikage.
Para kage yang lainnya telah memperoleh sebuah kesimpulan untuk mereka sendiri.

Kahyo menggantikan posisi Mui, yang dulunya merupakan penjaga Houzukjyou dari Kusogakure. Tidak ada orang yang cocok untuk menggantikannya, kecuali Kahyo sendiri. Semua orang mendukung keputusan Rokudaime Hokage.
Surat itu dilipat empat lipatan. Kakashi membukanya.

---------------------------------
“Kepada yang terhormat,
Rokudaime Hokage-sama
Bagaimana kabarmu? Untuk ku.... Aku ditekan oleh pekerjaan sehari-hariku. Bagaimanapun, hari demi hari, ketika musim mulai menunjukkan tanda-tanda akan hadirnya musim semi, aku akan memenuhi tanggung jawab yang kau berikan padaku....”
---------------------------------
 
“Oke!” suara menggema dari dalam hutan, suara itu berasal dari Guy yang sedang berlatih. “Hari ini mari berusaha dengan Kekuatan Masa Muda kita, Lee!”
“Baik, Guy-sensei!”

Lalu, ia membuat Lee mendorong kursi rodanya. Mereka kemudian melintas di hadapan Kakashi, lalu beberapa mundur beberapa langkah.
“Oh?” ucap Guy. Ia sedang terkejut. “Bukankah itu Rokudaime Hokage, Hatake Kakashi-sama?”
[.......]
“Dan juga, surat itu...” Guy berbisik ke telinga Lee. Ia jelas-jelas berusaha agar Kakashi mendengarnya. “Orang itu, Kakashi, selama insiden di Tobishachimaru, ketika aku berusaha keras untuk menyelamatkan nyawa orang-orang.... Sedangkan dia! Ia malah bersama seorang wanita, yang parahnya wanita itu adalah kunoichi musuh.”

“Semua orang di desa membicarakannya. Jadi itu benarkan?” Lee berbisik balik ke arah Guy. “Aku tidak tidak akan menjadi orang seperti itu, Guy-sensei”
“Kalian ini, eh?....” Kakashi melipat kembali suratnya dan memasukkannya ke kantong di dadanya.
“Kubilang Kahyo dan aku tidaklah seperti itu. Bukankah sudak kukatakan berkali-kali?”
Tetapi, Guy dan Lee malah mengabaikan apa yang dikatakan Kakashi. Mereka sekarang tengah melakukan squat dengan satu kaki.
“Muridku, kau telah mengatakannya!” dengan kaki kirinya, Guy dengan mudah dapat melanjutkan squtnya. “Walaupun pria itu adalah Hokage, aku berusaha akan melampauinya! Oke, hari ini kita akan melakukan squat 5000 kali dengan kaki kiri!”

“Baik, Guy-sensei!”
Kakashi mengangkat tubuhnya. Ia perlahan berpindah dari tempat tersebut.
Tempat selanjutnya yang ia inginkan untuk membaca surat itu adalah di dalam kedai minum teh. Ia memesan segelas teh hijau. Sambil menunggu pesanan teh nya datang, ia membuka surat dari Kahyo.

“Oh, Kakashi-sensei!”
Memutar matanya, Kakashi melihat Shikamaru dan Chouji yang perlahan melangkah masuk ke kedai minum teh tersebut.
“Apa yang kau baca, Kakashi-sensei?” tanya Chouji ketika sedang memakan kripik kentang miliknya. “Ahh, mungkinkah, surat itu dari wanita itu? Kakashi-sensei memenangkan hatinya dengan menggunakan kekuasaan, kan?”
“Tunggu dulu, kau bilang ‘memenangkan hatinya’ ...” Kakashi segera memasukkan kembali surat itu ke sakunya.
“Sepertinya, masih ada kesalahpahaman di antara kalian. Bagaimanapun juga, itu merupakan perintah pertamaku sebagai Hokage. Jadi, bukan berarti aku menggunakan kekuasaanku...”

“Jangan berbicara seperti itu, Chouji.” Ucap Shikamaru. “Untuk seorang Kakashi-sensei, ia kan sudah mencapai usia 30 tahun. Satu atau dua wanita, bukanlah hal yang aneh, kan?”

“Tidak, karena itu...”
“Orang itu, dia cantik” ucap Chouji. “Tetapi dia juga sudah paruh baya.”
Lalu mereka berdua menyeringai ketika melihat ke arah Kakashi.
[.......]
Tanpa meminum pesanannya, Kakashi langsung membayar dan meninggalkan kedai tersebut.

Berjalan sendirian di jalanan utama desa, para penduduk menyapanya satu per satu. Bagaimanapun, ketika ia melintas, ia dapat mendengar suara orang-orang yang membicarakannya.
Itu aneh... Kakashi berpikir dengan penuh keingintahuan. Bagaimana orang-orang bisa tahu kalau ia telah menerima surat dari Kahyo?
Kakashi berjalan ke arah sebuah gang dimana tidak terlihat seorangpun disana. Melihat kearah kedua ujung dari gang tersbut, tidak ada sesosok orangpun yang akan mengganggunya. Ia menyimpulkan bahwa ia sedang sendiri, lalu ia kembali mengeluarkan suratnya.
“Lihat disana.”
[!?]
“Ia menyeringai. Sangat menjijikkan.”
Ia secara cepat memutar kepalanya ke arah sumber suara, lalu ia melihat sosok Sakura, Ino dan Hinata disana. Mereka muncul dari atas dinding kayu.
“Wha!” karena kaget, surat tersebut terlepas dari tangan Kakashi dan terjatuh.
“Ka-, ka-, kalian... Darimana kalian datang!”
“Lihat bagaimana kebingungannya dia.” ucap Ino. “Ia merasa sadar akan kesalahannya. Karena itulah ia kebingungan.”
Mata Sakura kini menatap ke arah Kakashi, berusaha mencari informasi yang tersembunyi darinya.
“Jadi, rumornya benar?” ucap Hinata. “Kudengar Kakashi-sensei menjadikan Kahyo-san sebagai Tuan dari Houzukijyou....

“Ah-, ah-, ah-, tidak mungkin!” teriak Kakashi.
“Siapa yang menyebarkan rumor tak bertanggungjawab seperti itu?”
Bagaimanapun, para gadis itu tidak mendengarkannya. Mereka saling berbisik satu sama lain, layaknya burung yang sedang berkicau. Hanya hentakan suara ‘Eh, benarkah?’, ‘Tak dapat dipercaya...’, dan ‘apakah emang gitu?’ yang terdengar.

Kakashi kini berjalan lagi.
Sepertinya, hanya di ruang Hokage-lah ia dapat memperoleh privasi untuk dirinya sendiri.
Kembali ke jalanan utama, ia mengarah ke kantor Hokage. Tiba-tiba, dari arah yang berlawanan, terlihat ada kerumuman orang yang berbicara dengan berteriak cukup keras.

Semua orang berkumpul dan lalu tertawa terbahak-bahak.
“Aku serius. Aku melihatnya sendiri ‘dattebayo!” orang yang berada di kerumunan itu, pastilah Naruto.
“Kakashi-sensei membuang surat yang telah ia tulis. Ia menulis surat lalu membuangnya, ‘dattebayo... Jeez, orang itu sedang menulis surat cinta ‘dattebayo!”
[..........]
“Untuk seorang Rokudaime Hokage, aku ingin tahu apa tidak masalah baginya melakukan hal seperti itu!” Naruto malah makin meninggikan suaranya dengan semangat. “Tidak, aku tidak mengatakan bahwa ia sedang jatuh cinta, tapi Jeez, ia sedang sakit parah ‘dattebayo... seperti waktu itu, ia sedang memegang setangkai bunga. Lalu, satu per satu ia memutuskan kelopaknya sambil mengatakan ‘dia mencintaiku, dia tidak mencintaiku, dia mencintaiku, dia tidak mencintaiku’.....”

“Jadi kau?...” Kakashi memasang wajah serius di belakang Naruto.
“...Eh?” naruto berbalik. Ekspresi kepanikan terlihat jelas di wajahnya. “Ka-Kakashi-sensei! Tu-tunggu dulu....”
Gotsunn!
“Kenapa kau melakukan hal seperti ini!” Kakashi mengayunkan tinjunya dan membenamkannya di kepala Naruto. “Tak akan kubiarkan kau membuat ini semakin buruk!”
“Tapi-, tapi-.... “ mata Naruto berkaca-kaca. Sambil mengusap kepalanya, ia mengomel.
“Hanya aku yang ditinggalkan.. Semua orang bertarung di Houzukijyou... Ketika Kakashi-sensei hampir mati, aku tidak melakukan apa-apa di desa!”

“Naruto... “
Naruto mengusap matanya yang berkaca-kaca.
“Salahku, maaf karena telah memukulmu.” ucap Kakashi. “Selain itu, ada alasan mengapa kami menutupi misi ini darimu, walaupun kau dapat melakukan sesuatu untukku. Itu karena kami ingin kau melindungi desa.”

“Aku sudah mengerti itu ‘ttebayo...”
“Ahh, orang ini tidak paham dengan lelucon.” Shikamaru dan Chouji muncul dari arah yang sebaliknya. “Idiot ini berkeliling be beberapa tempat, mendengar sesuatu yang telah dicampur-campur. Ngomong-ngomong, tidak ada yang membercayai hal itu dengan sangat serius, lho.”

Chouji mengangguk.
“Itu benar!” dari arah lainnya, Sakura, Ino dan Hinata juga muncul. “Semua orang sedikit mengolok Kakashi-sensei, kan?”

“Naruto-kun, kau baik-baik saja?” Hinata mengulurkan tangan jadi ia bisa membantu Naruto untuk berdiri. “Ia sampai harus memukulmu.... Kakashi-sensei, kau kejam.”
“Eh.. Tapi Naruto...”
“Naruto sampai terluka” ucap Shikamaru. “Walaupun kau adalah Hokage, sepertinya kau tidak paham dengan situasinya.”

“Tidak, tetapi bahkan aku tidak mengatakan hal seperti itu....”
“Kami kira kau harus meminta maaf, Kakashi-sensei.” Sakura dan Ino saling bercakap. Ini hanyalah gurauan, kan?”
“Ah, itu benar!” akhirnya, dengan wajah yang memelas, Kakashi meminta maaf. “Aku mengerti... aku mengerti.. Bagaimana caranya agar kau memaafkanku?”
Naruto dan Shikamaru saling bertukar pandangan. Mereka berdua menyeringai dan tertawa.
Sialan! Ketika melihat hal itu, Kakashi mengerti bahwa ia telah masuk perangkap
“Untuk mengobati rasa sakit ini.....” ucap Naruto. “Tidak ada pilihan lain selain ramen ‘ttebayo!”
[.........]
Dalam situasi ini, semuanya terdiam, menunggu jawaban Kakashi.

“Aku mengerti, aku mengerti...” Kakashi mengangkat kedua tangannya. Ia kemudian berdiri dengan pose layaknya orang yang sudah kalah perang.
“Kalau begitu, ayo kita semua makan ramen.”
“Yay!” semuanya berteriak kegirangan. “Horee!”
“Strategi kita berhasil ‘ttebayo!”

Oh Tuhan... dalam pikiran Kakashi, ia menggelengkan kepalanya. Tiba-tiba, sebuah perasaan tidak mengenakkan merasuki tubuhnya. Walaupun aku menjadi Hokage, bukankah aku terus melakukan hal yang sama? Setiap hari aku makan, tidur, dan cemas dengan hal yang tak jelas. Kelihatannya juga tanggung jawabku bertambah dengan harus melindungi mereka.

Hey, bukankah itu benar, Obito?
Lalu, dengan semangatnya, ia mengajak muridnya menuju Ichiraku.
Matahari bersinar dengan cerah. Di suatu tempat, orang-orang sedang bernyanyi.


Itu benar. Tak lama lagi, musim semi akan tiba.

--- Novel Kakashi Hiden Completed: The End---


























========================================================================= =========================================================================
Biodata Penyusun Buku Novel ‘Kakashi Hiden

Nama Lengkap    : Muhammad Safiq Niami (Hatake no Ryu)
Alamat                  : Jl.H.Ali Mahnuri No.29 Rt.05 RW.04 Bumiayu Kab.Brebes 52273
TTL                        : Tegal, 24 Maret 1991
E-Mail                    :
safiqniami@gmail.com
Blog                       : safiqniami@blogspot.com
LINE ID                : hatakeryu24     
Karakter Ninja Favorit : Hatake Kakashi